22. Satu porsi berdua

14.7K 1.6K 8
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Di tengah malam ketika aku akan membuka mata, aku merasakan kelaparan. Yang sayangnya ketika ingin membangunkan diri, aroma memabukkan menyeruak masuk ke dalam penciuman membuat aku tak berdaya untuk bangun. Dan ternyata wangi itu berasal dari tubuh suamiku, dimana wajahku masih berada di depan perut sixpack Gus Athar.

Aku mengintip jarum jam yang saat ini sudah menunjukkan pukul 23.20 WIB, rasanya sedikit takut pergi ke dapur untuk membuat makanan instan. Namun melihat posisi Gus Athar selama beberapa jam lalu, pastinya kepala suamiku ini terasa pegal.

Gus Athar menyender di kepala kasur saat aku masih dalam keadaan tidur, tangannya pun sudah keluar dari bajuku yang tadinya mengelus perut ku. Wajah damai di tambah letih ketika tertidur membuat aku enggan untuk membangunkannya. Mungkin aku harus menahan rasa lapar sampai esok hari tiba.

Tolong untuk perut, kondisikan nada bunyianmu.

Sayang seribu sayang, bunyi kruyukan dari perut ku tidak bisa di ajak untuk bekerjasama. Begitu menggema, cacing-cacing itu sepertinya sudah saling menggigiti di dalam, membuat aku bergerak tidak nyaman akan rasa sakit dalam tiduran di pangkuan sugus.

Cukup, kali ini aku akan melawan rasa takut demi perut. Semoga saja masih ada masakan umi yang tersisa, jadi aku tidak susah payah menunggu sambil memasak.

Aku turun dari kasur kami berdua secara hati-hati tanpa ingin membangunkan Gus Athar, setelah tadi juga memposisikan tidur sugus agar lebih nyaman, aku berlanjut mengecup kening Gus Athar. Peci hitam yang selalu di pakai suamiku pun sudah aku simpan di tempat yang semestinya.

"Yah, habis." Aku menunduk lesu. Masakan buatan umi semuanya tiada sisa, yang pastinya juga suamiku belum makan.

Tidak ada yang aku lakukan lagi selain memasak mie instan, oke. Menunggu sebentar saja sampai air mendidih dan duduk nyaman di kursi tanpa di temani seseorang semoga saja aku bisa. Mari teman-teman berdoa bersama untuk mendoakan keselamatan jantungku.

Selama menyiapkan sesuatu aku membacakan ayat kursi selalu, ampuh. Syukurlah tidak ada sosok-sosok mengerikan di dalam ndalem.

Setelah air sudah mendidih, aku memasukkan mie perlahan.

Grep

Aku merasakan ada seseorang yang memelukku, jangan bilang do'a yang selama ini aku ucapkan tidak mujarab. Terlebih lagi tangan besar yang melilit di pinggang ku, dan juga kepala itu bertengger manis di pundak ku membuat tubuhku ini mati rasa untuk hanya sekedar menengok.

"Buatkan untuk saya juga."

Suara itu begitu berat dan emm, khas bangun tidur. Dapat aku simpulkan bahwa itu suamiku.

"Fyuhh."

Aku menghembuskan nafasku lega, akhirnya ada teman untuk aku memasak bersama. "Gus duduk dulu gih, Hazna nggak bisa jalan kalo Gus dempet-dempetin Hazna kaya gini," seruku halus seraya mengusap rambutnya yang tebal.

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now