31

556 30 3
                                    

Brukk!!

Lagi dan lagi Anara mendorong Adiba hingga terjatuh. Namun untungnya Adiba menahan dengan tangannya agar badannya tidak terbentur ke aspal. Kini Adiba benar-benar lemas, karena perutnya terasa sangat sakit.

Amzar yang melihatnya dari kejauhan segera berlari menghampiri Adiba.

"Amma! Amma tidak apa apa?" tanya Amzar panik.

Adiba yang melihat Amzar di sebelahnya tersenyum,
"Amma tidak papa nak, hanya saja dede bergerak, jadi Amma sedikit kesakitan" bohong Adiba agar Amzar tidak khawatir.

"Bibi Anara, jangan mendorong Amma. Apa Bibi tidak melihat kalau Amma sedang mengandung?!" pekik Amzar tidak terima atas perlakuan Anara kepada Adiba.

"Amma mu pantas mendapatkan itu. Dia sudah berani membuat saya terluka" sahut Anara.

"Bibi jahat!" ketus Amzar.

Sedangkan Adiba mengelus elus perutnya agar sakitnya sedikit mereda.

"Apa sakit sekali, Amma?" tanya Amzar, namun Adiba menggeleng sembari tersenyum.

Amzar ikut mengelus elus perut Adiba, ketika rasa sakitnya sedikit berkurang, Adiba mengajak Amzar untuk pergi. Namun saat Adiba hendak berdiri, Anara menendang bahu Adiba agar tidak bisa berdiri dan terjatuh kembali.

Rasa nyeri di perut Adiba kembali lagi, seketika badan Adiba lemas. Anara mendekati Adiba, ia berjongkok di sebelah Adiba dan  menatapnya penuh dengan dendam.

"Kamu akan membayar apa yang sudah kamu lakukan kepada saya tadi" bisik Anara di telinga Adiba. Adiba tidak menghiraukannya karena perutnya sangat terasa sakit.

Plakk!!

"Ini tamparan karena kamu sudah berani membuat hidung saya berdarah" ucap Anara setelah menampar Adiba.

Adiba hanya diam saat di tampar oleh Anara, karena rasa nyeri di perutnya semakin sakit. Ia hanya menatap tajam ke arah Anara.

"Jangan tampar Amma!!" bentak Amzar tidak terima, namun Anara tidak mendengarkannya.

Plakk!!

"Ini tamparan karena kamu sudah membuat tangan saya sakit"

Plakk!!

"Ini tamparan karena kamu sudah berani meremehkan saya"

Plakk!!

"Ini tamparan karena kamu sudah menghina saya"

Plakk!!

"Ini tamparan karena kamu sudah berani merebut Zain dari saya"

Plakk!!

"Ini tamparan karena kamu sudah berani menikahi laki-laki yang saya cintai"

Saat Anara hendak menampar Adiba lagi, Amzar dengan sigap langsung memeluk Adiba dan menyembunyikan wajah Adiba di dalam pelukannya agar tidak di tampar terus menerus oleh Anara.

"Tampar Amzar saja Bibi. Jangan tampar Amma lagi, kasian Amma" ucap Amzar, matanya mulai mengeluarkan air mata.

Anara hanya menyeringai mendengar ucapan Amzar. Lalu ia berdiri, dan dengan tiba-tiba ia menendang punggung Adiba. Dimana rasa sakitnya yang langsung menyalur ke perutnya.

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang