2 - 4

1.2K 257 81
                                    


Jauh di dalam lubuk hati Jongin, ia sangat keberatan menghadiri eksibisi ini. Tetapi Bobby memaksanya dan mengatakan tak apa. Jongin tidak dapat berkomentar panjang selain memaki dirinya sendiri atas kelalaian yang telah ia ciptakan.

Sekali lagi ia memandangi gedung besar tempat dimana eksibisi itu akan berlangsung. Pintu menuju gedung itu padat oleh orang-orang yang mengantri masuk, menyetor tiket dan mengambil nomor bangku. Lalu pandangan Jongin menyorot Bobby, gadis itu berada dalam rangkulannya, raut wajah yang tak terbaca.

"Apa kau yakin mau masuk?" Jongin berbisik rendah sembari memberikan kecupan menenangkan di dahi Bobby.

"Tentunya. Pasti menyenangkan. Aku ingin melihat kak Nao."

"By, kau yakin?"

"Tenanglah." Bobby memeluk pinggang Jongin erat dan manja. Dia seperti bocah yang memaksa ibunya untuk masuk ke stan mainan. "Aku sangat baik."

"Kau tau siapa saja yang berada di dalam sana, kan?" Jongin menaikkan alisnya. Pertanyaan itu retoris, oleh sebab itu ia tidak menaruh heran ketika Bobby tidak menanggapinya.

Bobby jelas lebih paham siapa saja yang berada di dalam sana, dan siapa saja yang tidak menginginkan ia di sana.

"Kita bisa pulang kalau kau mau."

Bobby menggeleng keras kepala. "Kita sudah di sini, untuk apa pulang cepat-cepat."

"Tapi, By."

"Oh, Sweetheart. Tenanglah. Kau membuat dua teman kita keheranan." Bobby berbisik seraya terkekeh. Pandangannya tak sengaja tertuju ke belakang tadi, dimana Areum dan Chanyeol berdiri berdampingan, menatap ke arah mereka dengan sorot mata yang menusuk.

"Jika pun aku pulang," Bobby menegapkan dirinya. Ia memainkan rambut Jongin dari samping. "Tetaplah di sini. Berkencanlah."

"Kau gila, ya?"

Jongin hendak menepis tangan Bobby yang memainkan rambutnya, tapi kecupan tiba-tiba gadis itu di lehernya membuat Jongin menahan dirinya.

"Ssshhh, jangan bergerak. Areum melihat." Bobby menepuk pipi Jongin dan dengan centilnya kembali bergelayut manja di lengan Jongin.

"Dia pasti kepanasan." Bobby cekikikan. "Bagus juga, mengingat dia tidak membawa mantel."

Tapi Bobby tidak tau kalau bukan hanya Areum yang mendidih di sana.

"Kita sebaiknya mengakhiri ini, By." Jongin melangkah maju, mereka nyaris mencapai barisan terdepan antrian.

"Oh, sweet. Jangan jadi pengecut dong. Kan kau yang mau memulai ini dari awal." Bobby mengingat kembali pertemuannya dengan Jongin di Darling.

Saat itu sungguh luar biasa. Pertemuan teman lama yang sama-sama depresi. Yang satu patah hati, dan yang satunya lagi baru melarikan diri dari rumah. Mereka sama-sama kacau.

Hingga kemudian, Jongin berkata kepadanya : Hei, aku punya ide. Bagaimana kalau kita kerjai mantan pacarku!

Ide itu terwujudkan dalam realita, dan berjalan sampai sekarang. Jongin memanas-manasi Areum dengan mengatakan Bobby adalah pacarnya.

"Aku memulainya, dan lihat kau sekarang." Jongin mendengus sebal. "Kau tidak bisa bermain lagi."

"Jangan bawel deh. Ini kan masalahku." Bobby mencebik. "Pokoknya, salah satu di antara kita meski berhasil, Jong. Jika aku tidak bahagia, setidaknya kau harus bahagia."

"Tapi ide ini juga tidak berjalan baik, kan. Aku malah memperburuk situasinya."

"Masih proses, tunggu saja. Nanti juga sampai di klimaks. Kau dan Areum itu masih punya harapan."

HIGH HEELS (PCY)Where stories live. Discover now