Señor - Lizkook ✔️

By Rictusempra26

89.5K 7.8K 303

"Kau yang menarikku ke dalam dunia ini, dan aku memilih untuk menetap di sini, bersamamu." ⚠️WARNING: beberap... More

1. Sapphire Moonlight
2. Athena
3. Rum and Roses
4. Nobody Disrespects His Girl
5. Sunflower (Vol. 1)
6. Sunflower (Vol. 2)
7. Se Vuelve Loca
8. Eleutheromania
9. Mai Tai
10. Voy A Mexico
11. Boom!
12. Sincerity
13. Why Him?
14. Battle of the Wits
15. Safe House
16. Daddy Lessons
17. Bangs, Do You Copy?
18. Not a Lucky Day, Just a Skilled Person
19. His Maiden's Colors
20. Amnesia
21. To Catch a Trick Master
22. Paris Shenanigans
23. Fever
24. Two Sides of a Card
25. Unconditional
26. (Not) Going to Seal the Deal
27. Hold On
28. Home
29. Reconnecting
30. Silver Flame
31. The Other Side
32. Invitation
34. Job to get done
35. House of Falcons
ANNOUNCEMENT
36. Old Man's Rhythm

33. Sway

941 88 6
By Rictusempra26

Jadi ini nih visualnya Ashton dan Jared Raines, xixixi...

Cole Sprouse - Jared Raines
Kenapa Cole yang jadi Jared? Karena Cole rambut panjang ngingetin aku sama Jared. Berantakan, kumisan, dan style nya yang flirtatious.

Dylan Sprouse - Ashton Raines
Meski yang dikenal dengan man bun itu Dylan, tapi foto Dylan yang satu ini ngingetin aku sama Ashton banget. Rambut yang rapi tapi enggak terlalu pendek, membawa aura yang jauh lebih dewasa.

<...>

(Lagoon's Treasure, Miami)

"Lama tak melihatmu, Jeon." sapa seseorang yang datang menghampiri meja tempat Lisa dan Jungkook duduk. Lisa mengenggam erat tangan tuannya, agar ia tetap tenang.

"Noir." sedikit desisan ia tambahkan saat membiarkan nama tersebut disebut oleh bibirnya.

"Dan kau nona Manoban, bukan?"

"Senang bisa bertemu denganmu, nona Braill." Lisa tersenyum dan menyambut jabatan tangan Noir padanya.

"Jangan terlalu kaku, panggil saya Noir saja." Memang benar apa yang Jungkook ceritakan, wanita ini sudah sangat terlatih dalam berbisnis.

"Tanpa basa-basi, kau pasti tahu alasan aku mengadakan pertemuan ini." Jungkook segera menyatakan tujuannya.

"Ya, tentu. Kau akan meminta dukungan perusahaanku terhadap perlawananmu dengan Raines Corp. juga Ashton Raines," jawab Noir dengan jelas. "Namakan tawaranmu, aku akan mempertimbangkannya jika menarik."

Sungguh, rasanya Jungkook ingin meledak dan menggebrak meja saat itu juga. Tingkah Noir yang berlagak seperti ratu inggris itu sungguh mengundang emosi bagi jiwa Jungkook. Tetapi, karena Lisa, ia tetap berusaha tenang.

"Lima belas persen dari usaha Jeon Corp. akan berada di bawah kerjasama dengan Braill Corp., menjadikan keuntungan dari perusahaan-perusahaan ini akan lima puluh persen dibagi dengan Braill." Jungkook menjelaskan hasil diskusinya dengan Song-Ook tadi malam.

"Aku tidak perlu lima belas persen, dua belas persen pun sudah cukup bagiku. Baiklah, kau bisa mendapat dukunganku." Noir menyesap minuman pada tangan kanannya. "Sekarang, ada satu hal yang harus kalian tahu soal keluarga Raines.

Nona Mirage Raines melahirkan anak kembar, Ashton dan juga Jared."

Lisa dan Jungkook memasang wajah serius. Sebuah fakta terkuak yang belum pernah mereka dengar atau percayai sebelumnya. Meski mereka tidak bisa sepenuhnya percaya pada Noir, tetapi mereka tetap harus menggali informasi sebanyak apapun yang bisa mereka dapatkan.

"Ashton adalah anak emas keluarga itu, sementara Jared adalah anak lalai yang tak pernah menghasilkan prestasi. Jika kau ingin membedakan mereka, Jared memiliki tanda lahir di bawah telinga kanan berupa dua tahi lalat kecil yang sebaris."

Noir membuka ponselnya. Jemarinya seperti menggeser sesuatu, hingga ia berhenti dan menunjukkan sebuah foto pada Jungkook dan Lisa. Foto pertunangan Leta dengan Ashton yang dipublikasikan di media massa.

"Fotografer ini mengambil potret dari jarak dekat. Kebetulan rambut Ashton di sana sedang di man bun. Aku melihat dua tahi lalat kecil pada bagian bawah telinga kanannya. Ini Jared Raines." Noir memantapkan pernyataannya. "Lagipula, sangat aneh bila Ashton Raines memiliki dua kepribadian.

Ia bisa menjadi orang yang berantakan, penggoda, dan pembuat onar. Tetapi, ia bisa juga menjadi pribadi yang sopan dan berperawakan lebih dewasa. Tinggi badannya pun agak memendek saat ia menjadi pribadi yang urakan."

"Aku setuju denganmu. Memang ia suka berubah-ubah saat mengadakan pertemuan yang dahulu-dahulu. Tetapi, aku tidak pernah mempertanyakan hal itu karena aku merasa tidak perlu." Jungkook bertutur jujur. Hal itu sempat terlintas di otaknya, namun tidak ia kemukakan pada orangnya langsung.

"Aku pernah bertemu dengan Ashton yang asli. Dia adalah lelaki yang penuh pertimbangan dan adil. Aku tak pernah suka saat mendengar Jeon yang selalu menyatakan bendera perang pada Ashton. Namun, begitu aku tahu kebenarannya, aku mulai yakin bahwa yang menyundul duluan adalah Jared yang menyamar sebagai Ashton agar namanya terlindungi." Noir melanjutkan ucapan penuh ketidakpercayaannya.

Detik itu juga, Jungkook dan Lisa meragukan lawannya. Apa mereka pernah bertemu dengan Ashton yang asli? Apa selama ini pertarungan bisnis mereka hanya permainan papan bagi Jared Raines? Begitulah sekiranya pertanyaan yang kini berputar dalam kepala mereka.

"Pertimbangkan kecurigaanku, kalian juga harus hati-hati." Begitulah kata Noir sebelum ia menandatangani berkas-berkas di hadapannya kemudian pergi meninggalkan kedua insan yang sedang kebingungan itu.

<...>

(Puerto Rico, D-Day)

Nona bermarga Mills itu keluar dari kamar mandi dengan bath robe putih yang masih menempel di tubuhnya. Di dalam ruang ganti telah digantung sebuah dress berwarna merah tua dengan aksen payet sebagai pemanis.

Atasan dress tersebut bermodel asimetrik dan rok nya bermodel layer. Dipadu dengan beberapa jenis perhiasan (kalung, anting, dan gelang), serta pilihan sepatu hak tinggi. Bianca adalah styler yang handal, tentunya, jadi bukan sebuah kesulitan baginya memadumadankan penampilannya dengan baik dan menarik.

Ia memoles wajahnya dengan serangkaian make up, cukup untuk membuat matanya tajam dan wajahnya tak terlihat pucat. Rambutnya ia gulung a la french pin bun, cukup profesional untuk acara yang mengundang banyak tamu penting. Kini dia sudah tak tahu lagi statusnya dalam rumah itu, tawanan kah? Atau justru nyonya rumah? Dia sudah tak peduli.

Bianca keluar dari ruang ganti dan bergegas menuju aula yang kini sudah mulai terisi oleh para tamu undangan. Kehadirannya cukup mempesona untuk menangkap mata Ashton yang sedang berbicara dengan rekan bisnisnya. Ashton segera meminta izin untuk pergi dan menghampiri nona manis yang akan jadi pasangan tango nya malam ini.

"Ternyata kau memilih untuk datang." Ashton berdiri di hadapan Bianca. Ia memasang senyumnya yang paling tipis, meski jika tak ditahan, senyumnya sudah lengkap memamerkan deretan giginya.

"Lebih baik segera kita selesaikan perjanjian kita," kata Bianca yang ingin cepat selesai.

"Sabar. Kita tunggu hingga tamunya sudah lengkap terlebih dahulu," bisik Ashton pada telinga Bianca. Bianca memutar bola matanya, sementara Ashton terkekeh geli dan segera kembali pada rekan bisnisnya.

Satu hal yang Ashton katakan padanya siang ini: "Jangan sampai kau terlihat oleh rombongan Jungkook, kau harus dilihat oleh mereka saat menari tango bersamaku."

Mungkin tujuan Ashton untuk menghasut Jungkook dan yang lainnya, entahlah. Bukannya tak peduli, hanya saja prioritas utama Bianca adalah data-data yang ditawarkan pria itu padanya. Loyalti yang ia tanamkan pada Yoongi dipertaruhkan oleh data-data itu.

Hubungan antara Bianca dengan Yoongi cukup rumit. Mari kita mundur beberapa tahun...

**

Hari yang dingin untuk bersemayam di kursi taman. Seorang gadis kecil yang hanya berbekal jaket, sepatu bot, dan syal sedang terduduk kedinginan. Entah apa yang terlewat pada kepala ayah dan ibunya untuk meninggalkannya sendiri di sana.

Ia menangis dan menangis saja bisanya. Tubuhnya sudah tak bisa berjalan lagi, hanya air mata dan mulut yang menggigil yang bisa bergerak saat ini.

"Kau sendirian, gadis kecil?" tanya seseorang yang tiba-tiba muncul di hadapan sang gadis. Entah itu malaikat atau iblis, gadis itu sudah tak peduli lagi, ia hanya butuh pertolongan. Gadis itu mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari dia yang muncul.

"Mari kita hangatkan tubuhmu." Di angkat olehnya tubuh si gadis kecil berumur sepuluh tahun yang sudah terkaku itu.

Mereka pun masuk ke dalam apartemen yang tempatnya tak jauh dari taman itu. Pengelihatan sang gadis sudah buram, tapi ia merasakan sekelompok orang yang membantunya berpindah dari tangan sang penolong ke tempat yang jauh lebih hangat.

Matanya pun perlahan tertutup, membiarkan hawa yang hangat mendekat padanya.

~

Sang gadis perlahan membuka matanya. Sudah berapa lama ia tertidur? Begitulah pertanyaan yang pertama kali muncul pada benaknya. Ia melihat ke kanan dan juga ke kiri, mencoba untuk mengenali setiap benda yang ada di sekitarnya.

Hingga matanya pun terhenti pada punggung seorang pria muda yang berdiri di depan perapian yang ada di kamar itu.

"Kau sudah bangun rupanya." Lelaki itu berbalik badan. Gadis itu hanya diam saja dan mengangguk, tidak berani berbicara karena ia tak kenal akan laki-laki yang kini sedang berjalan ke arahnya.

"Kau gadis yang kuat. Bisa saja kau mati karena hipotermia, tapi tubuhmu cukup kuat untuk menahannya sampai aku datang," kata pemuda itu, mengambil posisi duduk di pinggir kasur.

Pemuda itu mengulurkan tangannya, meminta untuk dijabat. "Namaku Yoongi, siapa namamu?"

Meski bergetar, gadis itu menyambut tangan pemuda di hadapannya. "B-Bianca..."

"Selamat datang di rumahku, Bianca. Semoga keadaanmu cepat membaik." Pria muda bernama Yoongi itu tersenyum tipis, membuat matanya terlihat seperti tertutup. Kemudian, ia meninggalkan ruangan.

~

Sejak saat itu, Bianca tinggal dengan Yoongi. Orang tua Yoongi juga mengurusnya dengan baik, memberinya tempat tinggal, pendidikan, dan mencukupi segala kebutuhan untuk pertumbuhannya.

Seperti kata Yoongi, Bianca adalah seorang gadis yang kuat. Tidak hanya dalam situasi mengancam nyawa, gadis ini juga bertahan dalam situasi yang mengancam mental. Tak jarang ia digertak karena bukan anak kandung dari tuan dan nyonya Min. Bahkan Bianca masih memanggil keduanya dengan sebutan "tuan dan nyonya".

Tetapi, Bianca bukan tipikal gadis yang akan menggubris gertakan-gertakan itu, justru ia malah diam dan tersenyum. Mata dingin dan alisnya yang naik sebelah sudah cukup untuk membuat para penggertak itu mundur dan lari ketakutan. Yoongi suka akan hal itu dari Bianca, ia melihat jelas potensi yang gadis ini bisa bawakan untuk masa depan bisnis keluarga Min kedepannya.

Terutama dunia kriminal yang tali-tali bonekanya bertaut pada jemari Yoongi.

**

Mengingat rangkaian peristiwa itu kembali, hati Bianca menjadi semakin mantap untuk melanjutkan tugasnya. Meski kini emosi sudah mulai mengerubungi hati dan pikirannya, terutama Rose. Meski Rose dan yang lainnya hanyalah bagian dari skenario mantap yang dirancang Yoongi, tetap saja Bianca merasakan perasaan menyayangi terhadap mereka.

Bianca melirik ke arah pintu masuk dari pilar tempatnya kini bersandar, gerombolan rombongan masuk dengan baju memukau menghiasi aura mereka. Nona Mills tahu persis siapa-siapa saja yang berdiri di sana. Tatapan Bianca langsung tertuju pada Rose, tentunya dia sedang mempererat gandengan tangannya terhadap Jimin karena ini merupakan lingkungan baru baginya.

Sekuat tenaga gadis itu menahan diri agar tidak datang dan menyapa mereka. Tetapi, begitu tubuhnya hampir bergerak mendekati tempat rombongan itu berpijak, seseorang yang amat sangat Bianca kenali memasuki ruangan. Ia menyapa beberapa pembisnis lain yang ia kenal dan segera bergabung pada rombongan yang Bianca akan datangi.

"Ada apa?" tanya Asher yang muncul entah dari mana.

"Kau mengundang Min Yoongi rupanya," ujar Bianca, menegakkan posisi berdirinya. Asher terkekeh pelan saat melihat nada jengkel pada omongan Bianca.

"Tentu saja. Selain dia bos mu, aku yakin keberadaannya akan membuatmu segan untuk mendatangi teman-temanmu." Asher sengaja menekankan pada bagian 'teman-teman', tentunya dengan sedikit desisan dalam suaranya.

"Sungguh mulia dirimu, tuan Raines." Bianca memutar bola matanya dan menjauh dari Asher yang sedang puas cekikikan.

Sementara itu di sisi lain aula yang sama, Lisa sedang memindai seisi ruangan. Matanya tak lepas dari satupun manusia yang ada di sekitar mereka. Jungkook sadar akan hal ini, terutama karena Lisa yang tidak ikut menimbrung dalam pembicaraan.

"Kau sudah menemukannya?" bisik Jungkook pada telinga Lisa.

"Belum. Aku sedang berusaha," balas Lisa. Jungkook mengangguk pelan untuk membalasnya.

Semuanya lanjut mengobrol sementara Lisa masih menyapu ruangan dengan maniknya. Yoongi menghampiri mereka, tentunya Taehyung memberi cengiran khasnya dan menggoda sang sosok kakak.

"Suga hyung~" goda Taehyung yang kemudian memeluk Yoongi dari samping.

"Senang melihatmu di sini, Yoongi," sapa Jin.

"Ya begitulah, aku pun tak menyangka akan bertemu kalian semua." Yoongi membalas seraya mengelus-elus tangan Taehyung yang memeluk bahunya.

Pas ditengah-tengah mereka berbincang, musik marimba mulai bermain. Perhatian mereka pun langsung tertuju pada lantai dansa, di mana Ashton berpasangan dengan seorang wanita yang sedari tadi mereka cari.

"Bianca?!" tanya Rose, matanya membulat sempurna.

"Ini tidak bisa dibiarkan-" sebelum Jimin masuk ke lantai dansa untuk menarik Bianca, Yoongi menahan lengan pria itu.

"Jangan tergesa-gesa, Jimin-sshi. Bisa saja aksimu justru akan membahayakan dia. Ingat rencana kita, bukan?" kata Yoongi, mengingatkan.

Jimin mengangguk dan mundur. Di lantai dansa, Bianca menyapu lantai dengan gerakan kakinya yang halus dan bersemangat. Tangannya menyapa udara dan kepalanya bergerak mengikuti ritme yang dipatokkan pada gerakan Ashton.

"Kau tidak berbohong saat kau bilang bahwa kau mahir dalam hal ini," bisik Ashton.

"Seperti yang kau tahu, aku wajib mempelajarinya." Bianca menjawabnya dengan dingin, meski senyum tipis tetap ia pasang pada wajahnya untuk memukau para tamu.

Sesekali pandangan Bianca melirik Rose, Lisa, dan yang lainnya. Ia juga bertatap dengan Yoongi dan segera melanjutkan tugasnya alias menari dan mengambil data. Ketukan dan irama menyelimuti lantai dansa, dengan gemulai dan rapi, Bianca menyamai lagu dengan tariannya.

Bianca mengangkat kaki kanannya hingga tinggi lalu menurunkannya. Tatapannya yang tajam mampu membuat Ashton jadi gugup saat dipandangnya. Sesungguhnya Bianca tidak peduli akan perasaan Ashton, lagi pula ini semua hanya ia lakukan demi data-data yang diminta Yoongi.

Lagu pun berakhir dan mereka berpisah dari satu sama lain. Bianca berlari keluar dari aula, Rose yang melihatnya pun melepaskan tangannya dari genggaman Jimin dan mengikuti ke mana arah Bianca pergi.

"Bee!" seru Rose, berusaha menghentikan Bianca.

"Gawat!" pikir Bianca. Ia berbelok ke asal arah dan bersembunyi. Rose yang datang setelah itu tidak berhasil menemukannya dan berlari ke arah lain

"Maaf, Oje. Tetapi ini yang terbaik bagi kalian dan diriku," pikir Bianca sebelum menitikkan air mata dan melanjutkan perjalanannya ke ruang kerja Ashton.

Continue Reading

You'll Also Like

662K 50.8K 62
Abigaeil, namanya manis dan imut anaknya si buntalan daging mengemaskan yang selalu menjadi primadona para tetangganya. si bucin Pai coklat dari nene...
44.4K 3.2K 48
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
91.5K 17.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
1.4M 81.2K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...