8. Halal, dong!

19.7K 1.8K 22
                                    

•••

Acara kecil-kecil an di sebuah pemandangan bukit sudah di setujui oleh kedua pihak keluarga bahwa proses pernikahan akan berlangsung di sini. Hanya kerabat dekat yang datang pula untuk sekedar memeriahkan acara.

Aku menggunakan pakaian khas pengantin berwarna putih dengan cadar yang menutupi sebagian wajahku. Perasaan senang, sedih, dan haru campur aduk aku rasakan ketika sudah duduk di samping calon suamiku. Rasanya seperti melayang di atas langit yang tinggi.

Beribu kupu-kupu seperti sedang menari di dalam perutku, melihat di samping ku Gus Athar duduk tegap meski tubuhnya sedikit tegang menjadikan aku tak bisa membendung rasa tangis ku. Jodohku memang benar bersamanya, Gus Athar.

Ketika acara inti dimulai aku hanya menundukkan pandangan ke bawah.

"Bismillahirrahmanirrahim, asshalatu wassalamu 'alaa Rasulillah. Yaa Abyan Athar Gazali bin Akbar Uzawwijuka'ala ma amarallahu min imsakin bima'rufin aw tasriihim bi ihsanin, Yaa Abyan Athar Gazali bin Akbar?"

"Na'am," balas Gus Athar tegas.

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Neyma Hazna Nalani binti Diasurya bi mahri mushaf al-qur'an wa alatil' ibadah wa mi'atain khomsatun wa 'isyruuna in ghiraam dzahaban haalan."

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha 'alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyut taufiq," ungkapnya serius tanpa keraguan.

"Sah?"

"SAH!!"

"Barakallah," ucap serempak orang yang hadir dengan haru.

Umi Azizah mengkode Gus Athar untuk membuka cadar yang aku kenakan. Aku hanya malu-malu dengan semburat merah menguasai kedua pipiku.

Begitu tangan Gus Athar yang besar dan kekar menyentuh wajahku, terasa getaran aneh menyerang seluruh organ tubuhku. Rasanya sangat pas untuk aku genggam dengan tangan kecil ku ini.

Perlahan wajah Gus Athar mendekat kearahku, dia membuka cadar yang ku pakai hingga tampilan wajahku kini terlihat olehnya. Gus Athar berkedip dua kali, dan dengan langsung dia mencium kening ku lembut.

Ketika aku akan menyalami tangannya sudah di tahan dulu oleh Gus Athar dengan memegang wajahku melalui kedua tangannya. Dia beralih mencium kedua pipiku dan hampir saja akan pada bibirku namun, sorak ramai membuat Gus Athar sadar lalu menjauhkan wajahnya.

"Mas Byan main nyosor aja! Wuuu..." teriak Neira seraya tertawa kencang.

Yaaah....

First kiss ini belum di ambil oleh siapapun. I'm honest!

Sekarang aku dengan beliau, eh maksudku suamiku sedang di pajang untuk tamu yang hadir memberikan aku dengannya salam selamat atas pernikahan kami. Sungguh, aku merasa gugup bukan karena banyak orang yang melihatku.

Tetapi, tenggorokan ku yang kering sama sekali tidak ada cairan yang masuk membuat aku tak nyaman duduk. Aku saja sedari tadi belingsutan seperti cacing yang sedang kepanasan, Gus Athar yang sedang mengobrol dengan teman karibnya pun menatap ku dengan alisnya dinaikkan.

"Kenapa?"

"Hazna haus banget, Gus," jawabku cemberut. "Eeeh, mau kemana?" tanyaku mencegah nya ketika bangun dari duduk.

Gus Athar mencoba melepaskan pegangan ku membuat aku menatapnya hampa. "Saya mau ambilkan kamu minum," katanya.

"Nggak usah, biar Hazna sendiri yang ngambil. Nggak papa kan, Hazna tinggalin Gus sendiri?"

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now