25

410 21 0
                                    

Waktu terus berjalan, tidak terasa perut Adiba semakin membesar. Kandungannya sudah berjalan delapan bulan. Satu keluarga sudah menanti nanti kehadiran malaikat kecil.

Hari ini Ammar tidak bisa pulang cepat karena masih ada kajian, kali ini Ammar tidak sendiri namun di temani oleh ke tiga sahabat nya.

Waktu sudah menunjukan pukul 22:00 pm. Setelah selesai kajian, Ammar dan para sahabat nya ingin langsung segera pulang. Namun ada sesuatu yang membuat mereka tidak bisa langsung pulang.

Setelah selesai mengurus nya mereka bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun saat mereka hendak masuk ke dalam mobil ada seseorang yang memanggil salah satu dari mereka.

"Ammaryzain!!" panggil orang tersebut.

Ammar yang merasa namanya di panggil langsung menoleh ke arah sumber suara, tidak hanya Ammar saja yang menoleh, namun para sahabat nya juga ikut menoleh. Betapa terkejutnya mereka saat melihat siapa orang yang memanggil Ammar.

"Anara!" ucap mereka bersamaan.

Anara mengembangkan senyumnya dan berlari ke arah Ammar dan para sahabat nya. Tanpa izin dari Ammar, ia langsung memeluk Ammar. Sontak Ammar langsung melepas pelukan itu, dan para sahabatnya langsung menarik tangan Anara agar tidak dekat-dekat dengan Ammar.

Anara mengerucutkan bibirnya,
"la talmisni" ketus Anara.

"la talmis sadiqi" sahut Jeandra.

Anara tidak menghiraukan ucapan Jeandra, ia malah tersenyum manis ke arah Ammar.

"Hai, lama tak berjumpa, Zain" ucap Anara.

Ammar masih terdiam, ia tidak habis fikir bagaimana Anara bisa ke Indonesia. karena merasa tidak di gubris oleh Ammar, Anara melambaikan tangannya di depan wajah Ammar.

"Hey, Zain. Kenapa diem? Kamu pasti terkejut kan kenapa saya bisa disini? saya mau kasih kamu kejutan, kamu seneng kan saya dateng kesini? Maaf ya ini terlalu mendadak, tapi saya sudah tidak bisa menahan rindu selama ini, saya yakin kam-" ucapan Anara langsung di potong oleh Raga.

"Tolong hentikan Anara! Pastinya kamu sudah tau kan kalau Ammar sudah punya istri?" sahut Raga.

"Iya aku tau, tap-" lagi-lagi ucapan Anara di potong.

"Kalau sudah tau, kamu harusnya sadar kalau kamu gak berhak ngomong gitu ke Ammar" celetuk Gazhi.

Saat mendengar ucapan Raga dan Gazhi, Anara hanya menghembuskan nafas sembari tersenyum,
"Zain aja gak masalah aku ngomong gitu, tapi kenapa kalian yang sewot" sahut Anara.

"Saya peringatkan sekali lagi. Jangan pernah sentuh saya tanpa atas izin dari saya. Apa yang kamu lakukan baru saja itu tidak sopan, dan ucapan mu itu sudah melampaui batas. Kamu berbicara dengan laki-laki yang sudah beristri, bukan laki-laki yang masih lajang" tegas Ammar.

Mendengar itu Anara malah tersenyum,
"Kamu masih sama ya kaya dulu, tidak ada yang berubah sama sekali. Yang ada kamu makin tampan" sahut Anara.

"Stress" gerutu Jeandra.

"Udah lah Am gausah di urus. Mending kita pulang, istri kamu pasti udah nunggu" ajak Raga.

"Bener itu Am" sahut Jeandra.

Saat hendak melangkahkan kaki, Anara menarik tangan Ammar dan sontak Ammar menepis tangan Anara.

"Jangan sentuh saya!" ketus Ammar.

"Oke, maaf. Tapi izinin saya ngomong sebentar empat mata sama kamu" pinta Anara.

Setelah berfikir akhirnya Ammar memutuskan untuk memberi ruang untuk Anara berbicara kepadanya.

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang