28. Tes hamidun

16.6K 1.6K 23
                                    

•••

"Huek."

Tanganku masih setia memijit tengkuk Gus Athar. Makan apa semalam sampai-sampai suamiku muntah begini.

"Coba aja dengerin Hazna, kalo jangan banyak-banyak mbungkus sate ayam dari acara akadnya Joy dan Nuha kemarin, pasti Joy nggak Ridha nih karena jamuan untuk tamu yang lainnya di ambil sama, Mas."

Masih terus nyerocos namun Gus Athar tanpa peduli malah mencoba menyingkirkan ku, dia duduk lemas di kasur. Yang dilihat suamiku ini memegang perutnya, saat rasa mual itu kembali hadir, Gus Athar berdiri hingga kesekian kalinya hal itu terulang.

"Mau baringan sambil aku oleskan minyak angin, nggak?" tawar ku mengikuti Gus Athar keluar kamar.

Belum lagi kakiku keluar malah suamiku ini akan menutup pintu, apa dia tidak melihat tubuhku yang masih nyangkut di pintu?!

"Saya ingin makan es krim di campur nasi. Kamu jangan ikut, minyak wangi yang kamu pakai hari ini bikin saya mual," tolak Gus Athar membuat aku menciumi seluruh pakaian yang sudah aku semproti dengan minyak wangi seperti biasanya.

Alisku menyatu tidak terima. "Minyak wangi Hazna dari masih jaman bocil ini ini aja kok, masa baunya bisa ganti sendiri sih."

"Dan apa tadi- Nasi campur es krim? Gus jangan aneh-aneh, deh." Perkataan Gus Athar sama sekali tidak masuk akal!

"Bukan nasi campur es krim, tapi es krim campur nasi, sayang," ulang Gus Athar membenarkan padahal saja maknanya sama.

Setelah mengatakan hal tadi dia pergi meninggalkan ku, aku pun mengekorinya dari belakang seperti Gus Athar adalah induk ku sendiri.

"Kalo kamu masih maksa ingin ikut, lebih baik kamu saja yang beli es krimnya," titah Gus Athar seraya menghela nafas.

Aku berhenti, lalu berjalan mendahuluinya. "Kili kimi misih ingin ikut, libih biik kimi siji ying bili iskrimnyi."

"Enak aja, Hazna ada urusan sama Balqis buat bantu-bantu Ustadzah Jihan nyelesain bikin peraturan baru, wlee."

"Terus ngapain masih ngikutin saya?" tanya Gus Athar lagi.

"Emang jalan di rumah ini hanya untuk kamu doang apa, aku juga sekalian jalan lah. Masa iya Hazna jalannya harus melayang kaya setan biar nggak searah sama situ," ketus ku lalu pergi mendahuluinya.

Cukup, pertengkaran kecil ini harus berhenti sampai di sini. Aku sedang malas berdebat lebih lanjut dengan suamiku ini.

Tanpa menengok kebelakang lagi aku pasti sudah menduga jika Gus Athar tidak akan mencegah kepergian diriku yang tidak penting. Aku acuh, namun ketika Umi Azizah tiba-tiba saja muncul pun dari dapurnya aku tersenyum manis.

"Masih pagi udah kaya kucing sama tikus aja kalian berdua," ucap umi sambil membawa teh hangat yang sepertinya untuk abi seorang.

Aku meringis kecil. "Sugus aneh Umi."

"Masa karena cium minyak wangi yang Hazna pakai Gus Athar malah mual, biasanya juga malah dempet-dempetan ke tubuh Hazna," aduku menjawab atas keterbingungan Umi Azizah.

Sedetik kemudian umi tersenyum aneh pula. "Terus, ada yang aneh lagi nggak, mantu?" tanya umi menaruh minuman teh di meja.

Mendapat anggukan dariku, Umi Azizah menyuruhku dan Gus Athar duduk. Namun Gus Athar memilih pergi untuk membeli es krimnya.

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now