29. Publikasi

15.7K 1.6K 16
                                    

•••

Mereka semua masih menerka-nerka apa yang akan di sampaikan oleh pengurus ndalem sampai-sampai tenda begitu panjang di pajang untuk para santri duduk beralas kursi. Berbagai makanan di malam minggu ini begitu banyak untuk di hidangkan.

Malam ini begitu indah sampai beribu bintang bersinar penuh gemerlap, hadroh yang menjadi acara pelengkap untuk menunggu sosok peran utama dalam sebuah perayaan ini sudah di siapkan sangat matang walau waktu yang di tentukan mendadak atas perintah Gus Athar sendiri.

Begitu sosok perempuan bercadar putih sudah memasuki area dimana mereka semua sedang berbincang-bincang pun kini mulai senyap. Tepatnya aku berjalan gugup dengan pandangan menunduk ke bawah, aku di tuntun oleh umi dan abi yang keduanya berada di sebelahku.

Sedangkan bunda dan Bang Sauqi sudah duduk di sofa khusus keluarga yang sudah di undang, acara besar ini pantas saja bisa membuat semua santri kebingungan.

Aku gugup, Gus Athar akan mempublikasikan diriku yang sudah menyandang status istri dan calon ibu dari anak-anaknya. Belum sampai duduk aku sudah meneteskan air mata, terharu. Rasanya seperti mimpi, dan memang aku tidak pernah menduga bahwa Gus Athar akan melakukan ini.

Hadroh sudah berhenti dari sholawat-sholawat Nabi yang telah mereka lantunkan.

Pandangan Balqis begitu menyorot ku dengan penuh perasaan bahagia. Gadis itu duduk bertiga bersama Putri dan Erin karena sahabat sekamarnya yang baru saja menikah masih menikmati keindahan berduaan hidup seorang pengantin.

"Baru kali ini Gus Athar menghadiri acara besar di pesantren, biasanya beliau lebih memilih pergi untuk mengisi kajian ceramah di luar pesantren," ucap Erin begitu penasaran.

"Akan ada kejutan besar juga pastinya, kita tunggu aja. Yang terpenting siapin hati atau bisa juga bawa tisu buat nutupin tangisan," ungkap Balqis merespon Erin.

Tidak ada kata lagi dari Erin, dia diam untuk memendam rasa penasarannya. Biarkan nanti pengurus ndalem yang mengungkapkan semuanya, menanyakan kepada orang lain pun Erin merasa lebih bingung.

Ketika Gus Fadhlan sudah berdiri dengan mikrofon yang terpasang pun sebagian santri putri semuanya bersorak riang, hanya saja sorot mata Gus Fadhlan memandang gadis yang sedang menunduk malu itu tanpa kedip.

Balqis melirik sebentar sorot mata Gus Fadhlan yang mengarah di deret baris antaranya, Putri, dan Erin. Dia tersenyum sekilas setelah mengetahui sosok gadis yang di sukai Gus Fadhlan. Oke, waktunya tutup mulut untuk mu Balqis.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab semua santri bergema.

Gus Fadhlan menarik nafasnya sejenak sebelum mengeluarkan sepatah kata. "Bismillahirrahmanirrahim. Sebelumnya saya ucapkan banyak terimakasih untuk semua yang turut hadir di acara resmi ini, saya selaku salah satu pengurus dari ndalem hanya ingin mengatakan bahwa ada kabar gembira yang selama ini keluarga kami rahasiakan."

"Kabar gembira apa tuh, Ustadz??" sorak mereka penuh tanya.

Menengok ke umi dan abi untuk memastikan, Gus Athar tersenyum kecil. "Mengenai perempuan yang sudah menjadi tumpuan hati untuk seorang Kakak saya."

"Bukannya yang di maksud itu Gus Athar, Ustadz?" teriak kencang seorang santri laki-laki.

"Benar--"

"Kok tiba-tiba banget, Ustadz? Apa Gus Athar menikahi perempuan itu karena unsur kecelakaan yang mereka berdua perbuat??"

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now