VENUS [#5 Venus Series]

By RiriLidya

25.9K 2.5K 331

Venus are back! "Only us who can say RED" Bercerita tentang keempat wanita muda yang masih sekolah; Hera Loui... More

V E N U S
PROLOG
Chapter 1 - Freshman
Chapter 3 - Matthew's back
Announcement
Chapter 4 - How to get her in your bed
Chapter 5 - The boy on the balcony
Chapter 6 - Alice
Chapter 7 - Young woman with green eyes
Chapter 8 - Help her
Chapter 9 - Help him
Chapter 10 - 5M
Chapter 11 - Her father's lover
Chapter 12 - He's coming
chapter 13 - Frat party
Chapter 14 - Fix himself
Introducing Characters
Chapter 15 - With one kiss
Chapter 16 - Kiss you like this
Chapter 17 - I'll send you to hell
Chapter 18 - A dirty book
Chapter 19 - Don't bet on it
Chapter 20 - Chase you
Chapter 21 - Get rejected
Chapter 22 - Special gift
Chapter 23 - Special gift 2
Chapter 24 - Got her number
Chapter 25 - Girl crush
Chapter 26 - Girl crush 2
Chapter 27 - Joke's on her
Chapter 28 - Looking for my sunshine
Chapter 29 - Confessed
Chapter 30 - Ethan O'Connor
Chapter 31 - Possessive
Chapter 32 - Father and daughter
Chapter 33 - Mr. Coward
Chapter 34 - The days went well
Chapter 35 - Feel like a fool
Chapter 36 - His hunch came to pass
Chapter 37 - Can't scold her
Chapter 38 - Inanna the lazy one
Chapter 39 - Shopping with his future father-in-law
Chapter 40 - BBQ time!
Chapter 41 - Eavesdropping
Chapter 42 - The uncle
Chapter 43 - Rejected
Chapter 44 - The worst date ever
Chapter 45 - Argue and then make up
Chapter 46 - A terror
Chapter 47 - The best meeting place is the toilet room
Chapter 48 - Duel
Chapter 49 - An intern
Chapter 50 - Worry about him

Chapter 2 - Don't provoke them

1K 130 9
By RiriLidya

Jangan lupa 🌟 dulu sebelum baca^^

———————————————————————


Seorang perempuan sedang menghembuskan napas gugupnya kemudian mengetuk pintu dengan berlebihan.

"Masuk."

Wanita muda itu membuka pintu dan melihat seorang pria paruh baya duduk di kursi kulit mengkilap, tidak butuh waktu lama untuk mengetahui orang itu adalah kepala sekolah. Lalu pandangannya bergeser di depan kepala sekolah, seorang pria seumuran dengannya. Mereka berdua menoleh untuk melihatnya yang masih berdiri canggung.

"Ms. Becky Rodgers?" Kepala sekolah melihat kertas di tangannya.

"Ya, saya Becky."

"Kemarilah dan duduk."

Becky masuk dan duduk di sebelah pria tampan itu. Ia sesekali mencuri pandang ke samping hingga pria di sebelahnya menyadarinya. Laki-laki itu menoleh dan mendapati Becky salah tingkah. Ia memberikan senyum ramah sebelum kembali melihat kepala sekolah.

"Mohon kalian isi jadwal pelajaran apa yang ingin kalian ikuti untuk satu tahun ke depan lalu serahkan kembali kepada saya."

"Baik, Mr. Horos," jawab mereka serempak.

Diam-diam Becky melirik lembaran kertas pria di sebelahnya kemudian mengangguk dalam hati. Rupanya dia adalah siswa baru sepertinya di kelas 10. Namanya Christian McKale. Betapa kecocokan yang sangat sempurna! Namun, Christian datang dengan beasiswa. Sepertinya pria ini sangat pintar.

Setelah melihat jadwal pelajaran Christian, Becky mengisi miliknya. Christian mengecek kembali formulirnya sebelum memberikannya kepada Mr. Horos. Namun, sebelum ia memberikannya, Becky duluan berdiri dan memberikan lembar formulir jadwal pelajarannya kepada Mr. Horos lalu disusul Christian.

Mr. Horos menatap bergantian jadwal mereka dengan sedikit keanehan di wajahnya. "Kalian memiliki jadwal yang sama."

"Benarkah?" Becky pura-pura terkejut lalu menoleh ke Christian.

Pria muda itu juga terkejut namun setelah itu tersenyum. "Apakah tidak masalah, Mr. Horos?"

"Tidak apa-apa."

Setelah itu bunyi ketukan pintu terdengar. Sebelum Mr. Horos berbicara, pintu sudah terbuka dan seorang laki-laki muda berbadan besar masuk dengan tas disampirkan di bahu kiri.

Becky menoleh dan terpesona. Ia bahkan tidak sadar jika mulutnya terbuka lebar. Sepertinya dia tidak salah memilih sekolah ini karena di sini merupakan surga dunia tempat berkumpulnya pria-pria tampan.

Mr. Horos berdeham. "Kalian boleh keluar dan segera mengikuti kelas pertama kalian."

"Terima kasih, Mr. Horos." Christian dan Becky menundukkan kepalanya dengan sopan sebelum keluar.

Laki-laki tampan tadi masuk begitu saja dan duduk di sofa panjang dengan malas. "Bagaimana kabarmu, Uncle?"

Hanya itu yang Becky dengar sebelum menutup kembali pintu dengan rapat.

"Sepertinya kita akan sering bertemu," Christian berkata.

Becky mengangguk malu. "Sepertinya begitu."

"Aku Christian." Christian mengulurkan tangannya.

Becky menatap tangan Christian cukup lama sebelum berjabat tangan. "Becky."

"Aku tahu." Christian kembali tersenyum dan mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda. "Mr. Horos menyebut namamu tadi."

"Oh ...." Becky mengangguk pelan dengan wajah memerah. Tanpa sepengetahuan Christian, Becky menatapnya dengan tatapan tertarik. Christian pria yang baik, ramah, dan berkharisma. Orang yang mudah bergaul. Well, untung saja pria ini tidak menyadari trik kecilnya tentang jadwal tadi.

***

"Bagaimana kabarmu, Uncle?"

"Kau bisa melihat kondisiku." Mr. Horos duduk di kursinya setelah mengemasi beberapa dokumen. "Jadi, ini pilihanmu?"

Laki-laki muda itu tersenyum ceroboh. "Ini perintah Ayah. Perintahnya harus dilakukan."

Mr. Horos menghela napas. "Berhentilah membuat ayahmu murka dan belajar dengan giat. Ini tahun terakhirmu jika kau kembali ke sekolah, Matthew."

Laki-laki muda yang bernama Matthew tidak menjawab, ia hanya melamun dengan pikiran yang melayang sangat jauh.

Lebih dari satu jam dia berada di ruangan Mr. Horos hanya bermain game di ponsel, tidak berniat masuk kelas. Saat sudah waktunya istirahat, barulah Matthew beranjak dari sofa. Dia mengambil tasnya dan berjalan menuju meja Mr. Horos.

"Ini jadwal pelajaranmu." Mr. Horos menyerahkan jadwalnya.

Matthew mendengus saat melihat jadwal pelajarannya sudah terisi. Ayahnya sangat menyayanginya. Dia bahkan tidak bertanya lebih dulu dengan Matthew pelajaran apa yang anaknya inginkan di sekolah.

"Khas Ian," Matthew berkata membuat pamannya menatapnya lewat kacamata emasnya. Seolah memperingatinya. Jadi dia hanya menyunggingkan senyuman tanpa penyesalan. "Terima kasih, Mr. Horos."

Ketika memegang handle pintu, Matthew berhenti. Ia berbalik kemudian menatap pamannya. "Satu tahun ini banyak perubahan yang terjadi, Uncle. Bahkan pagar yang dulunya rendah sekarang cukup tinggi."

"Kau tetap bisa memanjatnya, bukan? Kurasa itu bukan masalah untukmu."

"Memang bukan ...," Matthew bergumam. "Tapi itu menjadi masalah untuk seorang wanita muda."

Waktu istirahat, sebagian siswa keluar dari ruang kelas. Ada yang berkumpul di koridor, ada juga yang segera menuju kafetaria sekolah.

Kembali pada Venus, mereka berjalan santai di koridor sekolah, saat itulah semua mata tertuju pada mereka. Banyak wanita yang iri atau ingin menjadi bagian dari Venus, atau setidaknya menjadi anak buah Hera. Sedangkan para pria ingin menjadi pasangan salah satu dari Venus.

Mereka berhenti dulu di koridor loker di mana loker-loker Venus saling berdekatan satu sama lain. Seperti hari-hari biasa, loker Diana akan dipenuhi aksesoris lucu, permen atau makanan manis lainnya. Loker Helena dan Hera akan penuh dengan surat cinta, bunga, dan bungkusan hadiah lainnya. Hanya loker Inanna yang bersih, ia juga tidak menyukai segala jenis yang bukan miliknya di lokernya.

Pernah satu waktu lokernya terisi bunga dan banyak snack, di depan banyak pasang siswa dia membuang semuanya di tempat sampah dan berkata, “Jangan memberi sesuatu yang tidak membuatku kaya dalam semalam.”

Semenjak itu, tidak ada yang pernah memberinya hadiah.

Setelah selesai meletakkan bukunya, Inanna akan bersandar di loker dan menunggu Venus memeriksa hadiah dari seluruh pengagum mereka.

"Itu lucu," Inanna memuji Diana yang memakai bandana berwarna merah muda tidak tahu hadiah dari siapa.

"Benarkah? Aku akan memakainya kalau begitu!" Diana melihat nama yang tertera lalu bertanya pada Inanna, "Cole .... Aku pikir aku mengenal nama ini."

Wajah Helena menjadi datar. “Teman Jacob. Buang saja. Dia ingin membawamu ke ranjang kecilnya."

Diana yang tidak tahu hanya bergumam lalu seperti biasa membuangnya di tempat sampah dengan sedih. Jika salah satu Venus mengatakan buang, dia hanya bisa menurut dengan polos. "Sayang sekali. Padahal itu sangat lucu ...."

Karena Hera yang paling penuh hingga beberapa kado jatuh ke lantai, Sasha dan Lesley membantunya.

"Uhm Hera ...." Lesley memegang sebuah kotak berwarna ungu. Ia mendongak hanya untuk melihat wajah dingin Hera.

Dengan suara keras Hera menutup lokernya dan berjalan cepat diiringi Venus. Lesley dan Sasha sedikit berlari saat mengikuti mereka. Mereka berbelok di koridor tepat saat itu juga Hera menggerutu dengan kesal. Ia tidak peduli jika banyak siswa yang keluar dari kelas mereka menatap Venus.

"Tuhan pun tahu seberapa besar aku membenci ungu!"

Melihat tempat sampah di dekatnya, Lesley dengan santainya membuang kado tersebut tanpa disuruh dan tetap membuntuti Venus.

***

Saat melihat Christian terburu-buru keluar kelas, Becky menghentikannya di koridor. "Christian, kau ingin ke mana?"

"Aku ingin menemui Mr. Declan dan mendaftar ke klub football."

"Oh .... Kalau begitu sampai bertemu di kelas berikutnya."

Christian mengangguk dan melambaikan tangannya sebelum berbalik dan menuju ruang olahraga.

"Kau terlihat dekat dengan siswa baru itu."

Ucapan itu membuat Becky menoleh. Dia melihat 4 wanita yang sekelas dengannya di kelas Mr. González.

"Kami tidak sedekat itu." Becky merendahkan dirinya dengan malu-malu.

"Hai, aku Abbey. Ini Lisa, Sandra, dan Shelley."

"Hai, aku Becky." Becky tersenyum ramah.

"Rupanya kau anak baru yang diperbincangkan di forum."

"... Forum?" Terlihat jelas kebingungan di wajah Becky.

Lisa mengeluarkan ponselnya. "Apa nama akun media sosialmu? Aku akan mengundangmu bergabung di forum."

Becky menyebutkannya seraya mendengar Shelley dan Sandra bercerita.

"Semua yang terjadi di sekolah ini seperti prestasi, gosip atau romansa akan dipublikasikan di forum sekolah."

"Bisa dikatakan forum adalah surga dan neraka untuk kita. Kau akan bahagia jika kau terkenal. Semua orang akan membicarakanmu tanpa henti di sana. Tapi jika kau memiliki skandal atau keburukan dan seseorang mengetahuinya, kau akan di-bully."

"Percayalah, kau tidak akan baik-baik saja jika sudah digertak. Kau masih lemah," Lisa berkata.

Becky kurang lebih hanya mengerti bahwa forum sekolah merupakan tempat untuk bergosip.

Tepat setelah itu koridor kelas mereka mendadak ribut.

"Venus datang!" seorang pria berkata nyaring setelah itu terdengar suara wanita.

"Tuhan pun tahu seberapa besar aku membenci ungu!"

Becky menoleh ke belakang dan terdiam saat menyaksikan 4 perempuan berjalan dengan aura yang mengesankan. Terlebih lagi dua wanita di tengah, yang satu berambut pirang dan satunya merah tembaga emas. Mereka berdua yang paling terlihat mencolok dari yang lain. Seketika, dia terpesona hingga melamun.

Becky bertanya-tanya, siapa mereka?

"Mereka adalah Venus. Hera berambut pirang, Helena berambut merah tembaga, yang paling pendek itu Diana, dan yang bermata hijau itu Inanna. Dua orang di belakangnya adalah minion Hera, Lesley dan Sasha," Abbey menjelaskan.

"Di sini, kau bebas melakukan apa pun. Berprestasi, menjadi populer, atau berkencan dengan guru magang. Hanya, jangan pernah mencari masalah dengan mereka karena kau tidak akan tahu apa yang akan mereka lakukan terhadapmu," Lisa menambahkan.

Benarkah? Ketika Venus melewati Becky, Becky sadar jika Helena menatapnya. Tatapan yang tidak tergolong menindas seperti Hera. Tatapannya seperti ... penasaran. Apa dia penasaran dengan Becky?

Tapi beberapa detik selanjutnya, Helena menyenggol seorang wanita dengan tumpukan buku di tangannya. Alhasil wanita itu terjatuh dengan buku berserakan. "Oops ... sorry."

Dia sengaja. Helena sengaja melakukannya. Becky melihatnya dengan jelas. 

"Dia masih menjadi bulan-bulanan Helena. Poor May ...." Lisa mendesah pelan

Melihat Becky, Abbey menjelaskan, "Namanya May. Ia melihat Helena keluar dari mobil bersama pria tua di hotel ternama kemudian menggemparkan forum dengan bukti berupa foto. Namun, bukan Helena yang dicemooh, tapi dia. Pria tua itu adalah ayah Helena."

"Seperti yang kami katakan, menjauh dari Venus. Kita bukan dari kalangan yang sama seperti mereka." Shelley mengingatkan.

"Hanya satu takdirmu jika menyangkut Venus. Hancur. Bahkan bisa lebih hancur dari May," Lisa bergumam dengan ngeri.

"Aku dengar Hera pernah mematahkan tangan Cole ketika pria itu melecehkan Diana dengan tatapannya.” Shelley terkikik.

“Bagaimana dengan yang lainnya? Mereka semua bisa berkelahi?”

“Tidak,” jawab Lisa. Dia menatap Becky. “Tapi mereka sangat percaya diri ketika membalas perbuatan menyebalkan seperti itu. Karena orang itu ada di belakang mereka.”

Setelah jawaban itu, Becky memandang punggung Venus yang semakin menjauh seraya mengingat kembali wajah Helena yang meliriknya tadi.

Setelah itu mereka berlima dengan cepat menuju kafetaria sekolah, mengantri untuk makanan lalu duduk di sudut ruangan.

Becky menangkap lirikan Abbey ke seorang pria biasa-biasa saja yang duduk dua meja dari meja mereka. Wanita itu tersenyum malu-malu.

"Pacarmu?"

Refleks Abbey terbatuk. Sedangkan yang lainnya tertawa.

"Kami mulai pacaran dua minggu yang lalu."

"Bukankah Alan sangat manis?" Sandra menggoda Abbey.

Becky melirik Alan lalu melirik Abbey. Ia tersenyum palsu kemudian mengangguk. "Dia sangat manis. Kalian berdua sangat cocok."

"Dari mana asalmu?"

"Ayo ceritakan tentang sekolah lamamu."

Becky berdeham. "H–homeschool."

"Oh. Apakah itu bagus? Bukankah kau tidak memiliki banyak teman di luar?" Lisa bertanya tanpa tahu senyum terpaksa Becky.

"Tahu lalu aku kecelakaan jadi harus belajar di rumah."

"Oh my God. I'm so sorry ...." Lisa dan yang lainnya menatapnya prihatin.

"It's OK." Becky masih memberikan senyuman paksa. Ia kembali memakan makanannya dengan lahap. Sembari mengunyah, ia melirik beberapa meja yang kosong. "Kenapa kita tidak duduk di sana?" Kenapa harus duduk di belakang ruangan seperti ini?

"Tempat makan kita ditata. Meja paling depan untuk anak seni musik pop, anak rock, juga klasik, meja tengah di depan untuk baseball, lalu sebelahnya ada cheerleaders, baris kedua ada gulat, di samping kita ada kutu buku ...." Abbey menjelaskan dengan rinci, "Kau lihat perkumpulan pria nakal dan liar di dekat jendela, mereka adalah senior kita. Selain Venus, hindari juga mereka. Senior di sana sangat menyebalkan. Mereka selalu mengganggu dan menjadikan kita hiburan untuk mereka."

Becky mengikuti arah pandang Shelley di mana sekelompok anak laki-laki sedang tertawa karena menindas seorang pecundang dengan kacamata antik bertengger di hidung mancungnya.

"Lihatlah betapa kejamnya mereka .... Padahal dia sudah mengambil jalan memutar tapi tetap saja Jacob dan teman-temannya mengganggunya." Sandra mendesah.

Akhirnya pecundang itu bisa bebas dari kejahilan Jacob dan duduk di meja yang sama dengan pacar Abbey, Alan dan satu pria lagi yang Becky masih tidak tahu namanya.

Melihat arah pandangan Becky, Abbey menjelaskan, "Yang duduk di sebelah Alan adalah Tom. Lalu yang baru saja tiba setelah diganggu Jacob, dia adalah Miguel. Mereka bertiga selalu makan bersama di meja itu."

Ada kerutan kecil di antara alis Becky. Bukankah berarti di meja itu adalah tempat para pecundang?

"Mereka bukan pecundang. Hanya siswa biasa seperti kami," Abbey kembali berkata saat melihat ekspresi Becky.

Seketika Becky menghentikan acara makannya sejenak. Sebelum mengaduk minumannya dengan senyum palsu. 'Seperti kami' dua kata yang sangat jelas jika kelompok Abbey juga isinya hanya pecundang.

Dia mendesah dalam diam dan berniat mulai besok dia akan mencari tempat duduk lain untuk makan.

*TBC*

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 128K 28
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
331K 9.5K 40
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...
882K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
114K 12.6K 17
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...