27. Qurratul Uyun

16.9K 1.6K 21
                                    

•••

Satu bulan telah berlalu.

Kini dalam acara yang sama seperti waktu aku akan menjadi seorang istri, terdapat sepasang calon pengantin duduk bersebelahan. Rahasia yang selama ini aku tutupi kini juga sudah di ketahui oleh kedua temanku. Hanya saja memang belum ingin mempublikasikan hubunganku antara Gus Athar dengan semua santri.

Tepatnya sekarang aku berada dalam pernikahan Nuha dan Joy. Sugus pun duduk di sebelahku, dengan Balqis maupun juga Neira hanya duduk sambil membawa banyak makanan yang padahal acara makan-makan belum di mulai.

Mendengar suara mikrofon dari pak penghulu itu membuat semua orang senyap, ucapan lantang Joy begitu menjabat tangan begitu memukau.

"SAH!!"

Aku menghapus kecil air mata yang keluar, kini teman ku sudah menyandang status sebagai istri sama seperti ku. Memiliki tanggung jawab besar tentunya dalam membina rumah tangga. Dalam berumah tangga pun pasti ada begitu banyak permasalahan entah itu dari yang terkecil hingga terbesar, semoga saja mereka berdua bisa melewatinya.

Nuha memilih bersama aku, Balqis, dan juga Neira. Mempelai lelaki pun sedang berbicara sendiri bersama Gus Athar, serta lainnya.

"Cie cieee entar ada yang bisa ngerasain malem pertama nih, jangan lupa terapkan kitab Qurratul Uyun nya, Nuha," tukas Balqis tersenyum bahagia.

Wajah Nuha langsung memanas, mengapa malah membahas seperti ini? Ia kira akan ada acara tangis menangis.

Aku hanya menyimak ketika di rasa ketiga wanita ini begitu tahu akan kitab itu. Tahap belajar ku mempelajari kitab Qurratul Uyun masih dalam bab awalan, sebenarnya sih ada niatan untuk mencari tahu lebih tapi rasanya sangat malas karena hafalan yang masih aku harus hafalkan.

Berbeda dengan Nuha, Balqis, dan Neira yang sepertinya sudah akan dalam bab akhir-akhir an. Mungkin juga karena aku sering bolos, kendala dimana saat ini Gus Athar ingin aku selalu di sampingnya. Bila tidak di temani pasti akan berujung pisah ranjang, Gus Athar tidur di sofa sedangkan aku tidur di kasur.

"Mau tau dong mengenai apa aja dalam kitab Qurratul Uyun," celetukku membuat atensi ketiganya kini menatap padaku.

Balqis menggelengkan kepalanya, "Tanya aja sama Gus Athar."

"Jangan pelit untuk berbagi ilmu, Aqis. Karena sesungguhnya, barangsiapa yang ditanya tentang sesuatu ilmu lalu ia menyembunyikannya maka ia akan diberi kekang pada hari kiamat dengan tali kekang dari neraka."

Raut wajah Balqis menjadi lebih suram karena sebuah hadits yang di tuliskan oleh Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi dalam kitab at Targib wat Tarhib.

Mencari celah kabur dari pertanyaan, Balqis berizin pergi ke toilet untuk menuntaskan hajatnya. Aku hampir saja tadi menggapai tangan Balqis, tapi gadis itu berjalan begitu cepat seperti menahan sesuatu.

"Eee, Gus Athar malah jauh lebih faham dan bisa langsung kalian berdua praktekan. Dengar-dengar Joy manggil aku, pergi dulu yaa."

Satu persatu mereka pergi, aku menatap sinis Neira. Apa dia juga tidak ingin menjawab pertanyaan ku yang satu ini juga, padahal aku sudah sangat kepo.

"Jangan ikutan pergi Nei, kalo sampai kamu pergi, aku nggak akan temenin kamu lagi buat beli skincare," ketus ku membuat Neira yang sudah bangun dari duduknya pun kembali duduk.

Neira menghela nafasnya gusar, jelas-jelas ia tak ingin menjawab hal itu. "Orang pemaksa juga nggak boleh lho, Hazna. Dari Mu'awiyah ibn Abi Sufyān -raḍiyallāhu 'anhumā- berkata, Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Janganlah kalian memaksa dalam meminta! Demi Allah, tidak seorang pun di antara kalian yang meminta sesuatu kepadaku, lalu aku memberikan permintaannya dengan terpaksa, kecuali ia tidak akan mendapatkan berkah dari apa yang Aku berikan kepadanya."

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now