11

1.2K 66 4
                                    

Sudah lima belas menit Adiba duduk di atas ranjang sembari memikirkan hal yang tadi ia bicarakan dengan kedua orang tuanya. Ia memikirkan bagaimana nasibnya besok, ia tidak tau harus berbuat apa dan bagaimana ia akan memutuskannya nanti.

Adiba mengusap kasar wajahnya,
"Aaaaaaa aku bingung ya Allah... Mana tugas lagi numpuk terus sekarang malah... Aaaaa gak tau lah" ucap Adiba dengan nada merengek.

Tidak lama kemudia ia turun dari ranjangnya dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat isya' agar pikiran dan suasana hatinya lebih tenang.

Setelah selesai mengambil air wudhu, ia segera melaksanakan shalat isya'. Selesai shalat ia langsung berdzikir dan berdoa kepada Allah.

"Yaa Rabb.. Aku tidak tahu siapa yang paling baik di antara pilihanmu. Aku bingung harus bagaimana besok, dan kenapa secepat itu Yaa Rabb.. Aku masih belum bisa melupakan dia, aku takut jika nanti aku tidak bisa membalas cintanya, karena cintaku masih ada pada dia. Apapun yang terjadi besok, aku mohon berilah petunjuk kepadaku Yaa Rabb.."

"Apa mungkin engkau mengirimkan laki-laki itu untuk membantuku melupakan Am? Sungguh aku tidak tahu bagaimana nanti, tapi jika memang dia baik untuk agamaku, masa depanku, keluargaku, dunia akhiratku. InsyaAllah aku akan menerimanya, dan aku akan berusaha untuk menerimanya. Oleh sebab itu bantulah aku untuk melupakan Ammar, Aamiin..."

Adiba mengusap wajahnya, sekarang suasana hati dan pikirannya jauh lebih tenang. Setiap kali ia merasa sedang banyak pikiran dan ada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang, ia langsung mengadu kepada Rabb-nya. Karena itu adalah salah satu jalan terampuh menurutnya.

Setelah selesai berdoa, ia melepas mukenahnya, dan bersiap siap untuk tidur. Ia langsung menumbangkan tubuhnya di atas ranjang, dan menarik selimut untuk menutupi tubuh kecilnya, tidak lupa guling yang selalu jadi bahan pelukan saat ia tidur. Perlahan ia mulai terlelap dan masuk ke alam mimpinya.

***

Sinar matahari sedikit demi sedikit menyinari bumi, cahanya mulai memasuki kamar Adiba lewat cela-cela jendela.

Suara gedoran pintu yang sangat keras sama sekali tak mampu membangunkan sang pemilik kamar.

Dok... Dok... Dok...

"KAK DIBA BANGUN GAKK!! UDAH JAM ENAM LEWAT LIMA BELAS MENIT!" suara teriakan sang Adik juga tak mampu membangunkan Adiba. Ia masih tidur dengan pulas.

"KAKAK!! BANGUN! AKU HITUNG SAMPE TIGA KALO GAK BANGUN AKU DOBRAK NIH PINTU!!" Alin semakin brutal menggedor gedor pintu kamar kakaknya.

"SATU!... DUA... TI-"

Ceklek...

Pintu kamar terbuka menampilkan Adiba dengan penampilan yang sangat kacau. Ia menguap sembari menggaruk garuk kepalanya dan menatap sang Adik dengan tatapan sayu.

"Apa sih lin... Berisik banget ganggu orang tidur aja!" celetuk Adiba dengan suara khas bangun tidurnya.

"Apa sih apa sih. Udah jam setengah tujuh nih!" sahut Alin ngegas.

Seketika Adiba langsung membelalakan kedua matanya,
"HAH? YA ALLAH AKU ADA KELAS JAM TUJUH!" pekik Adiba histeris.

Saat ia hendak berlari, sang Adik menghentikan langkahnya.

"Kak? Kamu lagi dateng bulan?" tanya Alin yang membuat Adiba sontak melihat ke celana tidurnya.

"AAA YA ALLAH TEMBUSS, KENAPA SIH SIAL AMAT HARI INI. KENAPA GAK DATENG NANTI AJA SIH!" kesal Adiba.

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang