Señor - Lizkook ✔️

By Rictusempra26

89.5K 7.8K 303

"Kau yang menarikku ke dalam dunia ini, dan aku memilih untuk menetap di sini, bersamamu." ⚠️WARNING: beberap... More

1. Sapphire Moonlight
2. Athena
3. Rum and Roses
4. Nobody Disrespects His Girl
5. Sunflower (Vol. 1)
6. Sunflower (Vol. 2)
7. Se Vuelve Loca
8. Eleutheromania
9. Mai Tai
10. Voy A Mexico
11. Boom!
12. Sincerity
13. Why Him?
14. Battle of the Wits
15. Safe House
16. Daddy Lessons
17. Bangs, Do You Copy?
18. Not a Lucky Day, Just a Skilled Person
20. Amnesia
21. To Catch a Trick Master
22. Paris Shenanigans
23. Fever
24. Two Sides of a Card
25. Unconditional
26. (Not) Going to Seal the Deal
27. Hold On
28. Home
29. Reconnecting
30. Silver Flame
31. The Other Side
32. Invitation
33. Sway
34. Job to get done
35. House of Falcons
ANNOUNCEMENT
36. Old Man's Rhythm

19. His Maiden's Colors

1.6K 176 9
By Rictusempra26

(Jeon's Mansion, Miami)

Sudah berhari-hari Jungkook duduk di meja kerjanya, dengan Song-Ook di sampingnya, ikut membantu dirinya dalam mencari keberadaan Lisa sekarang ini.

"Kita tidak bisa melacak apapun dari dirinya. Identitas, nomor ponsel, laptop, tablet, semuanya! Dia benar-benar sedang bersembunyi!" seru Song-Ook, masih dengan tangan yang bermain di atas keyboard laptop.

Pemuda bersurai cokelat itu membanting tubuhnya ke sofa. Matanya memerah karena hanya bisa tidur selama tiga jam dalam beberapa hari ini. Song-Ook menjadi saksinya. Pria yang umurnya beberapa angka lebih jauh di atas Jungkook itu menyaksikan sendiri kegigihan Jungkook dalam menemukan Lisa.

Keadaan Jungkook sangat kacau. Ia minum banyak sekali, bahkan sempat beberapa kali memuntahkannya. Taehyung dan Jimin pun sudah membantu Song-Ook untuk menghentikannya, tetap saja tidak berhasil.

"Sudahlah. Kau istirahat dulu dari segala hal bersangkutan dengan Lisa. Masih banyak kontrak dan juga pekerjaan akan gudang yang harus kau bereskan," nasihat Song-Ook.

"Bagaimana aku bisa istirahat, tuan Oh? Dia gadisku! Dia menghilang dan aku harus bersantai?" tanya Jungkook, giginya digertakkan.

"Pertama, dia bukan gadismu. Dia adalah dirinya sendiri. Tentu, kalian punya chemistry yang sangat baik dan bahkan perasaan. Tapi itu bukan alasan untukmu mengikat dirinya seperti itu. Dia punya pekerjaan sendiri, sama seperti dirimu. Jika dia butuh menghilang untuk sekarang demi menyelesaikan tugasnya, maka biarlah!"

Song-Ook duduk di samping Jungkook, merangkul pria muda yang sudah ia anggap anaknya sendiri.

"Dan yang kedua, kau punya tanggung jawab terhadap perusahaanmu, terhadap kepercayaan yang diberikan orang tuamu. Aku yakin, Lisa tidak kalah pentingnya, tetapi selesaikanlah terlebih dahulu apa yang bisa kau selesaikan."

Jungkook menarik napas yang cukup panjang, lalu menghembuskannya. Hatinya tak tenang, tentunya. Tapi benar apa kata Song-Ook, ada banyak masalah perusahaan dan bisnis yang harus ia selesaikan terlebih dahulu.

"Tuan Oh,"

"Hm?"

"Kita mulai dari masalah gudang terlebih dahulu."

Song-Ook tersenyum melihat semangat Jungkook dalam bekerja kembali timbul. Jungkook duduk di meja kerjanya, Song-Ook memberikan beberapa file untuk lelaki itu periksa.

"Beberapa bukti ketergesaan yang bisa ditemukan di gudang adalah jejak kaki, jejak jari, tanah, abu rokok, dan rak yang rusak," jelas Song-Ook, menunjukkan gambar-gambar penyelidikan.

"CCTV juga berhasil menangkap gambar para pencuri itu. Tetapi karena memakai pakaian yang begitu menutup wajah, kita akan memakan waktu lebih lama untuk mengidentifikasinya." Song-Ook melanjutkan.

"Apa tim penyidik sudah bergerak?"

"Sudah. Dan kerja mereka sudah sampai pada pencarian nama dan alamat, juga tempat para pencuri ini bekerja atau siapa yang membayar mereka,"

"Bagus, lanjutkan."

Song-Ook pun menggelar beberapa file lainnya, berisi masalah-masalah perusahaan, kontrak kerja, klien, dan perusahaan yang berkhianat.

"Selamat datang kembali, tuan muda Jeon."

<...>

(Jardin du Park, France)

DING! DONG!

Rose yang tadinya sedang mengecek ponsel segera bergegas membuka pintu. Siapakah gerangan yang menekan tombol bel?

"Miss me already?" tanya Lisa, merentangkan tangannya, tahu bahwa Rose akan segera memeluknya.

"LISA!" seru Rose. Memeluk Lisa dengan sangat erat, bahkan gadis itu tidak bisa bernapas karenanya.

"H-Hei, t-terlalu erat..."

"Maaf, maaf. Ayo masuk, kau harus lihat ini!"

Rose menarik tangan Lisa agar gadis itu ikut dengannya ke dapur. Para pembantu yang bekerja di rumah itu membantu Rose membawakan koper Lisa ke kamar tamu.

"Ta-da! Aku memasak mac and cheese dalam rangka ulang tahunmu! Happy birthday!" seru Rose, menunjukkan satu loyang penuh berisi macaroni and cheese yang ia masak sebelum Lisa datang.

"Aih, favoritku! Terima kasih, sayangku!" seru Lisa dengan girang. Mereka saling berpelukan.

DING! DONG!

Bel kembali berbunyi. Rose tersenyum pada Lisa, gadis berponi yang mengerti kode Rose yang berarti "hei-aku-minta-izin-buka-pintu-dulu-ya" itu langsung mengangguk cepat.

Terdengar suara Rose yang bersemangat dari arah pintu masuk. Dari suara orang yang berbicara, bisa disimpulkan bahwa tidak hanya satu orang yang datang.

Suara derap kaki mereka mendekat. Lisa beranjak dari tempat duduknya untuk menyapa siapapun tamu Rose yang datang.

"Hai! Selamat ulang tahun!" ucap Bianca, memeluk Lisa. Lisa tentunya membalas pelukan itu.

"Ah, terima kasih, Bianca. Aku kira kau datang dua minggu lagi," ujar Lisa, basa-basi.

"Awalnya juga begitu. Tapi karena Rose memaksaku untuk membantu kalian, maka aku datang lebih awal."

Lisa mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan wanita di samping Rose. Ia memasang senyum terhangatnya.

"Lisa. Lalisa Manoban." Lisa memperkenalkan diri.

"Auree. Auree Moreau." Rose terkejut dengan logat dan cara bicara Auree yang berubah.

"Kau selama ini bisa berbahasa korea?" tanya Rose.

"Ah, aku memang bisa. Meski lebih nyaman berbahasa inggris, tetapi dalam berbisnis dengan Carmine Manoban tentu harus menggunakan bahasa yang nyaman di lidahnya, bukan?"

Lisa sempat kebingungan dengan situasinya. Namun, Rose kembali memotong keheningan.

"Well, sekarang, dalam rangka ulang tahun Lisa ku yang ke dua puluh enam, mari kita rayakan ini dengan-"

Rose mengeluarkan sebuah keranjang. Isi dari keranjang rotan itu adalah roti baguette, satu botol wine merk Screaming Eagle Cabernet tahun 1992, beberapa piring, satu loyang pai apel, alat makan, dan sekarang ditambah dengan seloyang macaroni and cheese.

"Kita mau piknik?" tanya Lisa.

"Ya! Kita harus merayakan ulang tahunmu bagaimanapun caranya." Rose memastikan perlengkapan piknik sudah lengkap dengan memasukkan tangannya ke dalam keranjang dan mengabsen barang-barang di dalamnya satu per satu.

"Lalu kita akan piknik di mana?" tanya Bianca.

"Halaman belakang."

Rose mengangkat keranjang dari atas meja, ia berjalan ke halaman belakang. Ketiga wanita yang diundangnya itu mengikuti sang nyonya rumah dari belakang.

"Aku bantu menggelar karpetnya, ya?" tawar Auree.

"That would be perfect!" respon Rose.

Semuanya pun membantu Rose. Lisa menata piring dan alat makan, Auree menata karpet, Bianca menata makanan, dan Rose menaruh gelas untuk wine.

"Sebelum makan, tentu kita harus minum seteguk wine terlebih dahulu. Nona-nona, aku ingin satu per satu dari kalian bersulang untuk apapun yang kau mau," kata Rose, mengangkat gelasnya. Tentu ketiga puan yang lainnya mengikuti.

"Aku akan mulai. Aku ingin bersulang untuk karir desainku yang sedang memuncak. Dengan banyaknya acara fashion dan juga proyek kolaborasi dengan brand besar, aku harap karirku akan semakin naik," ucap Rose, bersulang untuk dirinya.

Semuanya pun menyesap wine mereka. Kemudian, dilanjut oleh Lisa.

"Aku akan bersulang untuk misi ini. Aku mungkin baru saja bertemu dengan Auree sekitar dua puluh menit yang lalu, tapi aku tahu dia adalah wanita yang harus diperjuangkan hak bekerjanya," kata Lisa sambil bersulang ke arah Auree. Semua menyesap sedikit minuman berwarna merah pekat dalam gelas mereka.

"Kalau aku, aku akan bersulang untuk hari-hari yang aku lalui. Semoga setiap harinya akan bermakna, dan semoga setiap harinya bisa mengundang banyak cerita yang bermanfaat untuk aku jadikan pelajaran bagi anak-anakku kelak, entah suka maupun duka." Auree mengangkat gelasnya, lalu meminum cairan di dalamnya, begitupun ketiga wanita lainnya.

"Hmm... aku akan bersulang untuk diriku dan juga kalian. Aku berdoa semoga kita akan lebih sukses dari hari ini, dan kita kelak akan bertemu lagi dengan alkohol berumur lima puluh tahun di tangan kita." Bianca memekarkan senyumnya. Keempatnya menyesap untuk terakhir kalinya sebelum mereka makan.

Sore itu mereka habiskan dengan minum wine, menikmati masakan Rose, dan berbicara santai sambil menikmati langit sore di Perancis yang sedikit jingga.

<...>

(Black Garage, Miami)

"Perlihatkan rak mana saja yang dirampas," perintah Jungkook begitu keluar dari mobil.

Song-Ook pun menunjukkan beberapa tempat yang sudah hancur dan berantakan. Sampai suatu hal menangkap mata Jungkook, ia membungkuk dan meraih barang yang menyita perhatiannya itu.

"Ini pin nya Lisa," gumam Jungkook. Ia memperhatikan benda mengkilap dengan ukiran singa di dalamnya dan dihiasi berlian.

"Oh tidak..."

"Beraninya!"

Marah menyala terpampang jelas dalam kilat mata Jeon muda. Song-Ook dan karyawan yang lain hanya bisa membisu, menahan napas kalau bisa karena mulai dari detik ini, semuanya akan berantakan.

"Kita harus cari dia secepatnya, tuan Oh! Sekarang!"

Dengan langkah gusar, Jungkook masuk ke dalam mobil. Song-Ook mengikuti. Jika sudah seperti ini, berkedip saja akan membuat Jeon Jungkook marah besar.

Jungkook sudah seperti gunung berapi yang siap memuntahkan lahar kapanpun.

"Beraninya, tuan Oh! Beraninya perempuan licik yang angkuh itu mengkhianatiku!" seru Jungkook, membanting ponselnya.

Song-Ook hanya terdiam. Dalam fase Jungkook kali ini, hal paling aman untuknya adalah untuk diam dan mendengarkan mencak-mencak dari lelaki itu.

"Aku sudah lakukan semuanya untuk mempertahankan dirinya, tuan Oh. Aku sudah berlutut pada ayahnya demi agar ia memberitahuku di mana Lisa berada sekarang! Tapi dengan lancangnya, perempuan itu menodai kepercayaanku!" geram Jungkook.

Selang waktu beberapa menit, mata pemuda itu telah berlinang air mata, lututnya telah lemas, dadanya sakit.

"Apa yang aku lakukan, tuan Oh? Kenapa dia begitu jahat padaku?" tanya Jungkook, meremas rambutnya dengan frustasi

Ia pening. Sungguh pedih batinnya kini. Kenapa? Apa yang pria malang itu lakukan sampai pantas mendapatkan pengkhianatan sebesar ini? Kenapa dunia tidak adil pada Jeon Jungkook? Kenapa dunia memungunggi pemuda ini? Apa salahnya sehingga semesta sangat membencinya?

Kilasan memori berputar di otak Jungkook seperti film. Dari dirinya masih berusia muda, sudah banyak wanita yang menyakiti sanubarinya. Mulai sosok ibu yang tak pernah ada, guru privat yang selalu menamparnya bila ia tidak bisa menjawab pertanyaan, bibi-bibinya yang malah mencemoohnya karena tidak suka bermain bola, dan nenek yang akan memukulnya dengan rotan jika terpergok membaca komik.

Lengkaplah cerita masa muda Jeon Jungkook yang tak pernah mendapat kasih sayang dari sesosok wanita. Bahkan teman-teman perempuannya di sekolah saat SMP, SMA, dan kuliah tidak ada yang meliriknya sama sekali.

Sungguh tragis cerita kehidupan seorang penerus takhta raja mafia. Beban yang berat dipikulnya, namun upah manis tak pernah diterimanya.

Song-Ook bertekuk lutut di samping Jungkook. Ia menarik pemuda itu ke dalam pelukannya. Sangat pilu rasanya melihat seorang yang sudah ia anggap seorang putra itu menangis untuk kesekian kalinya karena seorang wanita.

Sebanyak bintang di langit, sebanyak itu pula luka yang diberikan keluarga Jungkook pada anak nan malang itu.

Gadis dengan topengnya, kenapa kau lakukan itu? Tak kasihan kah kau dengan pribadi yang penuh derita itu?

Ayolah, cukup sudah kau menyakitinya. Cukup sudah bagimu memberi luka pada batinnya.

Continue Reading

You'll Also Like

73.7K 7.4K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
1.4M 81.2K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
102K 12.3K 37
'benci bisa jadi cinta loh, cantik' 'apaan, diem lu' 'aduh, malu malu ih si geulis' 'gue laki ya, jangan main cantik-cantik lu' 'tapi lu emang cantik...
69K 6.9K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG