3. Dua Gus idaman

19K 1.9K 11
                                    

•••

"Jadi nanti Hazna tidur sendirian?" gumamku bermonolog sendiri.

"Iya Mbak, seharusnya ada dua santriwati lagi yang tidur sekamar dengan Mbak. Tapi mereka belum pulang, dan pulangnya nanti besok," jawab dia mengerti raut wajahku.

"Mau nemenin Hazna, nggak? Hazna bawa banyak jajan loh, nanti Hazna bagi banyak buat kamu," tawar ku tersenyum simpul.

Terlihat wanita itu menunduk lalu mengangguk malu, "Memangnya boleh? Aku kalo gratis mah pasti mau Mbak, tapi sekarang kayaknya nggak bisa karena--"

"Putri! Lo lama banget sih nganter dia, ayo temenin gue ke kamar mandi." Perempuan yang baru datang itu langsung mengotot ketika berbicara.

Aku mengembungkan pipiku kesal. "Jadi kamu nggak bisa temenin, Hazna?"

Putri menggeleng lugu, "Maaf ya, Mbak. Aku lupa kalo punya temen juga yang penakut."

"Iyaaaa," teriak putri baru menjawab perempuan tadi. Putri pun sudah hilang dari pandanganku.

Mataku di suguhi oleh tempat tidur yang bertingkat. Aku pun memilih tempat tidur paling atas, pasalnya ada tiga tingkatan di tempat tidur kamar ini. Tidak ada kata lain lagi selain, ikhlas. Baju-baju ku sudah aku taruh di dalam lemari yang sangat kecil. Memang, penjara suci ini bisa buat orang betah ataupun sebaliknya.

Tangan ku memukul bantal yang sayangnya sangat keras, jika tahu begini aku bisa saja membawa selimut, bantal, boneka, dan guling kesayangan ku. Tapi semua skincare ku saja di sita apalagi benda-benda besar seperti itu.

Semoga saja raga, tubuh, mental, dan fisik ini sanggup untuk bertahan.

Baru saja mata ku mulai tertutup, aku terpekik berteriak. "KOK GELAP?!"

"Bundaaa, Pesantren nya belum bayar listrik nih!!" adu ku memojokkan diri sambil menutup mata.

"Hazna takut gelap." Aku berucap sangat lirih.

Lama tidak ada bala bantuan untuk ketakutanku, aku tertidur dengan posisi kepalaku tertelungkup di bagian kedua lutut ku. Air mataku pun sudah mengering dengan sendirinya, aku harap esok hari cepat terjadi.

***

Tok tok tok

Tok tok tok!

Mataku sangat lengket untuk terbuka akibat air mata yang sudah mengering. Bunyi ketukan pintu itu baru aku mendengar, Alhamdulillah. Sekarang listrik sudah menyala lagi, aku pun menengok ke arah jam dinding baru pukul 01.00 pagi.

Tok tok tok!!

Batinku menerka-nerka apakah sesuatu yang mengetuk pintu berwujud manusia, atau setan. Aura-aura jahat dapat aku rasakan sampai ke dalam, pikiran parno ku ini memang tidak bisa di musnahkan.

Kedua tangan ku ini siap untuk bertempur, tangan kanan berisi sapu dan tangan kiriku ada gayung dari kamar mandi. Oke, Aku siap melawan setan!

"Bismillahirrahmanirrahim, jiaaakh."

"Auh," ringis ku karena jatuh ke bawah.

Satu orang dari kedua perempuan itu tertawa puas, sedangkan Putri membantuku berdiri. Rasanya sangat sakit apalagi tanganku lecet dan meneteskan darah. Batu-batu kecil di sini memang cukup tajam ketika terkena tubuh lembek seperti diriku ini.

Aku menatap sinis perempuan yang masih tertawa itu. "Kalo ada orang yang lagi kesakitan tuh di bantuin!"

Setelah berbicara ketus aku mengalihkan pandanganku pada Putri, "Itu temen Putri?" tanya ku memastikan.

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now