4. Not alone

17.1K 1.7K 9
                                    

•••

Setelah selesai sholat tahajud jama'ah waktu lalu, aku memutuskan untuk tidur sedangkan beberapa santri lainnya bertadarus di masjid sampai waktu subuh tiba. Hingga suara gaduh di jam 04.00 pagi aku terbangun kembali dengan keadaan rambut acak-acakan.

Aku mengucek mataku melihat dua orang perempuan sedang berbenah menaruh semua barang-barang di tempat yang sesuai. Mataku tak bisa berhenti untuk melihat kegiatan keduanya yang masih saja sibuk. Aku menyangga kepalaku di tangan yang masih lemas.

Dug!

Salah satu perempuan mengejutkan ku ketika mataku tiba-tiba akan tertutup lagi, ternyata kepala dia terkena lemari sedikit keras. Aku pun meringis sakit padahal bukan aku yang terkena.

"Nuha, Nuha... cuai sekali kamu ini," heran perempuan berjilbab hitam.

"Sakit tau, bisa benjot nih pasti," adu perempuan berhijab hitam namun ada pita di dadanya.

Aku bergerak sedikit di atas ranjang membuat suara kecil terdengar akibat gesekan kayu. Mereka berdua lalu menatapku seksama, aku menggaruk kepalaku tidak gatal.

"Eh, korang dah bangun?" tanya perempuan jilbab hitam padaku, namun aku menatapnya bingung.

Otakku sedang berfikir di dalam. "Maksud kamu kerang? Di sini nggak ada kerang, kok," ucapku polos membuat perempuan jilbab hitam berpita itu tertawa hingga ngik ngik.

"Sudah aku bilang, Qis. Nggak semua santri disini tau apa yang kamu ucap. Sudahlah, pakai bahasa Indonesia saja jangan Malaysia, oke."

Balqis mengelus dadanya sabar. "Baiklah, yang Aqis maksud tuh kamu sudah bangun?"

"Ooh, mata Hazna saja sudah terbuka lebar. Mana mungkin Hazna masih tidur," kilah ku dan Nuha kembali tertawa kecil.

"Iya juga yah," pikir Balqis mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kalian berdua sama-sama dari Malaysia?" tanyaku penasaran yang kini sudah turun dari tempat tidur bertingkat.

Sebelum Balqis menjawab, Nuha lebih dulu membuka suara. "Hanya Balqis yang satu-satunya santri putri berasal dari Malaysia, aku sendiri Ori dari Indonesia. Tapi aku masih bingung kenapa Balqis malah milih masuk ke pesantren ini."

"Mungkin Aqis di sana nggak punya temen," celetukku langsung memukul mulut ceplas-ceplos ku ini. "Aduuh. Maafin mulut Hazna yang suka keseleo," lanjut ku kembali berkata.

"Santai aja, Aqis orangnya nggak bisa di ajak bercanda kok," ujar Balqis tersenyum paksa. "Nah kan, mulut Aqis ikut keseleo juga."

Dan aku bersama keduanya pun tertawa lepas, aku kira akan canggung bila berdekatan atau berbincang dengan mereka. Namun aku salah, Nuha dan Balqis sangat asik dan aku bersyukur karena sekarang aku tidak sendiri lagi di ruangan ini.

Akhirnya selesai juga aku dan kedua teman baru ku untuk sholat subuh berjamaah. Tadi saat di masjid yang sangat besar dan luas banyak sekali para santri yang sudah masuk lagi sehabis liburan.

Jariku sampai tidak bisa untuk menghitung seberapa banyak santri di pondok pesantren Al Hikmah.

Aku tadi sempat bertemu Putri dan Erin berjalan bersama, namun di temani satu perempuan yang cantik nya sebanding dengan ku. Perempuan cantik itu sangat sopan dan anggun ketika aku lihat, apalagi kulitnya sangat putih bersih dan selembut susu.

Halalin Hazna, Gus! [END]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon