16

873 49 4
                                    

"Sebelumnya sorry kalo gue tanya hal ini ke lo. Apa lagi kita juga baru aja kenal" ucap Samudra.

Ammar mengangguk kecil,
"Iya gapapa, silahkan lanjutin aja" sahut Ammar.

"Lo beneran mau nikah sama Adiba?" tanya Samudra.

Tanpa ada rasa ragu Ammar langsung menganggukan kepalanya.

"Iya" jawab Ammar.

"Dan lamaran lo di terima sama Adiba?" tanya Samudra lagi.

Lagi dan lagi Ammar menganggukan kepalanya, Samudra sedikit mengernyitkan dahinya seperti orang kebingungan. Hal itu dinotis oleh Farez.

"Lo kenapa? Kok kayak orang bingung?" tanya Farez.

"Emang bingung, waktu itu dia bilang sama gue.. 'Aku tau sam kalo itu gak mudah... Tapi aku yakin seiring berjalannya waktu kamu pasti bisa lupain aku... Aku gak mau kalau kamu nantinya jadi kayak aku yang mencintai seseorang selama sembilan tahun dan pada akhirnya cinta itu gak terbalas dan dia akan jadi milik orang lain. Sakit rasanya sam melihat orang yang kita cinta mencintai orang lain. makanya aku bilang sama kamu lupain aku sebelum perasaan kamu semakin dalam'.." jawab Samudra.

Ammar tersenyum mendengarnya. ia tau mengapa Samudra bingung. Samudra dan Farez bertanya tanya mengapa Ammar tersenyum.

"Lo kenapa malah senyum Am?" tanya Farez.

"Saya tau maksud dari ucapan Adiba itu" jawab Ammar.

"Apa emang?" tanya Samudra.

"Dia salah paham waktu sahabat saya nunjukin cincin pertunangan saya dan bilang kalo saya mau melamar perempuan. Dan waktu itu dia belum tau kalau perempuan yang akan saya lamar adalah dia" jawab Ammar.

"Jadi? Cowok yang Adiba cinta selama bertahun tahun itu lo?" tanya Samudra ketrigger.

Ammar mengangguk sebagai jawaban,
"Benar".

Samudra dan Farez saling bertatapan tidak percaya. setelah beberapa detik mereka saling bertatapan, Samudra kembali menatap Ammar.

Samudra menghela nafas,
"Gue mau bilang sama lo Am, Lo beruntung Am dicintai cewe setulus dia" Ucap Samudra.

"Iya saya tau itu sam" sahut Samudra.

"By the way, lo udah tau sejak kapan kalo dia-" Samudra tidak melanjutkan kalimatnya karena ia tau Ammar pasti paham dengan apa yang dia maksud.

"Saya sudah tau sejak lama. Tidak hanya dia yang mencintai saya selama bertahun tahun, tapi saya juga mencintainya" jawab Ammar yang membuat Samudra terkejut. Tidak hanya Samudra saja namun Farez juga terkejut.

"Jadi lo juga mencintainya diam diam selama ini? Tapi gimana kalian bisa saling mencintai tanpa berkomunikasi?" tanya Farez.

Lagi dan lagi Ammar menanggapinya dengan senyuman,
"Menjaganya lewat doa, merindukannya dalam diam, memintanya dalam sujud, menunggu tanpa bertemu. Begitulah cara saya dalam terus mencintainya, sampai suatu saat nanti Allah menyatukan kita. Saya yakin dia juga melakukan hal yang sama seperti saya, oleh karena itu dia bisa mencintai saya sampai bertahun tahun tanpa adanya komunikasi. Karena puncak cinta adalah cinta yang di ridhoi oleh Allah" ucap Ammar.

"Kalau saya mau dari dulu saya bisa saja mengajaknya berpacaran, tapi saya tau itu bukan cinta tapi syahwat dunia sesaat. Dan karena saya ingin bersamanya bukan hanya di dunia saja, oleh sebab itu saya memilih untuk mencintainya di jalan Allah. Saya tau kamu pasti paham maksud saya" lanjutnya.

Samudra hanya bisa diam, ia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. Begitupun dengan Farez yang tertegun mendengar ucapan Ammar.

'Pantes aja Adiba sulit banget dimiliki. Ternyata cowok paham agama ini yang menyebut namanya dalam doa. Dilihat dari sudut manapun gue kalah banget sama dia, apalagi kalau soal agama. Gimanapun mereka saling mencintai, dan gue hanya orang baru yang mencintai Adiba. Gue harus ikhlas ngelepasin Adiba, lagian dia udah ada di tangan laki-laki yang tepat'—Batin Samudra sambil termenung.

Mencintai Dalam DiamOù les histoires vivent. Découvrez maintenant