Extra part tambahan banget

10.8K 685 5
                                    


"Pesssst."

"Bang Hazbi, jangan narik-narik kerudung aku terus dong."

Hazbi menatap sekilas adiknya, tidak tahukah jika suaranya tadi terdengar memekik jelas.

Dan benar saja, Gus Athar yang memiliki telinga panjang seperti belalai gajah. Maksudnya radius berapa jauh pun dia sudah bisa mendengar walau itu hanya suara kentut tanpa suara. Dia menyudahi acara romantisnya, baru saja akan ke tahap ciuman. Sudah ada hama yang harus di hempaskan.

Aku hanya menggelengkan kepalaku, kelakuan dua anak ini. Atau lebih tepatnya satu anak perempuan yang sifatnya jahil dan sering membuat orang geleng-geleng kepala entah menurun dari siapa, padahal aku itu kalem. Super duper kalem.

"Lanjutin aja, Mas," jahilku menarik tengkuknya untuk melanjutkan adegan yang tadi.

Biarkan saja mereka, toh nanti juga akan merasakan hal yang sama nantinya.

"AAAA, mata Ulpi ternodai!" Ulfi berteriak, sangking kencangnya kaca rumah sampai retak.

Gus Athar yang memang memiliki malu-malu harimau pun enggan untuk melanjuti. Walau wajahnya dengan wajahku saling berhadapan tapi dia hanya menatap ku datar membuat aku meringis kecil.

Namanya ini bukan mau memakanku tapi menguburku hidup-hidup, aku pun mengangkat tangan tanda menyerah. Tidak ingin suami tercinta ku ini kian marah, dan menatap kedua anak itu yang masih di sana dengan tatapan sinis. Padahal akan ada proyek besar biar Ulpi punya mainan lucu, tapi gadis itu malah menghancurkan impiannya sendiri. Ya, Ulpi lah yang merengek meminta adik. Tapi Gus Athar sebenarnya tidak mau, dia seperti mengalami trauma sendiri saat aku melahirkan Ulpi.

"Kamu sih, Bang!" gerutu Ulpi menyalahkan Hazbi yang dari tadi hanya diam saja seperti patung.

Hazbi ketika sudah beranjak dewasa sifat dia entah mengapa menjadi lebih pendiam dan tegas. Padahal dulunya letoy dan suka bercanda dengan adiknya, apakah karena menetap di Oman lebih dari 5 tahun yang membuat Hazbi seperti ini?

Sekarang umur Hazbi sudah 20 tahun, sedangkan Ulpi masih berapa ya lupa. Kira-kira aja lah ya, baru nulis lagi aku ini dari sekian lamanya hiatus. Mau baca ulang ceritanya sendiri tapi males, jalan 16 tahun aja deh.

Aku memajukan bibirku maju, sebenernya ini momen yang sangat susah untuk membujuk Gus Athar. Tapi ya sudahlah, lain kali aku akan membuatnya mabuk daripada mengemis-ngemis seperti waktu lalu.

*****

Tidur siang.

Aku dan Gus Athar masih berleha-leha di dalam kamar setelah kejadian terciduk sewaktu pagi. Aku memunggunginya, namun dia masih berisi keras untuk menarik tubuhku sedekat mungkin agar dia bisa memeluk guling super nyamannya ini.

Karena aku sudah tak sanggup lagi mencium aroma tubuhnya yang menguar, aku pun membalikkan tubuhku. Menatap wajah tampannya yang begitu menawan, mengapa tidak sedari kecil saja aku sudah bertemu dengannya?

Saat tanganku baru saja menemplok indah di bibirnya yang terbuka kecil, dia terusik sebentar lalu menjauhkan tanganku dari pipinya yang kini tidak di tumbuhi bulu-bulu tipis. Katanya nanti aku tak bisa suka dengannya lagi, karena lebih fokus ke Hazbi yang ketampanannya tak jauh dari Gus Athar.

"Padahal aku lebih suka kalo ada bulunya, geli-geli gimana gitu tau Mas." Aku bergumam tanpa henti memandang wajahnya.

Huh, kenapa semakin tua dia bertambah berkarisma sih?!

"Nakal," desis Gus Athar saat tanganku tak sengaja mencubit pipinya. Matanya bahkan masih tertutup, hanya mulutnya yang bergumam pelan.

Aku sedikit menjauh, padahal kan kami sedang marahan. Mengapa dengan melihat wajahnya aku langsung luluh. Tidak-tidak, aku harus keluar dari ruang lingkupnya.

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now