16. Mengenai Farhan

18K 1.7K 22
                                    

•••

Dengan segala bujukan akhirnya Gus Athar mengikuti ku bersama Farhan untuk duduk di sebuah kursi taman. Sama sekali tidak ingin aku dan Farhan berdekatan, sugus memilih duduk di tengah-tengah. Keadaan sangat canggung yang padahal pertama kali Farhan melihat ku dia begitu ceria ingin memelukku.

Dandanannya masih seperti anak kecil, dengan umurnya sama seperti ku, 17 tahun. Sebelum ke taman memang, Tante Dila mengatakan bila Farhan memiliki penyakit sindrom little space (sindrom peter pan) dimana hal ini lebih cenderung bersikap tidak sesuai dengan usianya, tidak mandiri, ataupun juga sangat kekanak-kanakan.

Farhan lelaki istimewa.

"Temen Kaka cantik serem." Farhan mencebikkan bibirnya dengan tangan dia mendekap boneka kura-kura kesayangannya.

"Farhan mau di deket Kaka cantik!" ketus Farhan mencoba menyingkirkan badan tegap Gus Athar.

Komuk sugus membuat aku tertawa puas. Gus Athar yang alisnya menyatu itu sepertinya ingin sekali mendepak Farhan untuk di buang jauh ke rawa-rawa.

"Kamu, mau nyingkirin saya? Tidak akan bisa!" tekan sugus.

Mata Farhan mulai berkaca-kaca, dia semakin memeluk kencang bonekanya. Pada pandangan pertama Farhan melihat bidadari cantik di depan rumahnya langsung membuat hatinya berdebar tak karuan.

"Ihhh, awas!"

Sekuat tenaga Farhan mendorong tubuh Gus Athar dari samping, kini aku mulai was-was pada kedua pria ini yang sedang berseteru.

"Dia Humaira saya!" ucap Gus Athar sambil memeluk erat pinggangku.

Terasa di siang-siang ini kepalaku pusing akan kelakuan suamiku dan Farhan, untuk siapapun tolongin Hazna!

Gus Athar lebih kekanakan setelah aku sudah menjadi miliknya sepenuhnya, di tambah sikap posessif nya sering kali kumat entah aku sedang bersama lelaki yang masih menyandang status keluarga dekatku sendiri. Apalagi saat ini Farhan yang notebate nya hanyalah lelaki asing, semakin membuat Gus Athar mengungkung ku.

Aku merasa kasihan melihat Farhan duduk di rerumputan sembari wajahnya sembab akibat banyak menangis. "Gus! Kamu udah buat anak orang nangis."

"Sebagai lelaki yang sudah menjadi suami Hazna kamu harus tenangin dia. Kalo nggak, Gus tidur di luar," ancamku membuat matanya spontan membulat sempurna namun hanya sekejap.

"Kamu sudah berani sama saya, hmm?" tukas Gus Athar dengan nada berat.

Glek

Pasokan udara ku semakin menipis ketika sekarang Gus Athar berdiri di depanku. Dan posisi seperti ini bisa saja membuat Farhan lelaki yang masih polos ini ternodai. Tangan kanan Gus Athar berada di pinggiran kursi besi panjang ini, sedangkan tangan yang lainnya ada di sandaran kursi.

Aku untuk meneguk ludah sekali lagi saja sangat susah. "Farhan kok nggak nangis lagi?" alih ku untuk mengecoh sugus.

Berusaha mungkin aku mengintip di belakang tubuh Gus Athar untuk melihat bagaimana Farhan sekarang. Subhanallah, mata Farhan berkedip entah keberapa kalinya dengan tampilan wajah yang sangat polos.

"Woaahh, Kaka cantik mau kaya Mami, Papi!" girang Farhan berlari masuk ke rumah.

Mami, Papi? Apa yang sudah di lakukan oleh kedua orang tua Farhan sampai-sampai dia mengatakan hal seperti tadi, sangat membingungkan. Di rasa Farhan sudah sepenuhnya masuk ke dalam rumah pun posisi aku dengan sugus masih sama seperti tadi.

"Terus mau apa?" tanyaku bingung.

Aku di buat pegal karena sudah duduk terkungkung oleh tubuh Gus Athar sekitar 3 menitan lamanya. Tidak ada respon sama sekali darinya, hanya diam. Layaknya patung bernyawa, yang sayangnya begitu tampan.

Halalin Hazna, Gus! [END]Where stories live. Discover now