15. SBL (Serem banget loh)

19.6K 1.7K 25
                                    

•••

Pemandangan ketika di meja makan sangat di hadiahi dengan senyuman lebar dari Sauqi. Lelaki yang menjadi anak dari Bunda Afifah menaik turunkan alisnya terhadap ku, aku tak meresponnya kecuali hanya dengan menghembuskan nafasku panjang.

Tampilan Gus Athar yang rambutnya basah pasti saja membuat Bang Sauq tersenyum penuh kemenangan. Rencana dia berhasil untuk menyatukan aku dengan sugus agar menjalankan sunnah rasul semalam.

Dengan bantuan bunda, akhirnya abang bisa diam memakan makanannya sendiri. "Wlee," ledekku pada Bang Sauq.

Untuk ke makam ayah, aku dengan Gus Athar sudah sepakat akan mengunjunginya di jam 09.00 WIB. Tak lepas dari bayang-bayang semalam pipiku entah sampai kapan akan berhenti memerah dan terasa begitu panas.

Pagi tadi pun Gus Athar memperlakukan ku layaknya seorang istri, dia menyuruhku agar mengeringkan rambutnya yang basah, begitu juga sebaliknya Gus Athar memberikan ku ciuman yang sangat lama dan itu hampir di seluruh wajahku.

"Setelah makan kalian berdua mau kemana?" tanya abang mengelap mulutnya sehabis makan.

Mulutku yang masih mengunyah di gantikan sugus menjawab pertanyaan abangku. "Kami akan ke makam Ayah, lalu di lanjut langsung pulang ke pesantren, Qi."

Panggilan Akang tidak Gus Athar berikan pada Bang Sauq karena, memang abang sendiri lah yang tidak ingin suami ku ini memanggil dengan sebutan itu. Kesannya agar tidak begitu formal.

"Memang Hazna kuat jalannya?" goda Bang Sauq tak berhenti.

Uhuk

Bukan, bukan aku yang terbatuk. Tapi sugus yang meminum minumannya terlalu terburu-buru. Lagipula Bang Sauqi juga bertanya tidak masuk akal!

"Bundaaa." Jurusan maut aku pakai agar abang tidak usil lagi.

"Sauqi, kalo kamu masih aja godain anak dan mantu Bunda. Kamu akan Bunda jodohkan langsung sama anaknya Pak RT!" ancam bunda langsung membuat Sauqi terdiam seribu bahasa.

Mampus, begitu saja langsung diam.

***

Aku dengan suamiku masih di rumah bunda, selepas mengunjungi makam ayah aku meminta sugus agar besok saja untuk pulang. Lagipula aku masih ingin kangen-kangenan dengan bunda tercinta ku ini. Banyak kenangan manis di rumah ini ingin aku ceritakan dengan sugus.

Kami berdua ada di ruang santai, tepatnya aku dengan Gus Athar sedang menonton TV.

"Hazna, kamu dengan Byan bisa bantuin Bunda nggak?"

Terkejut, aku langsung ingin menyingkirkan kepala Gus Athar dari pangkuan ku. Tapi ketika melihat matanya tertutup membuat aku tidak tega. Bunda terkekeh dengan membawa bungkusan makanan di tangannya.

"Nggak usah deh, biar Bunda aja. Elusin juga dong kepalanya," goda bunda.

Aish, malu. Padahal di depan bundaku sendiri.

"Gus? Jangan pura-pura tidur," bisik ku di telinganya. "Hazna mau bantu Bunda," rengekku.

"Saya ngantuk tau." Gemas, bibir sugus mencebik layaknya anak kecil. Dia yang biasanya terlihat dingin sekarang sangat hangat di depanku. Mungkin saja pelet cintaku sudah mulai menyambar layaknya petir di seluruh tubuhnya.

Tiba-tiba saja bunyi langkah kaki terdengar. "Begini amat ngontrak di bumi."

"Pergi ke mars berapa yah harga tiketnya?" gumam Bang Sauq dengan sikap kejombloannya.

Bang Sauqi memang selalu syirik dengan kebahagiaan diriku.

"Katanya kalo lama-lama berduaan yang ketiganya setan," sindirnya lebih lanjut.

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now