9

1.2K 69 0
                                    

Adiba sedang duduk di kursi yang ada di sebelah masjid sambil menunggu Samudra datang. Ia melihat jam tanganya yang menunjukan pukul 12:15. Tidak lama kemudian yang ditunggu tunggu akhirnya datang juga.

"Dib!" panggil Samudra yang jaraknya lumayan jauh dari tempat Adiba duduk.

Samudra berlari ke arah Adiba. Adiba yang awalnya duduk langsung berdiri saat Samudra sudah ada di hadapannya.

"Hai" sapa Samudra yang terlihat sangat ceria hari ini.

"Waalaikumsalam" jawab Adiba.

"Eh, Assalamualaikum hehe" cengir Samudra.

"Kamu mau ngomong apa dib?" tanya Samudra bersemangat

Adiba menatap mata Samudra dalam-dalam,
"Aku mau minta maaf, kalo perkataanku dua hari yang lalu menyakiti perasaanmu" ucap Adiba.

Samudra mengernyitkan dahinya dengan wajah-wajah berfikir,
"Oh yang waktu itu. Lo gak usah minta maaf, lagian gue yang salah. Maaf udah bikin lo jadi gak nyaman sama perkataan gue waktu itu" jawab Samudra santai.

"Kamu juga gak salah, aku paham apa yang kamu rasakan sampai kamu berbuat seperti itu" sahut Adiba.

"Makasih dib lo udah ngertiin gue" ucap Samudra. Adiba menganggukan kepalanya.

"Sam... " Panggil Adiba.

"Iya?" sahut Samudra, ia tak henti-hentinya tersenyum. Ia menunggu Adiba mengatakan hal yang sudah ia ekspetasikan.

"Aku mau bilang sesuatu sama kamu, dan semoga kamu bisa mengerti maksud aku" ucap Adiba menatap mata Samudra.

"Iya silahkan, gue bakal ngerti kok" jawab Samudra.

"Sebelumnya aku mau berterima kasih sama kamu. Makasih udah cinta sama aku, makasih selama ini kamu udah perhatian sama aku, makasih selama ini kamu udah baik sama aku. Aku tau effort kamu besar banget buat aku dan itu semua gak main-main. Aku menghargai itu semua dan terima kasih banyak" ucap Adiba panjang kali lebar.

"Heem terus" jawab Samudra.

"Dan sekarang aku mau minta maaf sama kamu. Maaf karena aku, kamu jadi banyak membuang-buang waktu demi aku yang sama sekali gak bisa bales perasaan kamu. Maaf sam... Aku minta maaf sebesar besarnya sama kamu" lanjut Adiba.

"Enggak dib, gue gak merasa kalo lo udah buang-buang waktu gue. Karena gue lakuin itu semua tulus buat lo" sahut Samudra.

"Heem aku ngerti, tapi aku mau minta tolong sama kamu, tolong lupain aku dan buang perasaan kamu ke aku, jangan berharap lebih sama aku..." ucap Adiba, matanya mulai berkaca kaca.

"G-gak, gue gak ngerti maksud lo apa dib, jangan ngomong yang nggak nggak dong" sahut Samudra, yang raut wajahnya langsung berubah.

"Aku tau sam perasaan kamu gak bisa dipaksa, tapi ini semua demi kebaikan kamu. Aku gak mau kamu jadi kayak aku sam... Sakit rasanya, aku tau jadi kamu yang sekarang juga sakit rasanya, karena cewek yang kamu cinta gak bisa ngebales perasaan kamu, bahkan gak akan pernah bisa... "

"Apasih dib".

"Sam... sebelum perasaan kamu jatuh lebih dalam lagi, tolong buang perasaan kamu ke aku" ucap Adiba.

"Lo kenapa sih dib, gak segampang itu buat ngilangin perasaan" sahut Samudra.

"Aku tau sam kalo itu gak mudah... Tapi aku yakin seiring berjalannya waktu kamu pasti bisa lupain aku... Aku gak mau kalau kamu nantinya jadi kayak aku yang mencintai seseorang selama sembilan tahun dan pada akhirnya cinta itu gak terbalas dan dia akan jadi milik orang lain. Sakit rasanya sam melihat orang yang kita cinta mencintai orang lain. makanya aku bilang sama kamu lupain aku sebelum perasaan kamu semakin dalam" mata Adiba memerah karena ia berusaha untuk membendung air matanya agar tidak jatuh.

Samudra terdiam setelah mendengar ucapan Adiba,
'Jadi selama ini lo gak bisa nerima gue karena hati lo udah ke isi sama yang lain? Tapi selama itu? Sembilan tahun?' — batin Samudra.

"Dib... Jadi selama ini" Samudra mengusap wajahnya kasar.

"Sembilan tahun loh dib, dia tau kalao lo cinta sama dia?" tanya Samudra.

Adiba menggelengkan kepalanya.

"Astaga, tapi lo tau gimana perasaan dia ke lo?" tanya samudra lagi, dan jawaban Adiba tetap sama, ia menggelengkan kepalanya.

Samudra menghela nafas kasar,
"Aku tau gimana perasaan kamu sekarang, aku juga tau gak mudah lupain dia apalagi sembilan tahun kamu cinta sama dia. Jadi izinin aku buat bantu sembuhin luka kamu. Kita sembuhin bareng bareng" ucap Samudra.

"Makasih atas perhatian kamu sama aku, tapi maaf sam aku bisa sembuhin luka aku sendiri" Adiba menolak terang-terangan.

"Apa hebatnya dia sih dib, apa yang buat lo sampek secinta itu sama dia dan yang bikin lo gak bisa terima cinta gue!?" tanya Samudra sedikit meninggikan suaranya.

"Agamanya. Agamanya yang buat aku cinta sama dia sampai bertahun tahun" jawab Adiba dengan tegas.

Samudra merasa tertampar dengan jawaban Adiba, ia mengusap kasar wajahnya.

"Oke gue tau, gue paham. Gue tau agama gue kalah sama dia, gue tau agama gue masih berantakan. Tapi gue bakal berubah buat lo dib, gue bakal belajar agama lebih dalem lagi buat lo. Gue bisa lakuin itu semua demi dapetin cinta dari lo. Kalo lo berfikir gue ngemis cinta ke lo, itu bener dib, itu fakta. Karena dari ribuan cewek yang gue temuin, cuma lo yang bisa bikin gue jadi nyaman, gue bisa merasakan kedamaian kalo deket sama lo. Oleh sebab itu gue rela ngelakuin apa pun buat dapetin cinta lo" sahut Samudra panjang kali lebar.

Adiba menggelengkan kepalanya,
"Kamu salah sam, kamu salah!. Kamu salah kalo kamu bilang mau belajar agama demi aku, kamu salah besar. Rubah diri kamu karena Allah, dan jangan pernah rubah diri kamu karena orang lain!. Kalo kamu berubah karena manusia. Manusia bisa ninggalin kamu, Bisa mengkhianatimu. Tapi kalo kamu berubah karena Allah, Allah gak akan pernah meninggalkanmu meskipun seluruh dunia menjauhimu. Allah gak akan pernah mengkhianatimu meskipun seluruh dunia mengkhianatimu"

"Aku manusia Sam, aku bisa mengkhianatimu, aku bisa meninggalkanmu, Aku bisa jadi jahat di cerita hidupmu. Kamu salah kalo pengen berubah dan belajar agama demi aku..." air mata Adiba berhasil keluar.

"Dib..."

"Jadi aku mohon jangan berharap lebih sama aku... Aku gak akan bisa bales perasaan kamu" lirih Adiba.

"Mendekatlah kepada sang pencipta, InsyaAllah kalo kamu sudah dekat dengannya kamu pasti akan bisa melupakanku dengan sendirinya. Aku tau itu akan sulit, tapi aku yakin kamu pasti bakal bisa Sam. Dan aku juga akan melakukan hal yang sama" lanjut Adiba.

Samudra hanya bisa diam seribu bahasa, sambil menatap Adiba.

"Kamu orang baik sam baik banget, kamu berhak dapet cinta yang tulus dari orang lain. Semoga suatu saat nanti kamu dipertemukan oleh seorang wanita yang bisa membalas cintamu dengan tulus. Simpan cintamu sam, simpan cintamu untuk orang yang kelak benar benar menjadi takdirmu" Ucap Adiba.

"Sekali lagi makasih dan maaf. Semoga kamu bisa mengerti dan paham maksudku. Aku rasa hanya itu yang ingin aku omongin sama kamu. Kalau gitu aku balik dulu, Assalamualaikum". Pamit Adiba lalu meninggalkan Samudra yang mematung di tempat.

"Waalaikumsalam" jawab Samudra lirih, ia berbalik badan melihat Adiba yang semakin jauh darinya.

"Kali ini lo benar-benar pergi dib. Gue bisa ngerti perasaan lo karena kisah kita sama, beruntung banget cowok yang dapet cinta tulus lo dib. Tapi sayangnya cinta tulus lo gak terbalas. Bener kata lo dib, gue berhak dapet cinta yang tulus, tapi apakah bisa suatu saat nanti lo yang bakal kasih cinta tulus itu ke gue" gumam Samudra sembari melihat ke arah Adiba yang semakin hilang dari pandangannya.

*
*
*

Hallo guys, gimana kalian bacanya? Seru kah? Atau ngebosenin?.
Aku harap kalian terhibur dengan ceritanya, jangan lupa kasih ⭐ ya guys jangan cuma dibaca oke, biar tambah semangat Aku buat ceritanya. Dan yang belum follow kalian bisa follow dulu yak.
Maaf juga kalo masih ada kalimat kalimat yang kurang pass.
Next bab selanjutnya ya.
Makasih all ❣❣

Mencintai Dalam DiamWhere stories live. Discover now