2

1.4K 75 4
                                    


"Gak gak, bercanda. Sekarang Bunda mau tanya sama kakak, tapi jawab jujur ya"

"Mau tanya apa, Bun?"

"Kakak lagi jaga hati buat seseorang ya?" tanya Bunda.

Adiba speechless mendengar pertanyaan Bundanya.
"Kenapa Bunda tanya kaya gitu, apa Bunda tau kalo aku..." - batin Adiba.

"E-enggak lah, Bun. Emangnya kenapa?". Tanya Adiba gugup.

Bunda menatap mata Adiba tidak percaya dengan apa yang diucapnya.
"Karena dari dulu waktu kakak masih SMP sampai sekarang, kakak selalu ngeluh kalo ada yang suka atau deketin. Kenapa kak? Pasti ada alasannya".

Adiba terdiam sejenak.
"Hmm... Yaa Adiba gak suka aja Bun, karena mereka semua bukan type Adiba"

"Terus type kakak yang kayak gimana?"

"Nah kalo itu rahasia".

"Yeuhh pake rahasia rahasiaan sama Bundanya sendiri".

"Hehehe" cengir Adiba.

"Oh iya, bunda tadi ngapain ke rumah Bu Sri" tanya Adiba mengganti topik.

"Biasa, lagi arisan" jawab Bunda santai.

"Ouhh arisan" Adiba mengangguk anggukan kepalanya.

"Tadi Bunda ketemu sama anaknya Nyai Hawa, kamu tau kan?" ucap Bunda, yang membuat Adiba sedikit melebarkan matanya.

"Iya tau, kenapa emang Bun?".

"Bunda kagum sama dia kak. Udah tampan, sopan santunya bagus, ilmu agamanya tinggi, suaranya bagus, pinter ngaji, pendiam, rajin ibadah, intinya paket lengkap lah kak, apalagi dia nurut banget sama orang tuanya. Tadi ibu ibu banyak yang ngomongin dia, mau di ambil mantu katanya, tapi Bunda lupa siapa namanya tadi" ucap Bunda.

"Wanita seperti apa ya yang bisa beruntung dapetin dia" lanjutnya.

Hati Adiba seketika berdebar saat mendengar ucapan Bundanya tadi. Pipi Adiba tiba-tiba memerah seperti kepiting rebus.

"Itu Ammar Bun... Namanya Ammar. Dialah yang membuat hati Adiba terkunci untuk orang lain. Dialah orang yang membuat Adiba menolak banyak cinta. Benar kata Bunda, wanita manakah yang akan beruntung mendapatkan-ya, karena tidak segampang itu untuk bisa memilikinya. Selain harus merayu rabb-nya, pasti banyak wanita paham agama diluar sana yang mengatas namakan dirinya dalam doa. Dan semoga suatu saat nanti doa Adiba yang akan menang di pertarungan langit" - Ucap Adiba dalam hati.

"Kakak!" Bunda menepuk lengan Adiba pelan.

Adiba terkejut. Tanpa ia sadari, Bunda memanggilnya dari tadi, namun ia tidak sadar kalau Bundanya sedang memanggilnya, karena ia sedang asik dalam lamunannya.

"Ha! Ada apa Bun?" ucap Adiba reflek karena terkejut.

"Yeuh di ajak ngomong malah ngelamun, mana pake senyum senyum" celetuk Bunda.

"Ihhh mana ada aku senyum, orang nggak kok" sahut Adiba mengelak.

"Orang Bunda liat sendiri, kakak mana sadar orang kakak aja lagi ngelamun. Emang lagi ngelamunin apa sih?" tanya Bunda kepo.

"E-enggak aku gak ngelamunin apa apa kok" elak Adiba.

"Bohong, buktinya kakak tadi senyum senyum sendiri sampek pipinya merah kaya gitu. Apa jangan jangan kakak berkhayal jadi istrinya anak Nyai Hawa ya?" goda Bunda.

Adiba seketika langsung memegang kedua pipinya.
"IH ENGGAK YA! BUNDA INI SUKA NGARANG, ORANG AKU GAK KENAL SAMA DIA, TAU AH MALES SAMA BUNDA!" ucap Adiba malu, karena tanpa Bundanya tau ia sudah kepergok sedang memikirkan Ammar.

Ia menutupi wajahnya dan berlari menuju ke kamar, karena ia tau pipinya itu sangat mudah Blushing. Sedangkan Bunda yang melihat kelakuan putrinya hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya.

***

Keesokan harinya...

Seperti biasa Adiba bersiap untuk berangkat kuliah. Ia harus berangkat pagi karena sudah ada janji dengan Febri untuk menemaninya menemui dosen.

Saat Adiba keluar dari rumah, ia di kejutkan oleh seorang laki-laki yang berada di depan gerbang rumahnya. Adiba membelalakan kedua matanya, ia langsung menoleh ke kanan dan kiri takut ada orang lain yang melihat laki-laki tersebut. Adiba ingin lari masuk kedalam rumahnya lagi, tapi laki-laki itu sudah melihatnya lebih dulu, jadi tidak enak jika Adiba lari ke dalam rumah, laki-laki itu adalah Samudra.

Samudra mengembangkan senyumnya saat melihat Adiba keluar dari rumahnya. Ia juga melambaikan tangannya pada Adiba. Sedangkan Adiba terlihat sangat panik dan segera mengeluarkan motornya dari garasi.

"Aduhh kenapa Samudra bisa tau rumahku sih" ucap Adiba panik dan buru buru keluar untuk menemui Samudra, karena ia takut jika kedua orang tuanya melihat keberadaan Samudra. Dengan terburu buru Adiba menghampiri Samudra.

"Kamu ngapain kesini?" tanya Adiba pelan.

Samudra tersenyum lebar,
"Jadi kedatangan gu-" Adiba memotong ucapan Samudra.

"Udah ngomongnya nanti aja, intinya sekarang kita berangkat dulu ke kampus" ucap Adiba lalu menyalakan motornya dan mulai mengendarainya.

"Loh... Tungguin dib" teriak Samudra lalu segera menyusul Adiba.

Tidak lama kemudian mereka sampai juga di kampus, lebih tepatnya di parkiran. Samudra memarkirkan motornya di sebalah Adiba, dan mereka berdua sama sama turun dari motor, dan tidak lupa melepas helmnya.

Adiba menatap mata Samudra dengan tajam,
"Kamu ngapain dateng ke rumah?" tanya Adiba.

"Ya gue mau ngajak lo ba-" lagi-lagi ucapan Adiba dipotong.

"Samudraa! jangan pernah dateng ke rumah tanpa sepengetahuanku, kamu bisa chatt aku dulu sebelum dateng kesana. Kamu tau gak aku tadi panik waktu kamu dateng ke rumah, Aku gak pernah bawa teman cowok ke rumah, jadi aku takut kamu ketauan sama Ayah" ucap Adiba panjang kali lebar.

"Gue udah chatt lo dib, tapi lo gak pernah buka pesan dari gue, emang kenapa sih kalo ketahuan? Gue gak bakal lari meskipun ketahuan sama bokap lo. Dan tujuan gue kesana karena emang mau ketemu bokap nyokap lo" sahut Samudra sambil menatap mata Adiba.

"Apa tujuan kamu mau ketemu Ayah aku?" tanya Adiba.

"Gue mau minta re-" entah sudah ke berapa kalinya ucapan Samudra di potong oleh Adiba.

"Jangan pernah temuin Ayah aku, dia orangnya tegas, aku takut nanti kalo kamu ketemu sama di-" kali ini ucapan Adiba yang di potong oleh Samudra.

"Tolong kali ini jangan potong omongan gue. Gue bermaksud baik mau datengin kedua orang tua lo, gue tau kenapa bokap lo tegas kalo soal cowok. Karena dia punya anak cewek yang sangat dia cintai, dia takut putrinya jatuh ke tangan cowok yang salah. Gue paham akan hal itu dib karena gue juga cowok" ucap Samudra.

"Oleh karena itu gue dateng ke rumah lo buat minta restu ke mereka, gue mau minta izin ke mereka buat menjaga putrinya ini" lanjutnya.

Adiba mengernyitkan dahinya,
"Maksudnya?" tanya Adiba bingung.

"Ayo nikah dib" ucap Samudra tanpa ada rasa keraguan saat mengucapkannya.

Deg...

*
*
*

Hallo guys, gimana kalian bacanya? Seru kah? Atau ngebosenin?.
Aku harap kalian terhibur dengan ceritanya, jangan lupa kasih ⭐ ya guys, biar tambah semangat Aku buat ceritanya. Dan yang belum follow kalian bisa follow dulu yak.
Maaf juga kalo masih ada kalimat kalimat yang kurang pass.
Next bab selanjutnya ya.
Makasih all ❣❣

Mencintai Dalam DiamWhere stories live. Discover now