6

1.2K 62 0
                                    

"GJR!"

GJR adalah singkatan nama dari Gazhi, Jeandra dan Raga. Mereka bertiga adalah musuh bebuyutan Adiba dan kedua sahabatnya dari kecil. Kadang-kadang mereka akur kadang-kadang juga bertengkar karena hal kecil. Hanya Ammar yang paling sehat di antara pertemenan mereka. Tapi semenjak mereka beranjak dewasa, mereka jadi jarang berkomunikasi, bahkan hanya sekedar bertemu saja jarang sekali.

"WOI GAK BISA SANTAI APA?! ORANG KITA UDAH MINGGIR MASIH AJA DIKLAKSON?" teriak Razyla.

"KALO KURANG JEMBAR PARKIR SONO DI LAPANGAN BOLA!" lanjut Dirsya.

GJR tidak menanggapi omelan Dirsya dan Razyla, tapi mereka langsung menghampirinya.

"Kenapa sih kok marah-marah" ucap Raga melembut lembutkan suaranya.

"Jijik tau gak" sahut Razyla.

"Zyl sabar zyl, istighfar tiga kali" ucap Gazhi.

"Diem kamu. Kalian semua sama aja" jengkel Razyla.

"Cuma diklakson aja udah marah marah kayak nenek lampir" celetuk Jean.

"WOII KAGET ANYING, KALO JANTUNGAN GIMANA!" sahut Dirsya ngegas sambil melotot kearah Jean.

"Sya sabar sya, udah jangan ditanggepin" ucap Adiba sambil mengelus punggung Dirsya.

"Udah, udah pada gede juga masih aja bertengkar" ucap Raga menengahi perdebatan.

"Bodoamat!" cibir Razyla sambil melirik sinis kearah GJR, begitupun dengan Dirsya.

"Kalian habis darimana kok pake baju gamis putih putih gini?" tanya Adiba.

"Oh kita habis ziarah, terus nganterin Ammar ke toko perhiasan" jawab Raga.

"Ngapain ke toko perhiasan?" tanya Adiba kepo.

"Beli cincin buat tunangan Ammar" jawab Jean santai.

Deg...

Adiba speechless saat mendengar jawaban Jean. Begitupun dengan kedua sahabatnya yang langsung menoleh kearah Adiba dengan raut wajah tak menyangka.

Tangan Adiba seketika bergemetar, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Tapi Adiba berusaha untuk terlihat biasa saja, karena ia takut jika GJR tau kalau ia menyukai Ammar.

Kedua sahabatnya langsung mendekati Adiba,
"Gak usah ngarang deh kalian" ucap Dirsya mengelak kenyataan.

"Ngapain juga kita ngarang, nih buktinya" sahut Raga sembari mengeluarkan cincin dari sakunya.

Tubuh Adiba semakin bergemetar saat melihat cincin yang ada di tangan Raga,
"Are you okey, dib?" bisik Dirsya.

Adiba menganggukan kepalanya sambil mengembangkan senyumnya. Entah datang darimana tiba-tiba Ammar muncul dari belakang Raga.

"Nah ini dia orangnya" ucap Raga.

Adiba melihat Ammar yang barusan datang, mata Adiba mulai berkaca kaca, tapi dengan sekuat tenaga ia menahan air matanya agar tidak keluar.

Adiba tersenyum ke arah Ammar,
"Selamat ya, semoga bisa lancar sampai hari-H" ucap Adiba memberi selamat kepada Ammar.

Ammar melihat Adiba sekilas lalu ia menundukan pandangannya kebawah,
"Aamiin, Makasih dib" jawab Ammar.

Kedua sahabatnya menatap Adiba khawatir, bisa-bisanya ia masih bisa tersenyum saat takdir tak memihaknya.

"Selamat ya Am" ucap Razyla.

"Selamat Am" Dirsya ikut memberi selamat.

"Makasih" jawab Ammar.

"Yaudah kalo gitu kita pamit dulu ya" Pamit Adiba.

Mencintai Dalam DiamWhere stories live. Discover now