26. Konsekuensi

16.5K 1.7K 18
                                    

•••

Cuaca di siang bolong seperti ini terdapat dua insan yang tengah duduk di sebuah kursi seperti sedang dalam persidangan, keduanya menunduk ketika berbagai tatapan dari dalam ndalem itu begitu heran. Bahu gemetar perempuan itu menandakan dia lah memang pelaku sebenarnya.

Aku saja tidak bisa berfikir jernih untuk menyaring semua yang telah terjadi. Surat cinta yang menjadikan aku dan Gus Athar di runding permasalahan ternyata milik dari Joy yang di berikan untuk Nuha, sang pujaan hati.

Ternyata di balik sikap pendiam Nuha begitu banyak misteri dan hal-hal yang sepertinya masih belum terungkap. Aku melihat Gus Athar berdiri di samping Gus Fadhlan yang tengah berdiam diri dengan matanya mengarah padaku, terlihat dari manta Gus Athar hanya ada penyesalan.

Neira yang sudah tahu permasalahan 1 hari lalu itu pun menepis pandangan Gus Athar dengan menutupi diriku yang lebih pendek di banding dia. Respon sebaliknya dari Gus Athar mencoba menatap tajam Neira sebisa mungkin agar ia bisa melihat diriku.

"Konsekuensi saling mengirim surat menyurat kepada lawan jenis di pesantren Al Hikmah ini sudah kalian ketahui?" Abi duduk berwibawa dengan sorban melilit di lehernya.

Keduanya saling diam. Joy, lelaki yang hanya akrab pada teman-teman dekatnya pun sama sekali tidak bersuara.

"Jangan berpura-pura tuli!"

"Santri lainnya pun di tahun ini tidak ada sama sekali yang melakukan hal seperti kalian. Tapi, sepertinya aturan di pesantren ini kalian anggap hanya sebuah candaan, iya?"

"Lebih baik berbicara daripada diam dan meninggalkan pesantren ini selamanya."

Aku merasa kasihan pada Nuha, ucapan tegas abi juga membuat jantung ku berdetak kencang. "Nei, aku berharap semoga Nuha nggak di keluarin," bisikku pada Neira dari belakang.

"Sudah kelewatan sih, apalagi surat itu bukan hanya satu kali. Melainkan 5, banyak bukti tadi di kolong lemari Nuha ada surat dari Joy," balas Neira dengan suara kecil.

Mendengar hal itu juga aku merosotkan bahuku lesu. Nuha oh, Nuha. Mengapa kamu cuai sekali.

"Jawab!" Suara abi kian naik setelah beberapa menit keduanya hanya bungkam.

Aku beristighfar dalam hati.

"Abi, tenang. Jangan tersulut emosi," seru Umi Azizah. "Dan untuk Nuha dan Joy jika masih saja diam, bisa jadi santri lain yang sudah membantu kalian akan ada hukuman yang sama."

Aku menatap was-was ke arah Neira, pasti dia juga akan terkena masalah. Tapi sudah di jelaskan bahwa Neira pun hanya sebagai penitipan dari santri perempuan yang lainnya, bisa jadi Neira juga korban. Semoga saja Abi Akbar tidak menghukum gadis cantik itu.

"Hukuman untuk santri laki-laki yang terlibat dalam surat menyurat cinta yakni dengan mencukur kepalanya sampai botak dan berdiri di lapangan selama 5 jam di depan semua santri lainnya," jawab Joy  akhirnya membuka suara.

Abi Akbar menganggukkan kepalanya, kini atensi mulai mengarah ke Nuha.

"H-hukuman untuk santri perempuan yang terlibat dalam surat menyurat cinta yakni dengan berdiri selama 5 jam dan mengenakan pakaian yang sudah di sesuaikan di depan semua santri lainnya," ucap Nuha kembali menunduk takut.

"H-hukuman untuk santri perempuan yang terlibat dalam surat menyurat cinta yakni dengan berdiri selama 5 jam dan mengenakan pakaian yang sudah di sesuaikan di depan semua santri lainnya," ucap Nuha kembali menunduk takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halalin Hazna, Gus! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang