Señor - Lizkook ✔️

By Rictusempra26

89.5K 7.8K 303

"Kau yang menarikku ke dalam dunia ini, dan aku memilih untuk menetap di sini, bersamamu." ⚠️WARNING: beberap... More

1. Sapphire Moonlight
2. Athena
3. Rum and Roses
4. Nobody Disrespects His Girl
5. Sunflower (Vol. 1)
6. Sunflower (Vol. 2)
7. Se Vuelve Loca
8. Eleutheromania
9. Mai Tai
10. Voy A Mexico
11. Boom!
12. Sincerity
13. Why Him?
14. Battle of the Wits
15. Safe House
16. Daddy Lessons
17. Bangs, Do You Copy?
18. Not a Lucky Day, Just a Skilled Person
19. His Maiden's Colors
20. Amnesia
21. To Catch a Trick Master
22. Paris Shenanigans
23. Fever
25. Unconditional
26. (Not) Going to Seal the Deal
27. Hold On
28. Home
29. Reconnecting
30. Silver Flame
31. The Other Side
32. Invitation
33. Sway
34. Job to get done
35. House of Falcons
ANNOUNCEMENT
36. Old Man's Rhythm

24. Two Sides of a Card

1.4K 176 9
By Rictusempra26

(Salle de Design, France, Present time)

Bianca kembali bergabung dengan Rose dan Auree yang sedang minum koktail bersama Angela. Melihat Bianca yang tergesa-gesa, Rose meletakkan minumannya.

"Ada apa, Bee? Lisa bilang apa?" tanya Rose, menghampiri Bianca.

"Jungkook panas tinggi, kini Lisa dan tuan Oh sedang melarikan Jungkook ke rumah sakit terdekat." Bianca menyampaikan keadaannya pada Rose.

Rose berpikir sejenak. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.

"Aku sudah mengabari Jimin soal keadaannya. Sekarang, kita fokus pada Carmine Manoban terlebih dahulu. Urusan soal Jungkook biarlah Lisa dan tuan Oh yang mengurusnya," komando Rose dengan suara yang dikecilkan.

"Aye, capt!" balas Auree dan Bianca.

Meja mereka berjarak empat meja jauhnya dengan tempat berkumpulnya Carmine dengan para desainer lainnya. Angela sudah diperintahkan untuk mengawasi percakapan yang ada di ruang rias, sementara ketiga gadis lainnya mengintai Carmine dari meja mereka.

"Kemungkinan Bengal Jewel di amankan olehnya di rumahnya, entah ia membawanya ke Paris atau tidak," terka Rose.

"Apa yang akan dilakukan olehnya sekarang?" tanya Auree, melipat tangannya dengan tangan kanan yang masih memegang gelas champagne.

Ditengah-tengah pemantauan, terlihat Carmine berbisik pada salah seorang panitia acara. Mereka yang menyadari hal itu pun segera melirik satu sama lain.

"On it!" seru Bianca, ia menyelinap dengan cepat, mengikuti panitia acara itu.

Pria itu pergi ke lorong dengan secarik kertas di tangannya. Ia tak sadar akan kehadiran Bianca yang mengikutinya. Tentu saja ia tak tersadar! Lisa meminjamkan sepatu anti-suara miliknya pada Bianca, antisipasi saat-saat seperti ini.

Bianca mengikuti pria itu hingga keluar dari gedung melewati pintu utama. Bagaimanapun caranya, ia harus tau arah perginya pria itu.

Wanita dengan surai gelap itu melemparkan sebuah kaleng minuman pada bahu pria yang ia ikuti.

"Hei!" seru panitia acara itu.

Saat panitia acara itu menghadap ke arah belakang, Bianca dengan gesit berpindah posisi ke belakang pria itu.

Bianca menempelkan sebuah magnet kecil di mantel targetnya. Dan saat sang target kembali menoleh ke arah depan untuk melanjutkan perjalanannya, Bianca sudah tidak ada.

Setelah posisi pria itu sudah agak jauh, Bianca berlari masuk ke dalam gedung dan masuk ke dalam ruangan acara. Rose dan Auree yang menunggunya pun merubah raut wajah mereka yang awalnya khawatir menjadi bahagia.

"Bagaimana? Apa kau berhasil?" tanya Auree.

"Tentu saja! Lihat ini." Bianca menunjukkan layar ponselnya yang kini bisa mendeteksi keberadaan panitia acara itu.

"Bagaimana dengan bubuk stroberi nya?" tanya Rose pada Auree.

"Berhasil juga! Secara setelah pencarian yang panjang dan beberapa kolega, aku tahu kalau Carmine sangat menyukai wine merah. Aku membayar pelayan agar menyajikan wine dengan bubuk stroberi pada Carmine Manoban," jelas Auree.

"Fantastic! Kalian sangat bisa diandalkan," pekik Rose, cukup keras untuk bisa didengar oleh Auree dan Bianca saja.

<...>

(Hôpital de première priorité, Paris)

Setelah dipindahkan ke ruangan rawat oleh dokter, Lisa dan Song-Ook menunggu di luar ruangan karena para suster sedang mengambil sampel darah sekaligus memasang alat bantu pernapasan dan infus.

Dokter mengabari bahwa Jungkook akan terbaring dalam keadaan tidak sadar selama beberapa hari. Namun, kalaupun Jungkook siuman jauh lebih cepat dari perkiraan dokter, Jungkook tetap harus dirawat selama seminggu.

"Aku minta maaf, tuan Oh. Seharusnya aku ada saat dia membutuhkanku," lirih Lisa, lemah.

Song-Ook yang mendengar suara Lisa yang penuh dengan penyesalan pun duduk di samping gadis itu. Ia memandangi wajah Lisa yang tertunduk, kini matanya saja terlalu lemah untuk menghabiskan energi dengan menangis.

Pernahkah kalian sangat kecewa atau sedih akan suatu hal, bahkan sudah tak bisa menangis lagi? Keadaan itulah yang kini sedang dirasakan Lisa.

"Dia kecewa, Lisa. Dia hancur."

Lisa menoleh ke arah Song-Ook. Entah apa yang terbesit di pikiran pria paruh baya itu, ia menceritakannya dengan sangat tenang.

"Semenjak ia menemukan pin di gudang kartel narkobanya, ia sangat kecewa padamu. Ia bahkan tak makan dan tak tidur demi menangkapmu, ia sangat murka."

Song-Ook mengeluarkan sesuatu dari kantungnya. Sebuah pin yang sama persis bentuknya seperti pin yang Lisa pakai di dada kanannya saat ini.

"Tidak mungkin ini milikku, tuan Oh! Punyaku selalu ada di sini selama ini," kata Lisa, menunjuk pin yang ada pada dada kanannya.

"Aku tahu, Lisa. Itulah yang membuatku curiga. Alasanku membawa Jungkook ke Beauté design saat itu adalah untuk mencari nona Mills. Dia adalah orang terdekat dari nona Park, aku ingin menanyakan yang sebenarnya mengenai asal-usul pin ini," jelas Song-Ook, menyerahkan pin itu pada Lisa.

Ditengah pembahasan yang berlangsung antara Lisa dengan Song-Ook, datanglah seorang pria yang juga tergesa-gesa setelah mendengar keadaan Jungkook.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Jimin, berhenti di hadapan Song-Ook dan Lisa.

"Suhu tubuhnya sudah turun, tetapi ada kemungkinan ia akan terbaring tak sadar untuk beberapa hari," jawab Song-Ook.

Jimin menyisir rambutnya ke belakang dengan jemarinya. Ia sangat khawatir saat Rose pertama kali mengabarinya tentang Jungkook. Pria itu duduk di sebelah kanan Song-Ook.

"Hei, itu 'kan pin yang Jungkook ceritakan," kata Jimin, melihat pin yang ada pada tangan Lisa.

"Kita sudah bahas ini kemarin hari. Bahkan Rose tahu betul kalau pin milikku ini hanya satu dan selalu ada padaku setiap waktunya. Aku semakin yakin bahwa ibuku yang merencanakan hal ini!" geram Lisa. Matanya masih tertuju pada pin di genggamannya.

"Hal itu pula yang menjadi awal kecurigaanku. Saat Jungkook masuk ke rumah tuan Edward Manoban, aku sempat melihat pin pada nakasnya yang serupa tetapi tak sama. Jadi, tentu tuan Manoban harus di eliminasi dari daftar orang-orang yang aku curigai," jelas Song-Ook, memulai deduksinya.

Jimin dan Lisa memerhatikan setiap detail penjelasan dari kecurigaan Song-Ook. Pria itu memulai penjelasannya mengenai pin yang ditemukan dirinya dan Jungkook itu.

"Aku mengalihkan perhatian Jungkook dari pin ini dengan berbagai file kasus. Bahkan aku berusaha sekuat tenaga agar dia mempercayakan padaku mengenai penyelidikan dan juga pencarian keberadaan Lisa. Aku mulai dari pin yang ditemukan terlebih dahulu,"

"Pin itu aku larikan ke badan forensik. Di sana, aku meminta agar mereka melihat sidik jari yang berada di pin itu. Aku sering melihatmu hadir mengenakan pin milikmu di setiap kesempatan. Jadi, sebuah ketidakmungkinan kalau sidik jarimu tidak ada pada barang yang pastinya sering kau pakai,"

"Dan benar saja! Sidik jarimu tidak terdeteksi pada pin itu, malahan sidik jari orang lain yang jelas bukan anggota keluarga Manoban. Aku berniat untuk menanyakan pada nona Park tentang pembuatan pin-pin yang dimiliki keluargamu, untuk mendukung penyelidikanku tentunya,"

"Namun, sayangnya, saat kami berkunjung ke Beauté design, nona Park maupun nona Mills sedang tidak ada. Akhirnya, kami memutuskan untuk menyusul kalian ke Paris. Itulah mengapa kami hadir di acara peragaan busana itu. Itu pula alasan Jungkook mengancam ayahmu, karena pin ini." Song-Ook mengakhiri ceritanya dengan helaan napas lega.

Lisa termangu. Ia sungguh tak bisa berkata-kata. Usaha Song-Ook untuk Jungkook sungguh bukan main-main. Sangat beruntung lelaki itu memiliki seseorang yang setia dalam membantunya seperti yang Song-Ook lakukan saat ini.

"Berarti apa yang aku, Rose, dan Lisa perkirakan sudah benar! Hal ini didasari oleh kesalah pahaman dan juga merupakan skenario matang dari satu-satunya anggota inti keluarga Manoban yang pergi, alias nyonya Manoban," simpul Jimin.

"Betul sekali! Aku sangat setuju akan kesimpulan itu. Lagipula, banyak sekali motif bagi ibuku itu untuk melakukan hal ini. Satu, untuk membuatku menderita. Dua, karena Jungkook adalah seorang Jeon. Dan terakhir, karena penyihir licik itu ingin mengalihkan perhatian kita semua dari Bengal Jewel dan dirinya," tambah Lisa, menyetujui Jimin.

"Memang ada apa dengan Bengal Jewel yang sering kau sebutkan itu?" tanya Jimin, penasaran dengan barang yang sering Lisa sebut-sebut.

"Itu milik ayahku, tetapi dicuri olehnya. Itu lambang keluarga dan hanya darah murni serta keturunan yang boleh memilikinya. Para menantu tidak diizinkan untuk memiliki lambang kehormatan keluarga ini. Bengal Jewel adalah lambang bagi siapapun yang mendapatnya di keluarga, maka dia yang akan menguasai kerajaan bisnis yang sudah para leluhur kita bangun dari zaman mereka." Lisa menjelaskan sedetail mungkin.

Jimin dan Song-Ook mengangguk mengerti. Tepat setelah pembahasan soal Bengal Jewel selesai, para suster keluar dari kamar inap Jungkook

"Suster! Bagaimana keadaannya?" tanya Song-Ook.

"Keadaan pasien sudah lebih stabil dari sebelumnya. Hasil tes darah baru bisa di ambil malam hari," kata suster, menjawab pertanyaan Song-Ook.

"Ah, syukurlah," ujar Jimin, lega akan jawaban dari suster.

"Apa kami sudah boleh menjenguknya, sus?" tanya Jimin.

"Tentu saja, silahkan. Asal jangan lebih dari kalian saja yang masuk," jawab suster.

"T-Terima kasih, suster!" pekik Lisa sebelum suster itu berlalu.

Mereka pun masuk ke ruang rawat inap. Jungkook masih terbaring lemah dengan kedua mata yang belum menunjukkan tanda-tanda akan terbuka.

Lisa duduk di kursi yang berdekatan dengan kasur tempat Jungkook berbaring. Ia meraih tangan pemuda Jeon itu.

"Aku tahu suaraku mungkin tak akan sampai ke alam bawah sadarmu. Tapi, dengarkan aku, ya?"

Jimin dan Song-Ook duduk di sofa, tepatnya di belakang Lisa. Mereka memerhatikan Lisa yang mengutarakan perasaannya.

"Maafkan kebodohanku. Aku yang keras kepala. Aku yang pemaksa. Tolong, bangunlah untukku, untuk orang tuamu, untuk tuan Oh, untuk Jimin... kami terluka melihat keadaanmu yang terkulai tak berdaya. Namun, kami berusaha kuat, untukmu." Lisa menangis. Air mata bercucuran dan jatuh mengenai seprai.

"Saat kau bangun, ayo kita lakukan hal-hal yang kau sukai! Kau boleh mengepang rambutku, kita akan pergi ke pantai terpencil dengan jet ski, atau sekedar naik motor dan makan fast food di bukit, melihat kerlap-kerlip kota dari atas sana. Ayo, kuatlah! Kita akan bersenang-senang."

Jimin meletakkan tangannya di bahu Lisa, hanya untuk sekedar memberi kekuatan pada gadis yang kini menangis deras itu. Song-Ook juga ikut menenangkan Lisa dengan menawarkan air minum.

Tangan Lisa kian masih bertautan dengan tangan milik Jungkook. Ia tak akan mau melepasnya, setidaknya untuk sekarang.

Continue Reading

You'll Also Like

181K 15.3K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
483K 48.5K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
38.6K 4.9K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...
1M 85.3K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...