26

417 18 0
                                    

Keesokan harinya..
Adiba dan Ammar mengantar Anara ke rumah Ummi dan Aba. Anara di sambut dengan ramah oleh keluarga Ammar. Terutama Aba, ia sangat senang karena anak dari gurunya datang ke rumahnya.

Mereka berbincang bincang, saling menanyakan kabar satu sama lain. Bahkan tertawa bersama. Berbeda dengan Ammar yang hanya memasang wajah datar dan tidak senang dengan kehadiran Anara.

"Apa Aba tidak keberatan saya tinggal disini?" tanya Anara.

"Tentu tidak Nak, malah kami sangat senang sekali" jawab Aba.

"Tapi saya cukup lama tinggal di Indonesia, bulan depan baru saya kembali ke Tarim. Soalnya ada urusan yang perlu saya urus disini" sahut Anara.

Saat mendengar ucapan itu Ammar hanya menghela nafas kasar.

"Tidak apa nak. Selesaikan saja dulu urusanmu disini, baru kamu boleh pulang. Lagian satu bulan bukan waktu yang lama" jawab Ummi.

"Benar itu nak" sahut Aba.

"Iya Ummi, hitung-hitung sebagai imbalan saya akan membantu Adiba dan kalau ada waktu saya bisa menemani dia. Apalagi kan kandungannya semakin besar" ucap Anara.

"Tidak usah! Saya bisa menjaga istri saya sendiri!" tegas Ammar. Pada akhirnya ia membuka suara.

"Ammar, kenapa ngomong nya gitu nak? Niat nak Anara kan baik mau menemani istri kamu" sahut Ummi.

"Bener itu Mas. kan enak kalo Mas lagi ngajar Adiba ada temennya, buat temen ngobrol" lanjut Adiba.

"Betul juga itu nak. Biarlah Anara menemani Adiba, pasti menantu kesayangan Aba ini bosan di rumah tidak ada teman bicara" ucap Aba.

'Cih menantu kesayangan' — batin Anara.

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Ammar berdiri dan meninggalkan ruangan.

"Mas mau kemana" panggil Adiba.

"Ammar, mau kemana nak" panggil Ummi.

"Maaf ya ra, kalo perkataan suami saya tadi bikin kamu jadi tidak nyaman" ucap Adiba merasa bersalah.

"Iya gapapa dib, santai aja. Mungkin Zain lagi banyak pikiran" jawab Anara.

"Biasanya Ammar tidak pernah bersikap seperti itu. Coba nak kamu samperin dia, dan coba ngomong baik-baik sama dia" ucap Ummi pada Adiba.

Adiba mengangguki ucapan Ummi dan menghampiri Ammar. Adiba melihat Ammar yang sedang duduk di belakang rumah, tanpa pikir panjang Adiba menghampirinya dan duduk disebelahnya.

"Mas. Mas kenapa? Lagi ada masalah?" tanya Adiba Sembari menggenggam tangan Ammar.

Ammar menghela,
"Gak ada sayang, Mas cuma lagi capek aja" jawab Ammar.

"Tapi tadi kenapa ngomong nya gitu sama Anara? Anara orang baik loh Mas, dan niat dia tadi juga baik" ucap Adiba dengan lembut.

"Mas gak suka aja kamu deket-deket sama dia" sahut Ammar.

"Kenapa?" tanya Adiba.

"Gak tenang aja kalo kamu deket-deket sama dia" sahut Ammar.

"Mas gak boleh berfikiran buruk sama orang. Belum tentu apa yang Mas pikirin itu bener" ucap Anara.

"Iya sayang, maaf ya kalo tadi Mas bersikap kaya gitu. Mas cuma gak mau kamu kenapa napa" jawab Ammar.

"Iya Mas aku tau, tapi lain kali jangan di ulang ya?" sahut Anara yang di angguki oleh Ammar.

"Sini peluk" ucap Adiba sembari merentangkan tangan.

Ammar tersenyum dan memeluk Adiba, sang empunya pun membalas pelukan tersebut.

Mencintai Dalam DiamWhere stories live. Discover now