30

479 27 2
                                    

Ammar dan para sahabat nya sedang fokus pada komputer yang berada di depannya. Mereka berusaha melacak tempat dimana Anara membawa Amzar pergi.

"Gimana Je, bisa nggak?" tanya Raga.

"Bentar, lagi error" jawab Jean yang mengotak atik komputer tersebut.

Sedangkan Ammar terus berdoa dalam hati supaya Adiba dan putranya baik-baik saja. Pikirannya tidak tenang, perasaannya mulai tidak enak.

"Sabar Am, bentar lagi bisa" ucap Gazhi berusaha untuk menenangkan pikiran Ammar.

Tidak lama kemudian,
"Nahh. Alhamdulillah" ucap Jeandra.

"Bisa je?" tanya Ammar.

"Bisa" jawab Jeandra.

"Alhamdulillah" sahut mereka bersama.

"Udah je, cepet buru liat dimana lokasinya" ucap Raga.

"Iya-iya" jawab Jeandra.

Jeandra fokus mencari lokasi tersebut, tidak lama kemudian Jeandra menemukan lokasinya.

"Ketemu" ucap Jeandra.

"Dimana?" tanya Ammar dan kedua sahabatnya bersamaan.

"Di jalan kembang elok" jawab Jeandra.

"Bukannya disitu jalan raya yang sepi ya? Jarang banget ada kendaraan lewat sana kecuali truk, bahkan truk aja jarang ada yang lewat" ucap Gazhi.

"Bener, disitu juga ada rumah besar yang sudah kosong selama sepuluh tahun" sahut raga.

"Berarti benar Anara membawa Amzar kesana" lanjut Jeandra.

Tanpa basa basi, Ammar langsung berlari ke luar yang di ikuti oleh ketiga sahabatnya.

"Jangan lupa telfon Dirsya sama Razyla, biar mereka nyusul kesana" ucap Gazhi sembari berlari. Dan di angguki oleh Jeandra.

***

Plak!

Anara menampar Adiba dengan keras,
"Amma!" pekik Amzar yang terkejut saat melihat Adiba di tampar oleh Anara.

"Bibi Anara jahat! Kenapa Bibi pukul Amma, Amma salah apa sama Bibi" celetuk Amzar dengan mata yang berkaca kaca.

"Amma kamu ini pantas mendapat tamparan ini, bahkan seharusnya lebih dari tamparan!" sahut Anara sembari melotot ke arah Amzar.

Plak!!

Kini berganti, Adiba menampar keras wajah Anara, bahkan lebih keras dari tamparan Anara sendiri. Sedangkan Anara reflek memegang pipinya.

"Berani berani nya kamu nampar saya!" bentak Anara.

"Saya tidak akan menampar kamu jika kamu tidak memulainya" ketus Adiba.

Tanpa basa basi Adiba bergegas keluar dari ruangan sembari menggandeng tangan Amzar, meninggalkan Anara yang masih berdiri di tempat.

Dengan mata yang memerah, emosi yang sudah tidak bisa di tahan. Anara berjalan menyusul Adiba. Saat ia keluar dari ruangan, ia tidak melihat dua preman yang sudah ia tugas kan untuk menjaga di depan pintu ruangan tersebut.

"Dasar, preman gak becus!" celetuk Anara dengan emosi.

Lalu ia segera menyusul Adiba, bahkan dua preman lagi yang seharusnya menjaga di luar rumah juga tidak ada.

Akhirnya Adiba keluar dari rumah tersebut. Saat ia hendak berjalan ke arah motornya, tiba-tiba Anara datang dan mendorongnya sampai terjatuh.

Bruk!

Mencintai Dalam DiamWhere stories live. Discover now