Ekspresi ketakutan pemuda itu berubah menjadi serius dan dia mengayunkan pedangnya sekali lagi.
Kali ini Leinn melangkah mundur dan melepaskan makhluk ditangannya, membuat pemuda itu menghentikan serangannya dan menangkap makhluk itu lalu meloncat mundur.
"Psssht!"
Makhluk itu, seekor ular berwarna putih seperti warna lantai arena itu menunjukkan taringnya pada Leinn.
Penonton disekitar mereka menyadari lubang kecil yang baru ada di belakang tempat Leinn berdiri sebelumnya. Sepertinya ular itu merayap di bawah tanah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun lalu melancarkan serangannya dari dalam arena batu itu.
"Bagaimana bisa kau..."
Pemuda itu sudah menunjukkan ekspresi yang berbeda dengan rasa takut sebelumnya, sebuah ekspresi kesal.
Leinn terlihat tersenyum saat melihat pemuda yang menunjukkan wajah aslinya itu, lalu melihat ular sepanjang 50 sentimeter di sampingnya yang terlihat tidak menyukainya juga.
"Mudah saja, selama kau bisa-"
Clang!
Ujung pedang itu berhenti sekali lagi, kali ini beberapa sentimeter dari tenggorokan Leinn.
Beberapa orang dari penonton menyadari identitas dinding itu. Salah satu dari mereka berdiri dan menunjuk ke arah arena itu.
"Mana Shield?!"
Teriakan itu mengejutkan semua orang disana, terutama pemuda di depan Leinn itu.
Dia meloncat mundur dan menunjuk Leinn dengan pedang di tangannya.
"Bagaimana bisa Mana Shield yang tidak terlihat oleh mata itu mampu menahan seranganku?!"
Leinn terlihat tersenyum dan tidak menjawab selama beberapa saat, seperti sedang menunggu sesuatu.
Setelah beberapa detik kesunyian itu berlalu baru dia membuka mulutnya lagi.
"Huh? Kau tidak akan menyerangku lagi?"
Pemuda itu menggenggam pedang di tangannya dengan keras dan meluncurkan serangan beruntun.
"Aaaah!"
Clang clang clang...
Tebasan demi tebasan menghujani tubuh Leinn. Wajah, dada, perut, paha, lengan, leher, tetapi semua tebasan itu terhenti seperti menghantam dinding dan tidak bisa mencapai sasarannya.
Leinn hanya berdiri disana dan tidak bergerak sedikitpun selain tangan kanannya yang selalu menunjuk ke satu tempat.
Tangan itu bergerak setiap kali ular di depannya berniat menyerangnya, berhasil menghentikan niatnya itu berulang kali.
"Aaaa...ah..."
Setelah melakukan hal yang sama selama satu menit, pemuda itu menghentikan serangannya lalu melangkah mundur secara perlahan dan melihat lawannya itu masih belum mengambil satu langkahpun sejak pertarungan ini dimulainya.
"K-kau..."
Mana Shield yang melindungi seluruh tubuhnya secara terus-menerus, sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh penyihir tinggi dengan MAG yang menembus A Class.
Kemampuan pedang yang jika mengikuti rumor yang tersebar, sudah melebihi sebagian besar guru di akademi itu.
Kemampuan pedang yang tinggi dan potensi sihirnya yang tidak masuk akal, memang sesuai dengan julukannya itu.
"Hah..."
Hanya keputusasaan yang dapat terlihat di mata pemuda itu sekarang.
Clang clang...
Pedangnya terlepas dari genggamannya dan jatuh ke lantai batu dibawahnya, diikuri dengan dirinya yang juga jatuh berlutut dengan pandangan putus asa.
Leinn melihat ini dan menggelengkan kepalanya, lalu mengulurkan tangan kanannya.
"Angkat pedangmu"
Suara tenang tanpa perasaan memerintah sedikitpun keluar dari mulut pemuda berambut hitam itu.
Tanpa disadari oleh pemuda itu sendiri, dia meraih pedang yang ada di sampingnya dan berdiri sekali lagi. Hanya ular disampingnya bisa melihat dirinya yang berdiri di sana dengan tatapan kosong.
"Serang aku"
Dia mengayunkan pedangnya dengan setengah hati pada lawan di depannya. Yang menerima serangannya dengan mengulurkan tangan kanannya pada pedang itu.
Sring...
Pemuda itu kembali tersadar dan menyadari pedangnya yang ada di udara, meleset dari sasarannya. Dia melihat lawannya masih belum mengambil langkah itu, lalu pada pedangnya yang sesaat seperti menyentuh sesuatu yang keras sebelum meluncur ke samping.
Kenapa serangannya meleset?
"Hah!"
Sring Clang
Tebasan dari atas dengan kekuatan penuh yang berakhir dengan pedangnya menebas lantai batu di depannya, gagal mengenai pemuda di depannya sekali lagi.
Kali ini ekspresi baru muncul di wajahnya.
"Hah!"
Sring
"Haaah!"
Sring Clang
Pemandangan dimana pemuda itu menunjukkan serangan yang berantakan dan menebas udara di sekitar lawannya terlihat. Leinn hanya terlihat mengayunkan tangan kanannya dan pedang lawannya terlihat bergerak melengkung menghindari tangannya itu.
"Oooh!"
Stab
Pemuda itu melepaskan pedang pendeknya, membiarkannya menancap di lantai batu di sampingnya. Ekspresi di wajahnya terlihat seperti anak kecil yang menemukan sesuatu yang menarik.
Dia meluncurkan tinjuan lurus ke arah tangan kanan yang diulurkan Leinn.
"Huh"
Leinn menyadari niat pemuda itu, tetapi tetap membiarkannya.
Pemuda itu membuka tinjunya dan berubah menjadi telapak terbuka, yang berhasil menangkap dinding tidak terlihat itu dan menemukan identitasnya.
Clap
"Ooooh... Mana Shield sekecil ini..."
"Selamat"
Dinding Mana berbentuk piringan dengan lebar tidak lebih dari 10 sentimeter berada di genggamannya.
Ekspresi kegirangannya dapat terlihat jelas, lalu dia mengalihkan perhatiannya dari telapak tangannya ke depan lagi dan melihat tangan kiri Leinn yang sudah sampai di depan wajahnya.
Chop
"Ugya!"
Pemuda itu langsung jatuh ke punggungnya sambil memegang kepalanya yang sedang kesakitan itu.
Dia mulai berguling di lantai arena itu selama beberapa waktu, sampai rasa sakit itu mulai mereda, lalu melihat pemuda berambut berambut hitam di depannya itu sambil mengelus dahinya yang masih kesakitan.
Leinn melihat tatapan itu dan menunjuk wajah pemuda itu.
"Kau tidak lemah..."
Lalu menunjuk dirinya sendiri, dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Aku saja yang terlalu kuat"
Pernyataan itu dapat terdengar dengan jelas karena kesunyian di sekitarnya, mencapai semua penonton di stadium itu.
"Aku kalah"
Pemuda di lantai itu mengangkat kedua tangannya dan menyerah, tapi ekspresi puas dapat terlihat di wajahnya.
Dia melihat perbedaan kekuatan yang nyata diantara mereka berdua dan menyadari itu tidak lebih dari hasil latihan.
Semua serangannya sebelumnya itu berhasil dihentikan oleh Mana Shield yang terkonsentrasi di tempat pedangnya mendarat, membuat ilusi seolah-olah seluruh tubuh Leinn itu dilindungi dinding yang tidak bisa tertembus.
"Berlatihlah lagi"
Leinn berbalik dan melambaikan tangannya, meninggalkan pemuda yang terduduk di lantai itu bersama ular kecilnya.
Dia meloncat turun dan berjalan kembali ke tempat duduk sebelumnya, lalu memerhatikan tiga pasangan lain yang mulai bertarung setelah pertarungannya selesai.
Sebenarnya Leinn telah mengira turnamen hari ini akan menjadi sangat membosankan tanpa lawan yang setara dengannya, tetapi kenyataannya dia terbukti salah.
Dua pemuda yang telah bertarung melawannya menunjukkan sesuatu yang menarik, sesuatu yang baru.
Jadi dia mulai memerhatikan pertarungan enam orang di atas arena itu dengan lebih seksama, mencoba menemukan hal menarik lain dari mereka.
"Hm...?"
Tetapi dia malah menemukan kelompok baru yang baru masuk ke stadium melalui satu dari empat gerbang utama.
Seorang gadis yang sedang diikuti dua Beast besar, putih dan hitam.