22

519 37 3
                                    

Flashback

Waktu terus berjalan. Tidak terasa mereka sudah berbincang bincang selama berjam jam.

"Nenek mau ngomong sesuatu sama kalian" ucap Nenek dengan serius.

"Heem, ngomong aja Nek" sahut Adiba.

"Silahkan Nek, mau ngomong apa?" tanya Ammar.

Nenek Gayatri terlihat sedang resah dan bingung,
"Sebenarnya Nenek gak enak mau ngomong ini ke kalian"

"Ngomong aja Nek gapapa" sahut Ammar.

"Bener itu Nek" lanjut Adiba.

"Nenek punya satu permohonan sama kalian. Nenek tidak berharap kalian akan memenuhi permintaan Nenek. Tapi dengan sangat mohon Nenek minta buat pertimbangkan permohonan Nenek" ucap Nenek.

"InsyaAllah kita bakal kabulin permintaan Nenek" jawab Adiba.

Ceklek..

"Assalamualaikum Jadati!"

Nenek, Adiba dan Ammar yang mendengar sontak menoleh ke arah sumber suara. Terdengar suara seorang anak kecil dari ambang pintu sembari berlari kecil dengan  senyuman di wajahnya yang begitu sumringah.

Brukk...

Namun tiba-tiba kaki kecilnya tersandung yang membuat tubuh mungilnya tergeletak jatuh ke lantai. Ammar dan Nenek terkejut saat melihatnya, berbeda dengan Adiba yang sontak langsung berdiri dan menghampiri anak kecil tersebut.

Dengan raut wajah yang khawatir, Adiba mengangkat tubuh anak kecil tersebut untuk berdiri. Adiba membantu membersihkan debu yang menempel pada bagian lutut anak kecil tersebut. Sedangkan anak kecil itu hanya menatap Adiba dalam, Adiba yang merasa di tatap oleh anak kecil tersebut, langsung menatap kembali.

Adiba menatap anak tersebut tanpa mengedipkan mata sama sekali, begitupun sebaliknya.

'MasyaAllah'—ucap Adiba dalam hati.

Adiba terlihat sangat kagum sekali dengan anak kecil tersebut. Bagaimana tidak, anak kecil yang memiliki mata yang indah, bulu mata panjang dan lentik, hidung mancung, alis yang tebal dan terbentuk, bibir tipis berwarna merah muda, dan peci yang terpakai di kepalanya yang membuat anak kecil tersebut semakin terlihat sangat tampan.

"jamilah jiddan" ucap anak kecil tersebut sembari tersenyum.

Entah mengapa ucapan dan senyuman anak tersebut menyentuh hati Adiba. Adiba mengusap pipi anak tersebut dengan lembut sembari membalas senyumannya.

"anta aydan wasim jidan" jawab Adiba.

"Syukron" sahut Anak kecil tersebut.

Setelah itu Adiba menganggandeng tangan anak kecil tersebut dan kembali ke tempat duduk. Anak kecil tersebut duduk di sebelah Nenek Gayatri.

"Siapa anak tampan ini Nek?" tanya Ammar sembari tersenyum ke arah Anak kecil tersebut.

"Namanya Amzar. Dia dibuang kesini oleh orang tuanya dua minggu yang lalu, Nenek menemukan dia tergeletak di depan gerbang Panti saat sedang berjemur. Lalu Nenek meminta bantuan pengurus panti dan membawanya ke dalam. Setelah dia sadar, dia mengeluarkan kertas dari sakunya dan memberikan kepada pengurus panti" ucap Nenek.

"Nenek menangis saat membaca isi surat tersebut, betapa kejam dan tega orang tuanya kepada dia. Sungguh manusia yang sama sekali tidak mempunyai hati nurani" lanjut Nenek.

"Apa isi surat itu Nek?" tanya Ammar.

Nenek mengambil kertas putih, dan memberikannya kepada Ammar. Di sisi lain Adiba menatap Amzar dengan raut wajah yang sangat khawatir dan iba saat mendengarkan cerita Nenek. Sedangkan Amzar sedari tak henti hentinya menatap Adiba dengan senyuman.

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang