14. Sunnah Rasul

20.7K 1.7K 22
                                    

•••

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Bunda!!" teriakku kencang.

Raut wajah terkejut dari Bang Sauq yang sedang bersantai dengan di temani permainan PS nya sama sekali tidak bisa aku hiraukan. Dia begitu terkejut, apalagi camilan yang ada di sampingnya itu jatuh berantakan. Menambah kesan tidak menyenangkan dari abang dapat aku rasakan.

Aku hanya menyengir lalu menyenggol bahunya, sedangkan suamiku sepertinya merasa malu karena ulahku. Mengambil cemilan yang masih utuh setelah tadi bersalim dengan abang, kini aku meninggalkan keduanya agar berbicara bersama.

Aku mendengar alat masak saling menyahuti dari arah dapur, bundaku tercinta sedang memasak. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam, pasti Bang Sauq yang nyuruh bunda buat masakin nasi goreng. Dasar nyusahin bunda mulu emang!

Bau masakan bunda memang paling the best dari yang lainnya. Walau hanya makanan sederhana tapi bila buatan bunda akan terasa sangat begitu istimewa. Kali ini aku tidak akan mengganggunya, cukup duduk manis dulu sambil makan cemilan kentang dengan tenang.

"Sauqi!! Tolong ambilkan Bunda sosis di kulkas, sekalian di potong-potong," teriak bunda begitu membahana.

Tanpa menunggu kesini aku mengambil makanan berupa sosis itu, dan menyerahkan kepada bunda ketika sudah terpotong sama rata.

"Tumben diem. Biasanya kamu liatin Bunda masak, Bang," tukas bunda masih mengaduk-aduk nasi gorengnya.

Cekikikan ku yang terbilang sangat mudah di tebak membuat tubuh bunda sedikit menegang sebagai responnya. Beliau mematikan kompor dan membalik badan, pemandangan yang bunda lihat pertama kali adalah wajah ku yang menampilkan deretan gigi gingsul sama seperti ALM Ayah.

"Masih inget sama Bunda?" ucap harunya lalu membawa tubuhku kedalam pelukan.

Aku tak bisa menahan tangis lagi, "Maksud Bunda apa yah. Bukannya Bunda sama Umi dan Abi sendiri yang ngerencanain honeymoon di sana," balasku membela diri.

"Bunda kira setelah kamu dan suami kamu pulang honeymoon kalian nggak akan mampir ke sini, ternyata anak Bunda sangat perhatian sampe bawa oleh-oleh, kan?" tanya bunda menaik turunkan alisnya.

Senyuman Bunda begitu misterius, "Pasti dong. Hazna bawain Bolen Kartikasari khas Bandung," ucap aku bangga.

"Bukan itu, tapi yang lainnya," bisik bunda membuat aku bertanya-tanya.

"Nggak ada lagi, Bun. Soalnya uang sugus nggak cukup." Bohong, aku menjawab yang sebohongnya.

Bunda semakin mendekat ke arah telingaku. "Cucu."

Bisakah kalian rasakan bagaimana jantungku sekarang? Lailahaillallah, sangat kencang seperti kalian lari dari makhluk jin sejenis setan. Hubungan aku dengan sugus saja baru akan di mulai, dan yang kami lakukan selama honeymoon pun sekedar berjalan-jalan. Keromantisan saja jarang aku dapatkan dari Gus Athar kecuali kejadian ketika bertemu Langit.

"Bunda tuh apa-apaan sih, kan baru 5 hari di sana masa langsung jadi?" alibiku agar bunda sedikit bahagia. Aku tak mungkin mengatakan fakta yang sebenarnya, hal itu bisa membuat wanita yang paling aku sayangi cemas dan berujung stress.

Sepertinya bunda percaya padaku, beliau tersenyum kecil. "Kalo begitu, Bunda udah siapin beberapa testpack untuk kamu coba beberapa minggu mendatang," katanya pergi ingin mengambil alat itu.

"Cucu yaa..." lirihku menggembungkan pipi.

***

Sudah setengah jam yang lalu aku berada di kamar menunggu sugus masuk tidur bersama, sama sekali tak ada tanda-tanda dia muncul. Apakah sangat menyenangkan berbicara dengan Bang Sauqi yang super jahil melebihi diriku?

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now