VENUS [#5 Venus Series]

By RiriLidya

25.2K 2.4K 331

Venus are back! "Only us who can say RED" Bercerita tentang keempat wanita muda yang masih sekolah; Hera Loui... More

V E N U S
PROLOG
Chapter 1 - Freshman
Chapter 2 - Don't provoke them
Chapter 3 - Matthew's back
Announcement
Chapter 4 - How to get her in your bed
Chapter 6 - Alice
Chapter 7 - Young woman with green eyes
Chapter 8 - Help her
Chapter 9 - Help him
Chapter 10 - 5M
Chapter 11 - Her father's lover
Chapter 12 - He's coming
chapter 13 - Frat party
Chapter 14 - Fix himself
Introducing Characters
Chapter 15 - With one kiss
Chapter 16 - Kiss you like this
Chapter 17 - I'll send you to hell
Chapter 18 - A dirty book
Chapter 19 - Don't bet on it
Chapter 20 - Chase you
Chapter 21 - Get rejected
Chapter 22 - Special gift
Chapter 23 - Special gift 2
Chapter 24 - Got her number
Chapter 25 - Girl crush
Chapter 26 - Girl crush 2
Chapter 27 - Joke's on her
Chapter 28 - Looking for my sunshine
Chapter 29 - Confessed
Chapter 30 - Ethan O'Connor
Chapter 31 - Possessive
Chapter 32 - Father and daughter
Chapter 33 - Mr. Coward
Chapter 34 - The days went well
Chapter 35 - Feel like a fool
Chapter 36 - His hunch came to pass
Chapter 37 - Can't scold her
Chapter 38 - Inanna the lazy one
Chapter 39 - Shopping with his future father-in-law
Chapter 40 - BBQ time!
Chapter 41 - Eavesdropping
Chapter 42 - The uncle
Chapter 43 - Rejected
Chapter 44 - The worst date ever
Chapter 45 - Argue and then make up
Chapter 46 - A terror
Chapter 47 - The best meeting place is the toilet room
Chapter 48 - Duel
Chapter 49 - An intern
Chapter 50 - Worry about him

Chapter 5 - The boy on the balcony

952 106 5
By RiriLidya

"Wow. Selamat, Beauty! Akhirnya kau memiliki Ibu baru!" Helena berseru di seberang telepon.

"Calon ibu. Dia belum menjadi ibuku," Walaupun Hera berkata seperti itu, namun dia tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Dia tidak pernah memiliki seorang ibu semenjak dia lahir. Dia tidak tahu apa yang harus dipersiapkan atau dilakukan untuk menyambutnya. Maka setelah pertemuan di ruang keluarga, Hera segera masuk ke kamarnya dan menghubungi Venus.

"Tapi aku tahu kau pasti sangat bahagia. Tidak sabar menemuinya?" Diana bertanya.

Hera menuju walk in closet dan mengerutkan dahinya saat melihat pakaiannya. Dia butuh gaun 'selamat datang, ibu.' "Ya, aku tidak sabar. Besok kalian harus menemaniku berbelanja."

"Apa pun untuk Tuan Putri," Inanna berkata membuat Hera tertawa lepas.

"Kalian semua tuan putriku." Hera keluar dari walk in closet. "Sampai jumpa di sekolah besok!"

"Kau terlihat bahagia."

Hera mendongak melihat William di ambang pintu kamarnya. "Tentu saja aku bahagia! Sebentar lagi kita akan memiliki ibu baru."

William menghembuskan napas dalam dan masuk ke kamar Hera. Ia duduk di pinggir tempat tidur Hera. "Apa kau sangat menginginkan seorang ibu?"

Masih berdiri, Hera berbalik menatap kakaknya. "Aku tahu kalian berdua sangat membenci topik 'Ibu baru'—"

"Kami tidak membencinya. Hanya tidak suka." William berdiri meremas lembut kedua bahu Hera. "Dengar, Sunshine. Kita sudah besar. Kurasa kita tidak membutuhkan sosok ibu lagi. Jadi, bisakah kau berhenti mendorong Daddy mencari seorang ibu untuk kita?"

"Kalian berdua sungguh beruntung masih bisa merasakan kehangatan seorang ibu saat kecil. Sedangkan aku ... aku juga ingin merasakannya, Will. Aku juga butuh seorang ibu seperti teman-temanku." Hera menunduk. "Aku membunuh ibu saat bayi—"

"Hera—"

"Dan sekarang aku menginginkan seorang ibu baru. Apa menurutmu aku kejam dan egois?"

William menggeleng. "Tidak, Hera."

"Semenjak bayi aku tidak pernah melihat ibu kita. Aku tidak tahu bagaimana rasanya dipeluk seorang ibu kandung." Hera membasahi bibirnya. "Jadi, jangan samakan aku yang tidak tahu mengenai emosi tentang ibu dengan kalian yang pernah merasakannya."

***

Setelah dari kamar Hera, William masuk ke kamar Nick dan bermain rubik di sofa dengan gusar. Sedangkan Nick duduk di dekat jendela tengah membaca buku tebal berbahasa Rusia.

"Dia bersikukuh." Nick menebaknya dengan tepat.

William menghembuskan napas sebelum mengangguk. "Ya. Tapi aku masih tidak setuju."

Jujur, mereka berdua tidak masalah sama sekali dengan topik ibu baru. Toh, mereka tidak akan bermanja-manja dengan calon ibu nantinya. Akan tetapi ....

Nick menutup bukunya lalu melihat keluar jendela dengan ekpresi rumit. "Kalau memang itu maunya kita tidak bisa memaksanya. Setidaknya ibu muda bisa juga menjadi temannya."

***

Helena meletakkan ponselnya di meja rias. Kemudian ia menyisir rambutnya sambil berceloteh, "Hera sangat bahagia di telpon saat mengumumkan bahwa ayahnya memiliki kekasih. Kekasih ayahnya akan datang ke rumah besarnya untuk makan malam besok. Dia bahkan terdengar antusias dan gugup tadi. Dia pasti tidak sabar menunggu besok malam ...."

Helena meletakkan sisirnya. Ia berdiri dan berjalan menuju tempat tidurnya yang besar dengan empat tiang di tiap sudut tempat tidur. Sembari berjalan, ia melanjutkan pembicaraannya, "Besok setelah pulang sekolah kami akan berbelanja, pergi ke salon dan spa hingga malam. Dia ingin tampil sangat hebat di depan calon ibunya."

Helena meluruskan kaki dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, menarik salah satu majalah yang belum habis ia baca dari nakas samping tempat tidur. Lalu melirik wanita muda yang masih berdiri di ujung tempat tidur.

Nana. Wanita yang wajahnya sangat mirip dengannya, namun memiliki mata berwarna hijau dan rambut merah terang, berdiri sedari tadi dengan sikap sopan. Helena sangat suka rambut merahnya makanya ia mewarnai rambutnya dengan warna merah, walaupun tidak semerah rambut Nana. 

Ketika kecil masih di Yunani, Ayah Helena membawa Nana untuk Helena agar dia tidak kesepian. Nana-lah satu-satunya yang menjadi teman bermain Helena di sana. Dan Helena sudah menganggapnya sebagai saudara kembarnya.

Helena merangkak satu langkah untuk memegang tangan Nana lalu memohon dengan manja. "Ayo, ikut dengan kami."

Nana menggelengkan kepalanya dengan tidak nyaman. "Temanmu akan menatapku aneh."

"Bagaimana bisa seperti itu?! Kau adalah keluargaku. Sudah seharusnya kau ikut dengan kami."

"Aku pelayanmu, Helena."

Helena mendengus. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dengan pandangan marah.

Nana diam-diam menghela napas frustasi. Ia duduk di pinggir tempat tidur dan tersenyum. "Helena, dari kecil aku selalu mengikutimu ke mana pun kau pergi—"

"Oh please, hanya sekitaran Mansion." Helena memotongnya datar membuat Nana berdeham canggung.

"Tapi hanya teritorial ini yang bisa aku jelajahi bersamamu. Kau ingin aku dihukum Mr. Alexandras karena tidak mematuhinya?"

"Daddy hanya bercanda. Aku tahu dia tidak mungkin akan menghukummu. Jika dia melakukannya sama saja dia menyakitiku."

"Bagaimana dengan teman sekolahmu? Anggap saja kita berjalan bersama di luar Mansion dan tidak sengaja bertemu teman sekolahmu, apa yang akan kau katakan?"

"Aku akan mengatakan kau keluargaku," Helena berkata dengan polos.

Nana tertawa pelan. "Bukan, Helena. Kau tidak bisa mengatakan itu."

"Jadi, kau masih tidak mau keluar bersamaku dan teman-temanku?"

Sebagai balasan, Nana hanya tersenyum. Helena mendengus.

"Bagaimana dengan sekolah hari ini? Aku ingin mendengarnya karena kau memiliki banyak coklat dibawa pulang untukku." Nana mengalihkan topik pembicaraan. Ia sungguh tahu jika topik ini akan membuat mereka melupakan pembicaraan 'Pergi Bersama Venus'.

Biasanya Helena selalu bersemangat saat menceritakan kegiatannya di sekolah. Namun, api yang berkobar-kobar di matanya tidak muncul malam ini. Ia terlihat lesuh.

Nana memegang lengannya dan bertanya, "Seseorang berani memprovokasi kalian? Perempuan mana yang berani melakukan itu kepada wanita muda kami?"

"Ini bukan perempuan. Tapi laki-laki." Helena duduk bersila dan mengajak Nana ikut duduk bersamanya di tempat tidur. Kemudian Helena menceritakan dari awal keterlambatannya bersama Matthew hingga di kafetaria sekolah secara ringkas.

Nana seorang pendengar yang bagus. Ia tidak pernah memotong perkataan Helena hingga wanita itu berhenti bercerita.

"Astaga ...." Nana tertawa terbahak-bahak. "Seharusnya kau bisa memprediksi umur dari wajahnya."

"Dia masih muda! Dan ayah mana yang memperbolehkan anaknya tidak sekolah setahun kemudian dengan santai memasukkan kembali anaknya ke sekolah lama seolah sekolah itu milik keluarganya!"

"Mungkin ayahnya menyumbangkan sebagian besar uangnya untuk sekolah itu .... Seperti Mr. Alexandras?"

Helena mendadak sedikit cemas. "Apa besok aku tidak perlu pergi ke sekolah saja?"

"Kau tidak perlu takut dengannya. Kau seorang Venus, tidak ada yang akan berani menggertakmu baik perempuan atau laki-laki."

"Tentu saja jika dia tidak menyuruhku datang ke pesta persaudaraan malam ini. Dan perlu kau garis bawahi, aku tidak takut dengannya. Aku hanya ... malu." 

Dia salah mengira siapa Matthew dan tidak meminta maaf. Pria itu pasti sedang menertawakannya di suatu tempat saat ini.

Mulut Nana terbuka lebar. Pria yang sedang mereka bicarakan benar-benar tidak meninggalkan Helena begitu saja. "Sungguh? Oh astaga ... dia mengajakmu berkencan!"

Helena menunduk lesu. Ia sangat kesal saat pulang sekolah tadi. Ia sedang menyimpan bukunya di loker dan saat pintu lokernya ia tutup, di situlah wajah menyebalkan Matthew muncul. Sangat membuatnya kaget setengah mati. Pria itu menjelaskan maksud pertemuan mereka di koridor loker yaitu mengenai pesta persaudaraan di rumah persaudaraan tempat biasa mereka mengadakan pesta.

Dan sebelum Matthew pergi, ia berkata, "Jangan sampai aku tidak melihatmu nanti malam."

Setelah itu ia pergi meninggalkan Helena yang termenung.

Apakah laki-laki itu sedang mengancamnya?

Helena kembali kesal saat memikirkan kembali kejadian di sekokah. Laki-laki itu benar-benar ....

Beberapa menit kemudian Nana keluar dan Helena melanjutkan melihat majalah di pangkuannya. Ketika ia sedang asyik, terdengar suara pukulan di jendela. Postur tubuh Helena menegang. Tidak mungkin kan ada pencuri di rumahnya?!

"Helena!"

Helena baru saja berdiri dan hendak memanggil ayahnya saat mendengar panggilan namanya. Dengan kerutan di dahinya, ia berjalan menuju jendela. Perlahan ia menyibak tirai dan alangkah terkejutnya ia melihat sosok yang tidak ingin ia temui saat ini sudah berdiri di balkon kamarnya.

"Astaga, mau berapa lama lagi kau membiarkanku berdiri di sini?" Matthew menggerutu. "Hujan sialan ...."

*TBC*

Jangan lupa follow akunku Riri Lidya dan juga instagramku: ririlidya7

Suka chapter ini? Mau aku rajin update???

Vote ⭐️ spam komen 💬 dan share ⌲

Happy reading, Loves!

Riri Lidya:*



Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
557K 43.1K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
628K 24.7K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
317K 18.9K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...