Señor - Lizkook ✔️

By Rictusempra26

89.5K 7.8K 303

"Kau yang menarikku ke dalam dunia ini, dan aku memilih untuk menetap di sini, bersamamu." ⚠️WARNING: beberap... More

1. Sapphire Moonlight
2. Athena
3. Rum and Roses
4. Nobody Disrespects His Girl
5. Sunflower (Vol. 1)
6. Sunflower (Vol. 2)
7. Se Vuelve Loca
8. Eleutheromania
9. Mai Tai
10. Voy A Mexico
11. Boom!
12. Sincerity
13. Why Him?
14. Battle of the Wits
15. Safe House
16. Daddy Lessons
17. Bangs, Do You Copy?
18. Not a Lucky Day, Just a Skilled Person
19. His Maiden's Colors
20. Amnesia
21. To Catch a Trick Master
22. Paris Shenanigans
23. Fever
24. Two Sides of a Card
25. Unconditional
26. (Not) Going to Seal the Deal
27. Hold On
28. Home
30. Silver Flame
31. The Other Side
32. Invitation
33. Sway
34. Job to get done
35. House of Falcons
ANNOUNCEMENT
36. Old Man's Rhythm

29. Reconnecting

1K 143 7
By Rictusempra26

Bulan sudah menyapa daratan. Bulan biru yang sama seperti saat kedua insan ini dipertemukan. Dia kembali. Bola cantik yang merefleksikan cahaya matahari di luar angkasa itu kembali lagi.

Lisa berbaring di samping lelaki yang kini sedang memainkan jari-jari tangannya. Sudah bisa dihitung berapa jam Lisa bercerita tentang kejadian-kejadian yang Jungkook lewatkan saat ia dirawat di rumah sakit.

"Intinya, sekarang Bianca sedang ditahan oleh Ashton. Aku harap dia baik-baik saja di sana," kata nona Manoban yang kini sedang dicium punggung tangannya oleh Jungkook.

"Aku yakin mereka tak akan menyakitinya. Bianca adalah aset berharga bagi mereka saat ini, sudah pasti kita akan datang untuk menyelamatkannya. Jadi, mereka harus sangat hati-hati dalam menyanderanya," jelas Jungkook. Hidungnya menggesek lengan Lisa. "Percayalah padaku."

"Jadi tuan mafia sedang menceritakan pengalaman pribadi sekarang?"

"Ya, ini pengalaman pribadiku. Aku tahu betul tentang ini, jadi tolong jangan risau, ya?"

Lisa beranjak dari tempatnya berbaring, tepatnya lengan Jungkook yang ia jadikan bantal bagi kepalanya. Matanya menatap manik gelap Jungkook.

"Sudah berapa banyak orang yang kau bunuh?" entah apa yang melewati otak Lisa, hingga ia menanyakan hal itu pada pria di hadapannya.

Kini, Jungkook ikut beranjak. Ia menatap kesempurnaan wajah wanita di hadapannya. Tangannya mengelus pipi sang nona, kemudian menyelipkan rambutnya di belakang telinga.

"Banyak. Aku mulai membunuh dari aku delapan belas. Tidak kusukai, aku sangat benci keadaan di mana aku harus membunuh orang-orang tak berotak itu, tapi harus aku lakukan agar mereka tak lagi menipu dan merendahkan orang lain." Mendengar alasan Jungkook, dia terenyuh. Tanpa ia sadari, senyum mengembang di bibirnya.

"Aku tahu kita bukan manusia yang suci dari dosa. Meski begitu, aku hanya ingin kau tidak membunuh orang sebagai sarana olahraga," pesan sang hawa yang berponi, yang kini sedang mengenggam tangan Jungkook dan mengelus punggungnya dengan ibu jari.

Tuan Jeon tersenyum tipis. Lalu, menangkup wajah Lisa dengan kedua tangannya, dan mencium dahinya selama beberapa detik. Lisa menutup mata, menikmati desir yang mengalir di sekujur tubuhnya.

Terasa sudah begitu lama mereka tidak bertukar kasih seperti ini, sejak pertengkaran mereka tentunya. Sejak banyak hal gila yang mulai menghantam mereka.

Ponsel Jungkook berbunyi. Nama Taehyung terpampang di layar. Lewat tatapan, Lisa sudah paham bahwa dia sedang meminta izin untuk mengangkat telepon, jadi Lisa membalas tatapan itu dengan anggukan yang artinya "boleh".

"Halo?"

Jungkook berdiri dan berjalan ke balkon. Ia ingin informasi yang Taehyung sampaikan tidak terdengar oleh Lisa. Takut informasi itu memang ditujukan hanya untuknya.

"Kau sudah melihat berita?"

"Melihat berita? Memang ada apa?"

"Cek saja- Ah! Sudahlah! Ashton mengumumkan pertunangannya dengan Leta Gritte,"

"Leta Gritte? Si iblis betina?"

"Ya! Leta yang itu!"

"Bukankah bagus kalau dia bertunangan dengan sesama iblis? Mereka bisa membangun kerajaan besar di neraka, Hahaha!" ejek Jungkook dengan puas.

"Aku serius, ini buruk untuk kita. Dia sudah mendapat Leta dalam genggamannya, tak lama lagi dia pasti akan mendapatkan Noir."

Mendengar nama itu diucapkan, Jungkook terdiam. Setelah sekian lama ia tak mendengarnya.

"Halo? Jungkook, kau masih di sana?"

"Ehm... ya, aku masih mendengarkan."

"Apa kau mau bicara padanya?"

Jungkook termenung, lumayan lama. Lisa saja merasakan kejanggalan pada kediaman Jungkook yang agak lama itu. Seperti pria itu frustasi, tetapi tak ingin marah.

"Baiklah... atur saja tanggalnya."

"Aku akan mengontak pak Oh untuk tempat dan waktunya."

Sambungan dimatikan oleh Jungkook. Dia tidak ingin Taehyung membahas soal Noir lagi. Mood nya sudah jelek semenjak nama itu dengan ringan keluar dari mulut Kim Taehyung.

"Ada apa? Semua baik-baik saja?" Lisa bertanya untuk memastikan, karena Jungkook pastinya tak terlihat baik-baik saja.

"Huh? Oh, itu hanya urusan bisnis, bisa dikerjakan nanti," kata Jungkook, kembali memasang senyum pada wajahnya.

Apa skill akting Jungkook sangat hebat? Hingga sekarang Lisa mengangguk percaya dan kembali berbaring seperti tak terjadi apa-apa.

Jungkook kembali pada posisi semula. Meski sudah mendekap Lisa, pikirannya tak bisa lepas dari pembicaraannya dengan Taehyung tadi. Ia tak tenang. Khawatir bahkan.

<...>

PIK!

Jungkook mematikan sambungan telepon. Taehyung menghela napas berat karena masalah ini. Ide gila baginya untuk mempertemukan kembali Noir dengan Jungkook.

"Kau berhasil memberitahunya?" tanya Jennie, memerhatikan Taehyung yang menjadi tambah gelisah semenjak teleponnya terputus.

Taehyung duduk di sofa, tepatnya di samping kekasihnya. Mata Jennie berusaha mengidentifikasi emosi yang kini Taehyung sedang rasakan.

"Ya, aku memberitahunya." Jennie hanya tersenyum tipis mendengarnya. Supermodel itu tahu benar betapa sulitnya Taehyung menyampaikan hal ini pada Jungkook. Belum lagi keadaan sang pewaris takhta Jeon Corp. yang baru saja keluar dari rumah sakit pagi ini.

Sang tuan berbaring di atas paha Jennie sebagai bantal. Ia menutup matanya dengan lengan karena pusing memikirkan kemungkinan yang akan terjadi apabila Noir kembali menangkap Jungkook dalam pandangannya. Yang bisa Jennie lakukan sekarang adalah mengelus kepala pacarnya dengan lembut.

"Kau ingat sendiri bukan reaksi mereka saat tak sengaja bertemu di pesta ulang tahun Jimin setahun yang lalu?" tutur Taehyung dengan lemas. "Aku harap tidak akan ada pengeksposan publik lagi dari wanita blasteran neraka itu."

"Kita berdoa yang terbaik untuk mereka. Semoga waktu telah berhasil mendewasakan otak kekanakan mereka agar diskusi mereka bisa tetap profesional." Jennie membalas tuturan Taehyung dengan penuh hati-hati, ia tidak ingin opininya terhadap dua jiwa yang berlawanan itu memberatkan Taehyung yang masih banyak pekerjaan.

"Ya, semoga." Taehyung menutup matanya dan mengatur napasnya. Meresapi baik-baik elusan lembut dari tangan Jennie agar ia bisa terlelap dan melupakan drama milik Jungkook itu.

Meski baru kembali dari Argentina, Jennie tahu betul kapan orang tersayangnya itu membutuhkannya. Ia kembali ke Paris untuk menemui Taehyung yang terberatkan akan masalah ini.

Jennie paham akan situasi yang terjadi di antara Jungkook dan Noir. Selain keduanya, kini sudah ada Lisa, yang pastinya nanti akan ikut terlibat juga. Belum Jimin yang sangat menyegani Noir dan kekuasaan wanita itu. Semuanya terkait dan kusut seperti benang wol yang tak berhasil terajut.

"Aku akan bersamamu dalam setiap acara yang berkenaan dengan mereka. Jangan takut, ya," ucap Jennie dengan lembut. Mencoba meyakinkan Taehyung bahwa semua akan baik-baik saja.

Taehyung meraih tangan Jennie yang lain, yang kini sedang berbaring di atas dadanya. Ia mencium punggung tangan wanitanya selama beberapa detik, agak lama, tetapi penuh dengan kasih sayang.

"Terima kasih sudah ada untuk meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja," ucap Taehyung yang kemudian tersenyum tipis.

Jennie membalas senyuman Taehyung. Pria itu beranjak dari posisi berbaringnya dan mencuri satu ciuman berhasrat dari pacarnya. Ia menahan dagu Jennie agar wajahnya tak kemana-mana, Jennie melingkarkan tangannya di leher Taehyung.

Setelah melepas ciuman mereka, keduanya menyatukan dahi. Apa yang berhasil membuat mereka begitu jatuh cinta? Terlalu dalam hingga bahkan kehadiran satu sama lain sudah cukup membuat risau di dada hilang seketika.

Setelah sekian lama, akhirnya mereka bersatu kembali.

<...>

(Nyalakan lagunya untuk sensasi membaca yang lebih meresap)

Meski mata Lisa terpejam, Jungkook tahu bahwa gadis itu belum tidur. Ia hanya menunggu Jungkook beranjak atau melakukan hal-hal yang sekiranya dapat memberitahunya akan keadaan yang Jungkook sembunyikan.

Tak akan pernah puas rasanya memandang wajah sempurna milik Lisa. Lelaki itu tak akan pernah bosan melihat kedua mata Lisa yang tertutup dan napasnya yang teratur saat tidur, atau sekarang, pura-pura tidur.

Sebuah benda kenyal yang basah ditempelkan di kedua kelopak mata Lisa, memaksanya untuk terbuka. Pinggang Lisa diputar agar menghadap Jungkook. Pipinya dibelai dengan cinta. Tulus, gadis itu bisa merasakannya.

"Aku tahu kau belum tidur," ujar Jungkook. "Meski tak mau melihatku, aku akan tetap ceritakan apa masalahnya. Toh, kita sudah berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun lagi dari satu sama lain."

Hembusan napas Jungkook yang bergetar benar-benar menandakan kegelisahan dan ketakutan yang dirasakan oleh pria itu sekarang. Jika tidak ditahan, pasti air mata sudah hadir di pelupuk matanya.

"Noir adalah mantan kekasihku."

Terkejut, meski sudah menduga. Tetapi, Lisa memilih untuk tetap memejam.

"Kami bertemu karena dikenalkan oleh Taehyung. Gadis itu, aku tak tahu, berbeda mungkin? Di saat orang-orang sibuk memutihkan kulit, ia datang dengan percaya diri, memamerkan setiap inci akan kulit gelap yang menyelimuti dirinya. Dia datang dari keluarga Braill, salah satu pemegang saham paling besar di dunia.

Noir pernah jadi sumber kebahagiaanku. Dia yang mengajarkan aku apa itu kasih sayang dan rasa cinta, tetapi juga orang pertama yang mengajarkan rasanya patah hati. Aku akui, permainan sahamnya cukup bagus. Tetapi, apa benar-benar harus tidur dengan pria lain demi mendapat apa yang diinginkan? Terutama saat keadaannya sudah memiliki seorang pacar."

Jungkook terhenti. Pening rasanya bercerita tentang Noir kembali setelah sekian lama. Mual mengingat hari-hari ia terkapar di karpet dengan lima botol anggur merah, sekedar untuk melupakan memori di mana ia menangkap Noir akan bercinta dengan lelaki lain beberapa malam sebelumnya.

"Setelah putus, kami bertemu lagi setelah sekian lama di pesta ulang tahun Jimin tahun lalu. Entah apa yang ada pada pikiran Jimin sehingga mau mengundang wanita itu. Ia mendatangiku dan berbicara seolah-olah dia manusia tanpa dosa. Aku yang keadaan kesehatannya sempat drop sebab terlalu banyak mengonsumsi alkohol yang tentunya disebabkan karena dirinya itu marah besar.

Aku memakinya di depan umum. Membuka aib yang berusaha ia sembunyikan dari orang-orang tentang malam di mana ia tidur dengan seorang pemberi saham karena ia sangat butuh uang saat itu. Ia menyiram diriku dengan segelas sampanye, kemudian menangis dan pergi. Kekanakan, memang, tapi apa kau benar-benar akan menyalahkanku? Aku saja masih jijik padanya. Perlakuan yang tak sepantasnya dilakukan hanya karena membutuhkan uang dan takut hidup miskin."

Jeon Jungkook terkekeh masam. Kecut rasanya membiarkan nama Noir kembali terucap oleh lidahnya. Cengiran sarkas khasnya terukir pada wajahnya, Lisa bisa merasakannya.

"Sekarang ia berhasil mempertahankan prestasi orang tuanya sebagai keluarga dengan saham terbesar di dunia. Keluarganya kembali di akui oleh komunitas pembisnis dunia. Orang kini begitu menakuti dirinya. Mereka begitu mengaguminya, hingga mereka tak pernah mau percaya bahwa dia yang iblis, bukan aku.

Aku juga pendosa. Banyak hal yang aku lakukan yang tidak bisa dimaafkan begitu saja. Tetapi aku juga tak sudi disentuh oleh orang lain saat aku punya seorang kekasih. Aku belajar dan diajarkan untuk menghormati orang lain selama mereka tidak menjahatimu." Tak sekalipun Jungkook melepas dekapannya terhadap tubuh Lisa selama bercerita. Lisa bisa mendengar detak jantung Jungkook yang masih teratur.

Lelaki itu hancur, Lisa tahu dari caranya bercerita. Mungkin Noir inilah yang berhasil menghentikan Jungkook yang dulu terkenal sebagai international playboy itu.

Lisa membuka matanya. Menatap mata Jungkook yang kini sedang tak melihatnya. Rusak, bagian dari dirinya masih berserakan dan belum dipersatu kembali. Gadis itu meraih pipi Jungkook, menempelkan satu tangannya di sana.

"Hal yang wajar jika kau masih sakit. Jiwamu belum dipersatu. Bertahanlah, setidaknya untukku." Lisa beranjak dari posisi berbaringnya, ia mengelus pipi Jungkook dengan kasih.

Jungkook terpejam untuk sejenak, menikmati jadi lentik Lisa yang menyentuh wajahnya. Memberi sensasi yang tenang pada hatinya. Mungkin gadis ini yang akan menjadi pemersatu sukmanya.

"Jika kau benar-benar harus menghadapinya lagi, aku akan ada bersamamu. Genggam saja tanganku, aku harap itu bisa menenangkan risaumu," kata nona Manoban dengan harapan yang tersirat dalam setiap kalimatnya.

Tak bisa dipungkiri lagi, Jungkook memang sudah terlanjur sangat mencintai gadis di hadapannya. Lalisa Manoban selalu menemukan cara untuk menyatukan dirinya kembali.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 18.4K 40
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING 🔞!!! Yg penasaran baca aja Ini Oneshoot atau Twoshoot ya INI HASIL PEMI...
51.1K 3.7K 52
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
51.4K 6.6K 42
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
185K 15.5K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...