Love Syndrome

Od iciarik

4.3K 1.5K 144

UNTUK DI BACA BUKAN DI TULIS ULANG! Beberapa chapter di privat, follow untuk membaca seluruh chapter 🤍 Sudah... Viac

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

19

102 33 2
Od iciarik

Happy reading and sorry for typo

Aku masih penulis amatir, kalau ada kata-kata, atau kalimat yang kurang enak di mata kalian aku minta maaf. Nanti pasti aku revisi kok.

Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ke temen, pacar, gebetan juga boleh kalau punya :">


(⁠●⁠’⁠3⁠)⁠♡⁠(⁠ε⁠'⁠●⁠)
(⁠●⁠’⁠3⁠)⁠♡⁠(⁠ε⁠'⁠●⁠)

(⁠●⁠’⁠3⁠)⁠♡⁠(⁠ε⁠'⁠●⁠)

Sudah satu minggu ini Ersya sering menghabiskan waktu bersama Ergha. Setiap jam istirahat mereka selalu belajar bersama terkadang, ketika pulang sekolah pun Ersya mengunjungi rumah Ergha, dan tanpa Ergha sadari pun perlahan dia mulai tidak merasa terganggu oleh kehadiran Ersya.

Seperti malam ini Ergha sedang melamun di balkon, entah kerasukan setan apa Ergha mulai tersenyum meskipun sangat tipis.

"Dasar cewek sinting,"guman Ergha menggeleng pelan. Pikirannya pasti sedang terganggu, sehingga tanpa sadar dia memikirkan Ersya.

Ting!

Ting!

Ting!

Ting!

Bunyi notifikasi pesan bertubi-tubi terdengar di telinga Ergha. Ergha yakin jika sang pengirim pesan pastilah Ersya. Dia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi whatsappnya. Aneh memang, Ergha ingin mengabaikan pesan yang dia anggap tidak bermutu, namun apalah daya, tangannya tidak mau menurutinya.

Sya.

Good night calon pacar 19.00 pm

Lagi kangen kamu :"( 19.00 pm

Gimana? udah mulai suka ga sama aku? 19.01 pm

Ergha menggeleng membaca pesan dari Ersya, jujur saja Ersya adalah cewek yang pantang menyerah yang pernah dia temui. Buktinya sampai saat ini, Ersya tidak kunjung menyerah mendekatinya. Cewek keras kepala, hanya itulah yang ada di pikiran Ergha tentang Ersya.

belum 19.05 pm

Tak menunggu waktu lama Ersya sudah membalas chatnya.

Sya.

Belum? Berati ada kesempatan dong hahah 19.05 pm.

Sial, sepertinya Ergha salah membalas. Otaknya sudah terganggu ini sepertinya.

Pd. 19.20 pm

Sya.

Tipe cwek kamu kek gimana sih? 19.20 pm

YANG PASTI BUKAN LO  20.00 pm

Sya.

Ihh keyboardnya udh ga rusak lagi 😭 seneng deh. 20.00 pm

hmm. 20.15 pm

Sya.

Haha, i love you Ergha ❤20.15

Bacot!

Ergha meletakkan kembali ponselnya di meja. Malas untuk membalas chat dari Ersya yang tidak akan ada ujung dan kejelasannya.

(Kayak hubungan kalian xixixi)

Sementara di lain tempat, Ersya cekikikan karena telah berhasil membuat Ergha jengkel dengan pesan-pesannya. Semua usaha Ersya sudah membuahkan sedikit hasil. Ergha yang dulunya tidak akan membalas pesannya walau badai menerjang, kini sudah mulai membalasnya, meskipun hanya sekedar, dan beberapa kali. Tapi itu sudah termasuk sebuah kemajuan.

"Gue yakin, lo pasti udah mulai suka sama gue."Ersya mendekap HP nya erat-erat. Semakin hari cintanya kepada Ergha semakin bertambah saja.

"Oh iya! Gue kan di suruh makan malam!" Ersya menepuk jidatnya, lalu langsung beranjak dari kasur untuk menghampiri Alvaro yang sudah menyuruhnya makan malam 15 menit yang lalu.

Ersya menuruni tangga dengan terburu-buru.

"Hati-hati Ersya!" Tegur Alvaro yang langsung membuat Ersya memelankan langkahnya. Alvaro saat marah ternyata serem.

"Hehehe, menu malam ini apa?"Ersya duduk di depan Alvaro. Aroma nasi goreng menyeruak di indra penciumannya, bisa Ersya tebak malam ini Alvaro memasak makanan favoritnya.

Ersya langsung menyendok lima sendok nasi goreng meletakkannya di atas piringnya. Tanpa menunggu Alvaro yang masih sibuk bersama pacarnya, ehh ralat maksud Ersya adalah laptop yang selalu Alvaro bawa kemana-mana, bahkan sampai makan pun di bawa. Heran.

"Sibuk banget, makan dulu kali,"sindir Ersya mengetuk kepala Alvaro dengan sendoknya.

Alvaro segera menutup laptopnya."Sadis banget sama Kakak sendiri."

"Kak Varo sibuk banget sih."

"Hehehe, iyaa maaf tuan putri." Alvaro mulai menyendok nasi goreng meletakkannya di atas piringnya.

Ersya tiba-tiba berhenti melahap makanannya. Entah mendapat bisikan setan jenis apa terbesit dalam pikirannya untuk belajar memasak.

"Kak." Panggil Ersya.

"Hmm."

"Kak Varo." Panggil Ersya lagi.

"Apa Syasya."

"Aku, mau belajar masak."

Uhuk!

Alvaro sampai tersedak mendengar permintaan Ersya. Pasalnya dulu bahkan Alvaro sampai membujuk Ersya mati-matian agar mau belajar masak, tapi Ersya selalu menolak dengan alasan dia akan mencari suami seorang koki agar dia tidak perlu memasak. Terkadang juga alasannya adalah takut membuat rumah ini terbakar jika dirinya yang memasak. Lalu kenapa tiba-tiba Ersya ingin belajar memasak? Pasti ada udang di balik bakwan nih. Alvaro yakin itu!

Alvaro bangkit dari kursinya, meletakkan telapak tangannya di dahi Ersya. Siapa tau Ersya sedang demam, mangkanya aneh.

"Enggak panas kok." Alvaro kembali duduk.

"Aku serius ihh!"

"Untuk Ergha?" Tebak Alvaro tepat sasaran.

"Iya, hehehe." Ersya tersenyum kikuk.

"Bucin banget kayaknya sama Ergha."

Ersya mengembungkan pipinya saat di ejek bucin oleh Alvaro. Padahal kan Ersya enggak bucin, cuma kelewat sayang saja.

Beda kan?

Iya kan?

"Ajarin aku, ya." Pinta Ersya dengan puppy eyesnya.

"Iya, besok 'kan minggu."

"Yeay!"

"Tapi jangan sampai kebakaran ya,"ejek Alvaro tertawa pelan.

"Ejek aja teroos!"

ᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]

Bibir Ersya tak henti-hentinya merapalkan doa agar tidak membuat kekacauan di dapur. Seperti permintaannya kemarin, kini dirinya sudah berada di dapur untuk belajar memasak di temani oleh Alvaro. Semua ini Ersya lakukan untuk memikat hati Ergha.

"Pertama-tama aku harus apa?" Tanya Ersya menatap bahan-bahan yang sudah siap di atas meja.

"Kamu ulek bawang merah, bawang putih, cabe, sama terasinya." Alvaro menjelaskan.

Ersya membuka mulutnya tidak percaya."Harus banget ya kak? Nanti kena wajahku gimana? 'kan pedas."

"Mau bikin Ergha terkesan gak?" Sial, Ersya menghela napas panjang. Lalu mulai mengulek bahan-bahan yang Alvaro sebutkan tadi, Ersya menguleknya dengan sangat hati-hati tidak mau jika wajah cantiknya nanti terkena cipratan 'kan bahaya.

Sementara menunggu Ersya mengulek, Alvaro memutuskan untuk membantu Ersya memotong cabai.

"Udah."

Alvaro mengangguk, meskipun butuh waktu yang lama tapi tidak apa lah untuk ukuran pemula.

"Minyaknya di panasin." Lagi-lagi Ersya harus menghela napasnya berkali-kali. Astaga Ersya sangat takut dengan minyak, karena waktu kecil wajahnya pernah terkena cipratan minyak. Meskipun tidak banyak, itu tetap saja terasa panas.

"Enggak jadi belajar masak deh,"eluh Ersya dengan nada kesal.

"Jadi, cuma segini perjuangan kamu untuk Ergha?"

Cibiran Alvaro berhasil membuat Ersya jengah. Dia tidak suka jika ada yang meremehkan perjuangannya, bahkan Kakaknya sekalipun tidak boleh.

"Jangan panggil aku Ersya, kalau nyerah gitu aja!"Ucap Ersya dengan semangat 45, Ersya menyingkirkan rasa takutnya, mulai menuangkan minyak secukupnya di atas wajan.

"Terus?"

"Tumis bumbu yang tadi sampai harum."

Ersya mengancungkan jempolnya, menumis bumbu yang tadi ia ulek seperti arahan dari Alvaro.

"Terus apa lagi?" Tanya Ersya ketika bau harum tercium di indra penciumannya.

"Nasi sama potongan cabainya masukin,"titah Alvaro.

Ersya memasukkan sepiring nasi, dan potongan cabai yang tadi Alvaro potong untuknya.

"Tambahin merica bubuk, garam, penyedap rasa, kecap, dan saus pedas."

Ersya mengangguk, mulai menambahkan bumbu yang tadi Alvaro sebutkan. Sebenarnya Ersya tidak tau Ergha menyukai makanan pedas atau tidak, tapi kebanyakan cowok menyukai makanan pedas 'kan?

"Udah matang enggak nih kak?" Tanya Ersya, Alvaro mencicipi nasi goreng buatan Ersya. Kemudian mengancungkan jempol tanda kalau rasa masakan Ersya enak.

"Yeay, sekarang aku mau anterin ini ke rumah Ergha."

"Yaudah, nanti kak Varo anter kesana." Alvaro mengacak rambut Ersya lalu pergi dari dapur. Sementara Ersya sibuk menghias kotak makanan yang berisi nasi goreng buatannya, setelah tertata rapi Ersya mengambil sebotol saus pedas dan membuat bentuk love di atas nasi gorengnya.

"Ihh, lucu." Ersya bertepuk tangan, tidak menyangka kalau memasak tidak seburuk yang dia pikirkan.

Rumah Ergha.

Ergha menatap seoarang laki laki paruh baya dengan sorot mata kebencian. Laki-laki itu adalah mantan Ayahnya yang dulu dengan seenaknya meninggalkan Safira demi wanita lain. Sungguh, Ergha ingin meninju wajah Farhan-Mantan ayahnya yang ada di hadapannya bersama anak tirinya yang tak lain adalah penyebab kematian Megha.

Bagaimana bisa Ergha tidak membenci keluarga Farhan? Sementara penyebab kehancurannya adalah keluarga mantan ayahnya sendiri. Demi apapun, Ergha sangat membenci keluarga itu.

"Untuk apa anda datang kesini? Rumah ini tertutup untuk iblis seperti anda." Sinis Ergha.

"Eits, sellow dong bos ku." Sela Asraf anak tiri Farhan, Ergha mengepalkan tangannya tapi emosinya ia tahan agar tidak terjadi keributan. Untung saja Safira sedang pergi ke rumah sakit dengan asisten rumah tangganya. Jika tidak, Ergha tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.

"Dimana Safira?" Tanya Farhan to the point.

Ergha berdecih."Untuk apa anda menanyakan Mama saya?"

"Apa dia masih gila?" Tanya Asraf dengan nada mengejek.

Ergha menarik kerah baju Asraf, menatapnya dengan penuh kemarahan. Berani sekali dia mengatakan Mamanya gila dengan mulut busuknya. "Lo cari tempat, gue bakal habisin lo disini anjing!"

"Lo pikir gue takut?" Tantang Asraf.

Ergha melepaskan cengkramannya pada kerah baju Asraf."Lebih baik anda pergi, dan bawa manusia sialan ini pergi!" UsirErgha penuh penekanan.

"Saya hanya ingin memberikan ini." Farhan memberikan sebuah amplop tebal yang Ergha yakin isinya adalah uang.

Memang Farhan masih menanggung semua kebutuhan Ergha dan Safira. Ergha tidak ingin semua itu, dia ingin mandiri tapi biaya perawatan Safira tidak bisa di katakan sedikit, di tambah biaya sekolah. Ergha sudah berusaha mencari pekerjaan paruh waktu, namun belum menemukan pekerjaan yang tepat.

"Saya tidak butuh lagi uang anda,"tolak Ergha mantap. Keputusan ini sudah Ergha pikirka, dia tidak ingin berhutang apapun dengan Farhan.

"Belagu banget lo. Kalau bukan dari Bokap gue, lo mau makan apa hah?"

"Gue masih mampu buat cari uang,"balas Ergha mencoba untuk menahan emosinya.

"Terima saja, kamu tidak akan bisa hidup tanpa uang saya,"paksa Farhan, membuat Ergha semakin tidak ingin bergantung pada Farhan.

"Saya bisa, sebaiknya anda pergi,"usir Ergha.

"Baiklah jika itu keputusan mu. Mulai sekarang saya tidak perlu memberikan uang saya kepada kalian. Kalian cuma beban di hidup saya."

"Saya beban?" Ergha berdecih."Anda hanya sampah di hidup saya, pergi!"

Farhan melempar amplop yang ada di tangannya pada Ergha, kemudian segera pergi dari rumah Ergha.

"Enggak punya duit aja belagu,"sindir Asraf lalu menyusul Farhan yang sudah sampai di mobil.

Ergha memukul tembok depannya Setelah kepergian dua iblis itu. Ergha memukul tembok itu berkali-kali untuk melampiaskan emosinya yang tadi ia tahan. Bahkan sampai tangannya berdarah pun Ergha tetap tidak peduli, emosinya sudah meledak sejak tadi.

"Argh!" Ergha hendak memukul tembok lagi. Tapi kali ini gagal karena seseorang menahan tangannya.

"Astaga, tangan kamu berdarah Ergha."

Orang itu adalah Ersya.

Ersya segera mengambil sapu tangannya untuk membalut tangan Ergha. Jujur saja tangan Ersya sampai bergetar hebat karena melihat darah, tapi Ersya menyingkirkan rasa takutnya demi Ergha.

"Aku..aku enggak bisa bantu obatin. Aku takut darah,"ucap Ersya sambil terisak.

Ergha menepis tangan Ersya."Pergi!"

Ersya menggeleng."Kamu kenapa? Siapa dua orang yang baru saja pergi itu?"

"Gue bilang pergi, pergi anjing!" Bentak Ergha penuh emosi, mendorong bahu Ersya menjauh darinya.

Tanpa bisa di cegah air mata pun mulai keluar dari pulupuk matanya membasahi pipi."Aku salah apa Gha?"

"Pergi, gue enggak butuh lo disini!"

Ersya mengusap air matanya, memberikan kotak makanan pada Ergha."Oke, aku pergi. Tapi aku udah masakin buat kamu, kamu makan  ya?"

Bukannya menerimanya, Ergha malah melempar kotak makanan Ersya ke sembarang arah. Ersya menatap nasi goreng yang sudah ia buat dengan susah payah berakhir dengan berceceran di lantai.

"Gue enggak butuh lo, lebih baik lo jauhin gue! Gue enggak suka sama lo. Lo cewek murahan!" Kata-kata yang Ergha katakan langsung menusuk relung hati Ersya yang paling dalam. Rasanya sangat sesak, sehingga bernapas pun sulit Ersya lakukan.

"Gue udah nolak lo, tapi lo tetap ngusik gue. Lo cewek murahan, gue benci lo!" Bentak Ergha tanpa memikirkan perasaan lawan bicaranya.

Ersya menangis sesegukan mendengar kata-kata Ergha. Sebegitu murahannya 'kah dirinya di mata Ergha? Apa salah jika dia memilih untuk memperjuangkan cintanya?

Sementara di ambang pintu Keano berdiri dengan tangan yang mengepal. Ya Keano lah yang mengantar Ersya ke rumah Ergha dengan alasan ingin menemui Melody. Sementara Melody yang berdiri di sebelah Keano mencoba menenangkannya.

"Biarin mereka nyelesaiiin masalah mereka dulu. Nanti ada waktunya kamu maju,"ucap Melody memegang tangan Keano.

Ersya menatap Ergha jengah. "APA SALAH KALAU KALAU AKU MILIH UNTUK BERJUANG DARIPADA MENUNGGU GHA? CEWEK YANG NGEJAR DULUAN BUKAN ARTINYA DIA MURAHAN ERGHA! DIA LEBIH SUKA BERJUANG DARIPADA MENUNGGU TANPA KEPASTIAN!"

Ersya menyeka air matanya. Menatap Ergha dengan matanya yang berderai air mata."Aku tau kamu enggak suka sama aku, tapi aku yakin suatu saat nanti kamu bakal bales perasaan aku. Apa aku salah berharap? Apa aku sebegitu murahan di mata kamu Gha?

Ergha hanya diam. Saat dia sedang marah, emosinya tidak terkontrol. Ergha tidak bisa mengontrol ucapannya, itulah sebabnya dia lebih suka diam saja saat sedang marah. Tapi kali ini dia tidak bisa menahannya, hingga melampiaskannya pada Ersya.

"Jika cinta bisa memilih. Aku lebih suka di kejar daripada mengejar sesuatu yang enggak pernah bisa aku jangkau. Tapi aku enggak bisa, hati aku udah milih kamu, dan aku milih untuk ngejar kamu daripada aku diem dan nunggu. Apa aku murahan karena ngikutin kata hatiku? Jawab Ergha!" Ersya menarik kerah baju Ergha, masih menangis sesegukan .

Sementara Ergha diam tidak bisa berkata apa-apa, bibirnya mendadak kaku. "Aku rela belajar masak demi kamu, tapi apa? Kamu buang hasil usaha aku. Kamu enggak pernah ngehargai aku Ergha, aku benci kamu, AKU BENCI KAMU!" Cerca Ersya dengan suara lantang. Mendorong tubuh Ergha menjauh darinya, dan pergi dari rumah Ergha sambil menangis. Kata-kata Ergha sangat menyakiti hatinya.

"Aku urus Ersya, kamu urus Ergha. Pukul aja dia, biar sadar,"bisik Melody segera berlari menyusul Ersya.

Tanpa membuang waktu lagi, Keano menghampiri Ergha. Langsung meninju wajah Ergha berkali-kali hingga Ergha jatuh tersungkur di lantai. Ergha tidak melawan sama sekali. Keano mencengkram kerah baju Ergha."Gue enggak pernah benci sama lo. Tapi gue enggak suka cara lo nyakitin Ersya!" Gertak Keano berapi-api.

Ergha mengusap sudut bibirnya yang berdarah."Kenapa lo marah? Lo suka sama dia?"

"Dia sahabat gue dari kecil. Dia susah payah belajar masak buat lo. Tapi lo malah ngebuang hasil usahanya? Lo ada otak gak?!" Keano melepaskan cengkramannya lalu berdiri.

"Dia sayang banget sama lo. Sampai-sampai dia mau ngebalut luka lo, meskipun dia takut sama darah. Lo manusia paling brengsek. "Setelah mengatakan hal itu Keano pergi dari rumahnya.

Ergha mengacak rambutnya frustasi."Maaf, Sya."

ᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]⁠ᕗᕙ⁠[⁠・⁠۝・⁠]

To be continued 🤍


Aku harap kalian suka sama ceritaku ❤

Jangan lupa baca ceritaku yang lainnya ^_^

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

Darrel Handsome Od Naya Aryanda

Tínedžerská beletria

25.3K 5.1K 25
! Awas bengek! Kenalin nama gue Darrel inget ya dable 'R' awas kalo satu. Nama pendek gue Darrel, nama panjang gue Darrellllllllllllllllll eh ngga...
ARGALA Od 𝑵𝑨𝑻𝑨✨

Tínedžerská beletria

6.1M 263K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
3.3K 627 6
❝ Chisaki Kai menyelamatkannya dari kehidupan lamanya yang memuakkan. Harus dengan apa (Name) membalasnya? Apakah sepadan, jika dibalas dengan.. peng...
1M 70.5K 54
Hidup Alif syegaf hancur berantakan ketika ayahnya dinyatakan meninggal akibat serangan jantung ketika mengetahui istrinya kabur membawa semua aset b...