Señor - Lizkook ✔️

By Rictusempra26

89.8K 7.8K 303

"Kau yang menarikku ke dalam dunia ini, dan aku memilih untuk menetap di sini, bersamamu." ⚠️WARNING: beberap... More

1. Sapphire Moonlight
2. Athena
3. Rum and Roses
4. Nobody Disrespects His Girl
5. Sunflower (Vol. 1)
6. Sunflower (Vol. 2)
7. Se Vuelve Loca
8. Eleutheromania
9. Mai Tai
10. Voy A Mexico
11. Boom!
12. Sincerity
13. Why Him?
14. Battle of the Wits
15. Safe House
16. Daddy Lessons
17. Bangs, Do You Copy?
18. Not a Lucky Day, Just a Skilled Person
19. His Maiden's Colors
20. Amnesia
21. To Catch a Trick Master
22. Paris Shenanigans
24. Two Sides of a Card
25. Unconditional
26. (Not) Going to Seal the Deal
27. Hold On
28. Home
29. Reconnecting
30. Silver Flame
31. The Other Side
32. Invitation
33. Sway
34. Job to get done
35. House of Falcons
ANNOUNCEMENT
36. Old Man's Rhythm

23. Fever

1.3K 163 9
By Rictusempra26

(Salle de design, Paris)

Hari fashion show diselenggarakan pun telah tiba. Rose sangat bersemangat hari ini, bahkan repot-repot menjemput Lisa agar lebih cepat untuk mereka berangkat ke Salle de design, tempat para perancang dunia berkumpul untuk menyuguhkan rancangan mereka.

"Lihat! Lihat! Ada Anne Le Franc! Catwalk modelnya dengan anjing chihuahua sangatlah ikonik!" pekik Rose pada Lisa, Auree, dan Bianca.

"Hei, lihat ke sana. Ada Stephanie Zui. Ingat kimono untuk summer collection nya tahun lalu? Ah, sangat cantik!" bahas Lisa.

"King Olholm juga! Tas kulit ular berwarna toska dan kuning yang ia rancang sudah habis di butik manapun!" bisik Auree pada ketiga yang lainnya.

"Ladies, kita harus segera berbaur dengan semuanya. Ayo," ajak Bianca.

Keempatnya mulai menyusuri ruangan yang penuh dengan supermodel dan desainer kelas atas lainnya. Mata Lisa menangkap ibunya yang sedang berbincang dengan desainer Kohl Cervei, syukurlah Carmine tidak melihat Lisa.

"Aku sudah menanyakan pada penyelenggara. Dua jam lagi fashion show akan dimulai. Lebih baik Lisa dan Auree mulai menata rambut dan make up di ruangan yang sudah diberikan pada kita. Angela sudah menunggu di sana." Bianca mengomandoi prosedur.

Keempatnya masuk ke dalam ruangan tempat Angela, make up artist yang sudah menjadi langganan Rose, menunggu.

"Madame," sapa Angela.

"Angela." Rose menyapa balik.

Lisa dan Auree segera menempati meja rias. Angela dan asistennya mulai menyapu brush make up di wajah keduanya.

Sebelum datang, Rose sudah memberitahu Lisa dan Auree untuk menata rambut dan memakai dress pertama mereka dari rumah, agar saat sampai di Salle de design mereka tinggal touch up saja.

"Berarti Sea dan Phoenixtress akan dipakai untuk sesi kedua kalian, ya?" simpul Bianca.

"Ya. Menurutku dress itu spesial sekali, tak salah jika menghadirkannya untuk sesi terakhir," tanggap Lisa.

Setelah satu jam berdandan, panitia memberitahu Bianca untuk mempersiapkan para model agar menunggu di belakang panggung.

Bianca dan Rose duduk di kursi penonton baris depan. Kursi yang disediakan khusus untuk para desainer, asisten, dan investor.

Saat keduanya sedang menempati kursi masing-masing, Bianca mencuil lengan Rose.

"Hah? Apa?" tanya Rose yang terkejut karena dipanggil oleh Bianca.

Wanita dengan surai cokelat tua itu menaikkan alis kanannya, matanya juga melirik ke arah seseorang. Saat Rose menoleh...

"J-Jungkook? Dan tuan Oh?" tanya Rose, ia mengguncang-guncangkan bahu Bianca.

"Aku sudah peringatkan kalian dari kemarin, bukan? Ah! Aku tahu hal seperti ini pasti akan terjadi." Bianca menutupi kepalanya dengan syal dan memakai kacamata hitam.

"Seriously? Kau membawa ini semua karena tahu hal ini akan terjadi?"

"Tentu saja! Jika mereka sampai melihatku di saat aku sedang tidak bersama kau maupun Lisa atau Auree, tamat riwayatku!"

Bianca menelan salivanya. Ia harus berusaha rileks meski tahu betul kedua pria itu datang ke acara fashion ini hanya untuk mencarinya. Jika saja Cherlyn tidak memberi kabar, pasti sekarang ia sedang dipaksa untuk memberi informasi dan sebagainya.

<...>

(Salle de design, sisi lain)

Song-Ook sibuk membaca pamflet tentang acara fashion ini. Mata Jungkook menjelajahi seluruh ruangan, mencari Bianca tentunya.

"Banyak sekali tamu yang datang. Percuma saja kita duduk di tempat paling strategis, kita tidak bisa menemukan nona Mills dalam ruangan dengan pencahayaan redup dan banyaknya manusia," keluh Jungkook, frustasi dengan keadaan.

"Sudahlah. Setelah fashion show selesai, para desainer, tamu terhormat, dan para model akan disuguhkan afternoon wine dan beberapa kudapan di ruang utama, tempat tadi kita semua berkumpul. Kau mungkin akan dapatkan kesempatan yang lebih baik di sana," nasihat Song-Ook.

Jungkook terlihat pasrah. Ia sangat lelah dengan permainan menyebalkan dengan judul pancing target ini. Rasanya mengerjakan konsep penjualan marijuana di pasar gelap lebih baik dibanding mencari seseorang yang bahkan sangat jarang berhubungan dengannya.

Lampu mulai dimatikan. Hanya lampu pada stage saja yang dinyalakan. Lagu pun diputar. Model pertama mulai berjalan menyusuri panggung dengan jalan yang tegap khas peraga.

Jungkook bersandar pada kursinya dan menyilangkan kakinya, ia juga melipat tangannya. Jujur saja, ia sangat bosan akan acara seperti ini. Bukan ketertarikan inti baginya melihat banyak model berlalu-lalang dengan baju yang dipamerkan.

Jimin biasanya sangat menikmati acara-acara seperti ini. Taste terhadap fashion pria yang dimiliki Jimin sangatlah bagus dibandingkan dengan kebanyakan pria rata-rata. Jadi, tak heran bila ia menggemari acara peragaan busana seperti halnya yang disaksikan Jungkook saat ini.

Model pertama yang berjalan di catwalk adalah model yang memakai rancangan milik Catherine Zhang. Jungkook melirik ke arah Song-Ook.

Song-Ook terlihat sangat antusias akan hal-hal macam ini. Sekarang saja ia sedang membaca kembali pamflet yang diberikan akan acara ini.

Jungkook's POV

Membosankan! Benar-benar membosankan! Ingin rasanya aku beranjak dan pergi dari tempat terkutuk ini. Untung saja tuan Oh tidak berpikir untuk mengajak Jimin, jika iya, pasti yang ia akan membicarakan desain dan bahan pembuatan baju dengan tuan Oh.

Sementara tuan Oh dengan antusiasmenya sedang memerhatikan pakaian yang dipakai para model, aku sibuk membaca file yang baru saja dikirimkan manajer Jeon Corp. padaku.

Sangat asyik rasanya menelusuri di antara banyaknya baris kata yang ditulis pada sebuah laporan. Jika dibandingkan dengan peragaan busana, file kasus uang hilang lebih menarik sepertinya.

Ditengah-tengah pengamatanku terhadap file pada ponselku, tuan Oh menyikutku. Ah, aku sangat terganggu jika pria itu mulai memberiku kode-kode akan sesuatu yang sekiranya tak penting.

Aku menoleh padanya, mengangkat alisku sebagai tanda aku menanyakan hal apa yang membuatnya menyikutku. Ia mengangkat alisnya ke arah panggung.

Saat diriku menatap ke arah panggung, seorang peraga sedang berjalan di hadapanku. Rambut hitamnya yang dipotong sebahu dan dress berwarna merah marun dengan aksen glitter emas.

Tuhan, kenapa kau pertemukan aku dengan Lisa secepat ini?

My god, she's so beautiful.

Mataku tak bisa lepas dari pesonanya. Aku dapati ia sempat melirik ke arahku dengan sangat cepat. Bibirnya terbuka. Ia terkejut, meski tak bisa terlihat karena wajah datarnya yang ia pasang khusus untuk runway.

Benda bodoh yang berdetak di jantung kiriku menjadi tak karuan. Otakku terus berputar, berpikir akan alasan mengapa dirinya berjalan di atas panggung.

Melihat nama desainer pada layar, aku semakin bingung. Kenapa ia mau menjadi model bagi rancangan Rose? Kenapa ia memilih untuk melakukan catwalk dibandingkan duduk di samping Rose dan mengomentari model demi model yang keluar dari balik tirai?

Kenapa? Kenapa pertemuanku dengannya terjadi saat diriku belum selesai merenung? Aku belum siap! Sama sekali belum!

Surai merahnya telah tiada. Namun, rambut hitam itu sangat cocok bagi dirinya. Sekarang aku paham mengapa tuan Oh tidak bisa menemukan dia saat ia hilang waktu itu.

Tapi untuk apa? Mengapa ia melarikan diri? Siapa yang mengejarnya?

Ragam pertanyaan menghujani pikiranku. Tuan Oh melirik ke arahku yang mulai tak tenang. Pipiku memerah dan bibirku memucat, aku merasa suhu tubuhku memanas dan badanku semakin ringan.

Kepalaku pusing sekali. Aku hanya bisa meraih tangan kursi sambil menahan dahiku agar tak menyentuh kursi.

Mataku terlalu berat untuk terbuka, yang bisa aku dengar adalah beberapa orang yang membantu tuan Oh untuk membawaku ke suatu ruangan. Aku pun tak tahu pasti ruangan apa itu.

<...>

Author's POV

Bianca menyadari kejadian yang terjadi pada Jungkook. Ia menyikut Rose agar gadis itu menoleh ke arah kanan, tepat ke arah kejadian yang terjadi di kursi Jungkook dan Song-Ook.

"A-Apa yang terjadi?" tanya Rose. Ia khawatir. Biar bagaimanapun, Jungkook juga temannya.

"Dia dibawa ke ruang istirahat sepertinya," simpul Bianca.

Rose mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Ia mengetik sesuatu sebelum akhirnya kembali mencoba untuk tenang dan terlihat profesional.

Sementara itu di backstage, Lisa baru saja menerima pesan yang dikirimkan Rose padanya. Auree menyadari kilat mata Lisa yang memercikan kekhawatiran.

"Lisa... kau tidak apa-apa?" tanya Auree, memastikan.

"Aku sangat khawatir, tentu. Tapi kita harus tetap profesional, bukan?"

Lisa berlari kecil ke arah seorang panitia acara, ia seperti bernegosiasi akan suatu hal. Auree yakin, gadis itu pasti bernegosiasi soal jadwal catwalk yang dipercepat.

Panitia akhirnya memberi anggukan setelah hampir lima belas menit berdebat dengan Lisa yang keras akan pendiriannya. Lisa kembali pada meja rias, tempat Auree sedang duduk.

"Kau meminta panitia untuk menukar jadwal catwalk kita menjadi lebih cepat, bukan?" tebak Auree.

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Auree terkekeh. Ia sangat senang bila Lisa menjadi sangat linglung karena tertangkap melakukan sesuatu yang bahkan belum ia beberkan.

"Kejadian seperti ini sangat lazim terjadi. Jika seorang model ada keperluan darurat, tanpa mengurangi profesionalitas, kami pasti meminta panitia acara untuk melakukan yang terbaik yang mereka bisa."

Seorang pria yang sebelumnya Lisa datangi pun mendekati keduanya. Ia memberi kode agar keduanya bersiap untuk tampil.

Pada sesi kedua, Auree tampil terlebih dahulu. Ia membuat pangling banyak orang dengan dress bertema laut yang kian sedang ia kenakan.

Saat Auree sudah kembali ke balik tirai, Lisa bergantian dengannya. Entah mantra apa yang menyihir para tamu, semuanya terdiam, terpukau dengan pakaian yang Lisa kenakan.

Rose yang melihat sahabatnya itu berjalan dengan anggun di atas runway sangatlah bangga! Apalagi yang kini dikenakan Lisa adalah rancangan miliknya.

Dress itu berwarna ombre. Off-shoulder dengan bawahan asimetris sepanjang tiga lantai. Dari bagian dada dress hingga bagian bahu kanan terdapat aksen bulu-bulu warna ombre yang senada dengan warna dress. Tak lupa, hiasan berupa payet dan berlian juga dihadirkan oleh Rose.

Sepatu yang dikenakan model pun senada dengan pakaian. Sepatu high heels model gladiator warna oranye dengan aksen emas yang menghias. Rambut Lisa berwarna hitam dan panjang hingga menyentuh punggung.

Rias wajahnya juga tak kalah memukau banyak mata yang memandang. Angela sungguhlah memiliki tangan yang mahir! Dengan eye shadow berwarna oranye muda yang di blend dengan warna merah, serta permata imitasi untuk menghiasi dan juga eye liner emas.

"Gila! Nona Park sangat telaten dalam merancang busana yang satu ini! Sungguh sebuah mahakarya," puji Anne Le Franc, berbicara pada wanita di sampingnya yang terlihat seperti asistennya.

"Betul sekali, nona Le Franc. Nama Phoenixtress juga sangat cocok dengan tema pada pakaian ini," timpal asisten Anne Le Franc itu.

"Sungguh unik. Lihat sepatu yang simpel itu! Sangat cocok dengan dress yang unik dan sangat eye catching." King Olholm pun tak mau melewatkan kesempatan untuk memuji rancangan Rose.

Lisa berjalan di atas runway dengan sangat anggun dan percaya diri. Tentu saja ia sangat bangga karena akhirnya bisa menampilkan rancangan sahabatnya itu dengan sempurnya.

Tak lepas pula dari jasa Auree yang dengan sabar mengajarinya untuk berjalan dengan baik di atas runway. Bahkan Rose, Bianca, dan Auree menjadi saksi hidup akan Lisa yang sudah jatuh berkali-kali dalam percobaan melakukan catwalk.

Dari banyaknya insan yang memuji rancangan serta model yang kini sedang ditampilkan, terdapat Carmine Manoban dengan segala ketidakpuasan pada dirinya. Rose sangat menyadari hal itu.

Rose yang baru saja melirik ke arah Carmine pun tersenyum puas akan ketidaknyamanan yang dirasakan beliau. Sekedar informasi, Phoenixtress memang ditampilkan sebagai bentuk bendera perang.

Seperti yang telah ia duga, Phoenixtress akan menjadi baju Lisa untuk berperang. Ia yakin seratus persen bahwa ibu tercintanya akan memulai sebuah kekacauan.

<...>

Acara telah selesai. Lisa bergegas pergi ke ruangan yang Rose arahkan padanya lewat chat. Di sana, ada Jungkook yang masih belum sadar dari pingsannya. Song-Ook ada di samping pemuda nan malang itu.

"Tuan Oh, bagaimana keadaannya?" tanya Lisa.

"Panasnya belum kunjung turun. Aku sudah mengolesi minyak kayu putih di bawah hidung dan juga telapak kakinya."

Lisa menguras handuk kecil yang dipakai untuk mengompres dahi Jungkook, setelah itu ia kembali meletakannya di dahi dan menunggu.

Tak lama, Bianca datang. Rose dan Auree yang menghadiri acara setelah fashion show yang diadakan panitia.

"Aku ingin meminta tolong untuk membeli beberapa barang," kata Lisa. Ia mengetik beberapa kata dan mengirimkannya pada Bianca.

"Baiklah. Aku akan belikan," balas Bianca, mengangguk mengerti.

Setelah Bianca berlalu, Lisa kembali duduk di sisi sofa. Ia meraba tangan Jungkook yang kian panas. Bibir Jungkook juga pucat.

"Bagaimana dengan lidahnya?" tanya Lisa pada Song-Ook.

"Lidahnya? Maksudmu?"

"Jika lidahnya memiliki sedikit warna putih, maka ada kemungkinan sakitnya akan berkepanjangan hingga tiga sampai empat hari."

Setelah menunggu selama satu jam, Bianca kembali ke ruangan itu dengan sekantong barang-barang yang dititip oleh Lisa padanya.

"Ini, aku sudah belikan." Bianca memberikan kantong belanja yang ia bawa pada Lisa.

"Ah, terima kasih banyak, Bianca," ujar Lisa, menerima kantong yang diberikan Bianca padanya.

Lisa mengeluarkan barang-barang dalam kantong plastik satu per satu. Dari mulai plester kompres demam, hot pack, beberapa macam obat-obatan, dan alat pengukur suhu.

Gadis berdarah Manoban itu memulai dengan mengganti handuk kompres di dahi Jungkook dengan plester kompres yang dibelikan Bianca. Lalu, ia mengukur suhu tubuh Jungkook. Terakhir, ia menempelkan hot pack di dada Jungkook.

Setelah di diamkan beberapa menit, alat pengukur suhu menunjukkan bahwa suhu tubuh Jungkook pada saat ini adalah tiga puluh tujuh koma lima.

"Gawat! Kita harus bawa dia ke rumah sakit sekarang!" seru Lisa.

Dua orang yang merupakan panitia acara pun membantu Song-Ook dan Lisa memindahkan tubuh Jungkook ke dalam mobil. Lisa juga sudah memberi isyarat pada Bianca untuk kembali bergabung dan mengabari Rose tentang keadaannya.

Kepala Jungkook di letakkan di atas paha Lisa, sementara Song-Ook duduk di kursi penumpang sebelah supir. Mereka bergegas pergi ke rumah sakit terdekat.

Continue Reading

You'll Also Like

90.1K 9.1K 37
FIKSI
142K 13.9K 25
Xiao Zhan, seorang single parent yang baru saja kehilangan putra tercinta karena penyakit bawaan dari sang istri, bertemu dengan anak kecil yang dise...
207K 4.8K 19
Warn: boypussy frontal words 18+ "Mau kuajari caranya masturbasi?"
Drie By VAnswan

Fanfiction

30.5K 3.8K 21
Mamanya bilang, Chandra harus mengalah pada adiknya, Nathan, karena Chandra adalah seorang kakak. Lalu papanya bilang, Chandra harus mengalah pada ka...