SEMPITERNAL : [Angkasa & Mika...

Від Cintaprita

4.9M 408K 71.5K

Sequel Married with senior Cinta udah Seagama udah Saling percaya udah Tinggal satu yang belum Restu orang tu... Більше

PRAKATA
[01] The begins
[02] Meet the gengs
[03] Gue ikut
[04] Festival
[05] Because, You
[06] Minggu, Mika dan Angkasa
[07] Rencana Angkasa dan Mika
[08] Lamaran
[09] Dilema
[10] Dinner
[11] Pengusiran
[12] Kangen Angkasa
[13] Angkasa pulang
[14] Rencana yang gagal
[15] Ketahuan?
[16] Kejelasan
INFO
[17] Kekesalan Mika
[18] Angkasa Sakit
[19] Liburan?
[20] Berangkattt!
Jadi gini....
[21] BBQ
[22] Tunangan
[23] Hamil?
[24] Putus
[25] Kawin Lari
[26] Rencana
[27] Bimbang
[28] Sebuah Keputusan
[29] See You, Mom
[30] Welcome, kebahagiaan!
[31] Bersamamu
[32] Hampir Ketahuan
[33] Gagal?
[34] Sedetik
[35] Lagi?
[36] Berakhir?
[38] We Don't Talk Anymore
[39] Sumber Patah Hati
[40] Hari Yang Buruk
[41] Rencana Balas Dendam
[42] Hari Pernikahan Mika

[37] Akhirnya

84.6K 8.8K 3.9K
Від Cintaprita

Bersamamu belum tentu kisah kita akan berakhir bahagia, yang ada hanya membuang waktu saja_

***

3 bulan kemudian

Hari ini, Angkasa di bebaskan. Orang tua Mika tidak jadi memperpanjang masalahnya, Angkasa tentu sangat senang. Namun, semenjak hari itu, hari dimana ia terlibat perseteruan kecil dengan Mika, ia tak menemukan cewek itu datang ke sini lagi.

Mika menghilang.

Menghilang dari hidupnya.

3 bulan rasanya sangat panjang dan penuh keputusasaan.

Angkasa, selalu berfikir mungkin cewek itu selalu di awasi oleh otangtuanya untuk tidak menemuinya. Ya, Angkasa harus berfikir positif.

Angkasa janji, setelah benar-benar bebas dari sini orang pertama yang ingin ia temui adalah Mika tentunya setelah orang tuanya.

"Kamu udah bebas, jangan macem-macem bawa anak orang kabur lagi ya," ucap Pak Polisi sambil bercanda.

Angkasa tersenyum simpul. "Iya pak gak akan lagi, makasih."

Pak polisi mengangguk, kemudian menyerahkan barang-barang Angkasa seperti dompet, handphone dan lain-lain.

Angkasa menyambut benda-benda tersebut dengan penuh suka cuta, rasanya sudah sangat lama ia tak memegang alat komunikasi ini.

"Hati-hati ya," ucap pak polisi yang lagi-lagi di angguki oleh Angkasa dengan senyum.

Angkasa keluar dari pintu kantor polisi, dan di sana sudah terlihat orang tuanya yang berdiri di dekat kendaraan yang dibawanya.

Angkasa dengan penuh haru menghampiri keduanya, hanya merekalah yang mau menemaninya dalam masa-masa tersulitnya.

"Udah lama Ma, Pa?" tanya Angkasa setelah memeluk orang tuanya.

Emi dan Wirawan menggeleng sembari tersenyum lebar. "Kita baru aja kesini," sahut Emi. "Kamu mau makan dulu apa mau langsung pulang?"

"Aku mau ke rumah sakit Mika dulu Ma," ucap Angkasa dengan semangat.

Sedetik kemudian Emi menampilkan mimik tidak sukanya. "Mau ngapain? Kamu gak jera?"

"Aku mau ketemu dia bentar."

"Tap ...."

"Ma, biarin Angkasa nemuin Mika," sela Wirawan sembari merangkul bahu isterinya.

Sepertinya percikan permusuhan Peni telah menembus ke dalam hati Emi. Emi tidak terima anaknya di perlakukan seperti ini, bahkan ia sudah datang memohonpun wanita itu malah memperlakukannya dengan buruk.

Emi menghela napas. "Ya udah yuk masuk dulu." Kedua laki-laki itu mengangguk.

Hingga beberap saat kemudian ketiganya sudah berada di tengah perjalanan.

Angkasa memencet tombol on pada handphoenya, tapi nihil. Handphonenya tetap mati. Ah, mungkin karena sudah lama tidak di charge.

Ia kemudian memasukan handphone tersebut ke dalam saku celananya, dan menyenderkan tubuhnya di sandaran jok.

"Rencana kamu mau gimana?" tanya Wirawan memecah keheningan.

"Maksud papa?"

"Iya maksud papa, kamu mau lanjut kerja lagi apa mau istirahat dulu?"

"Ya, istirahat dulu dong pa. Masa iya, udah harus masuk kerja lagi," celetuk Emi.

"Gak papa sih langsung masuk juga, lagian aku udah lama lepas tanggung jawab."

Diam-diam wirawan mengacungkan jempolnya lewat kaca spion pada Angkasa yang di balas dengan gelengan kepala oleh putra semata wayangnya itu.

"Beneran kamu mau ke rumah sakit dulu?" tanya Emi tiba-tiba.

Angkasa mengangguk. "Iya ma, beneran."

Emi menghela napas. "Kamu mau ngejar apanya lagi sih? Orangtuanya udah gak setuju, kamu mau dipermaluin lagi?"

"Buk ...."

"Cowok sejati itu yang terus maju pantang mundur, kalo langsung nyerah papa ngeraguin ke cowokan kamu." Wirawan terkekeh yang di balas dengan lirikan maut oleh Emi.

Angkasa terkekeh.

Hingga 15 menit kemudian mobil berhenti tepat di depan rumah sakit.

"Pulangnya jemput lagi gak?" tanya Pandu.

Angkasa menggeleng. "Gak usah pa."

Wirawan mengangguk, kemudian Angkasa pamit dan keluar dari mobil.

Ia melambaikan tangan pada mobil yang kian menjauh.

Setelahnya Angkasa melangkah dengan perasaan sarat akan kerinduan. Entah kenapa ia sangat tak sabar ingin melihat Mika, sangat ingin menemui cewek itu.

Angkasa tersenyum sopan pada satpam yang berjaga di sana, karena mereka sudah saling kenal.

Begitu berdiri tepat di pintu dengan tulisan nama cewek yang di sukainya, tanpa fikir panjang Angkasa langsung memasukinya.

"Sayang aku udah kel .... Riko?" Senyum yang menghiasi wajah Angkasa seketika hilang digantikan dengan mimik yang sulit di artikan.

Baik Mika ataupun Riko sama-sama terkejut bukan main melihat Angkasa yang tiba-tiba datang.

Angkasa berjalan mendekati keduanya yang entah sedang melakukan apa di dalam ruangan berdua. Namun, sekali lagi ia tekankan, ia tak boleh berprasangka buruk atau kejadian masa lalu akan terulang kembali.

"Mika, aku mau ngomong."

Mika menatap Angkasa.

Riko menatap keduanya dengan bingung. "Gue ke kantin dulu deh," ucapnya pada Mika.

Mika mengangguk sebagai jawaban.

Setelah Riko pergi, kini giliran Angkasa yang duduk di hadapan cewek itu.

Mika kembali ke kegiatan awalnya, menulis beberapa hal pada notesnya.

"Mika, aku bebas."

Mika menghentikan aktivitasnya kemudian menatap Angkasa. "Gue udah tau."

Angkasa menangkap sesuatu yang tidak beres dengan Mika.

"Kamu kenapa?" tanyanya.

"Gue? Gak papa," sahut Mika cuek.

"Ini bukan kayak Mika yang tiga bulan lalu aku kenal," ucap Angkasa.

"Lo mau gue yang gimana lagi? Semua peran udah gue coba, mau yang kayak gimana lagi?" tanya Mika ketus.

Angkasa menatap ke dalam mata Mika, lalu menggenggam kedua tangan cewek itu walaupun Mika berusaha menghindar.

"Kamu kenapa? Ada apa?"

"Udah deh Sa, gue cape. Gue udah gak mau lagi berurusan sama lo."

"Kenapa lagi?" tanya Angkasa dengan penuh penekanan.

"Kenapa lo tanya gue? tanya sama diri lo sendiri!" Kemudian Mika melepaskan paksa kedua tangannya.

Napas Angkasa mulai tak beraturan. "Lo berubah, lo bukan Mika yang gue kenal." Ucap Angkaaa penuh penekanan.

Mika menatap kecewa pada Angkasa. "Gue harus apa Sa? Gue cape sama semuanya, gue cape bertahan sama cowok yang gak mau ngambil resiko, gue cape tanpa kepastian! Dan kenapa gue harus pertahanin cowok kayak lo ketika banyak cowok yang bisa ngasih semua yang gue mau."

Angkasa menggelengkan kepalanyabtak percaya. "Sedangkal itu pikiran lo? Gue udah berjuang, udah perjuangin semuanya. Dan ketika gue terpuruk, gue di penjara. Lo kemana? Malah enak-enakan sama cowok lain."

Mika berusaha menahan emosinya agar lebih terkontrol lagi. "Kayaknya gue belom bilang," Mika menarik napasnya. "Ayo kita putus Sa."

Singkat, padat dan jelas namun sangat menusuk tepat di ulu hati Angkasa.

"Putus?"

Mika mengangguk.

"Kenapa?"

"Karena gue udah cape sama semua drama yang udah gue laluin."

"Jadi, lo fikir semua ini cuma drama yang lo lakonin?"

"Bukan gitu, tapi semuanya terlalu berlebihan buat ukuran manusia kayak gue, gue gak kuat."

"Gue gak mau putus," tukas Angkasa.

"Kenapa lagi? Lo mau gue makin tertekan?"

"Kenapa harus putus? Kenapa gak kita selesain masalahnya bareng-bareng," tekan Angkasa.

Mika menggelengkan kepalanya. "Bareng lo, gue korbanin semua hal yang berharga di hidup gue."

"Apa salahnya? Gue juga sama."

"Sa, gue gak bisa lagi pertahanin semuanya."

"Tapi gue gak mau putus," ucap Angkasa dengan putus asa.

"Percaya sama gue, lo juga bakal dapetin yang lebih baik dari gue."

"Kalo lo niat bunuh gue secara perlahan, selamat lo berhasil. Hati gue sakit banget sampe rasanya lebih baik gue mati aja," Angkasa terkekeh.

"Sa," Mika menggenggam tangan Angkasa. "Gue selalu berharap kebahagian lo, sama siapapun itu."

"Bulshit! Tiga bulan gue gak tenang, dan ini yang lo kasih ke gue!"

"Sa!"

"Apa?! Gue hampir mati, dan lo makin merealisasikan itu."

"Gue yakin satu tahun kedepan, lo pasti udah lupa sama kejadian ini."

Angkasa berdiri dari duduknya, dan menatap cewek itu dengan tatapan tak percaya. "Lo mau gue gimana? Bakal gue turutin, semuanya. Lo mau kabur lagi? Ayo, kita kabur. Asal lo sama gue lagi, gue gak bisa tanpa lo." Angkasa tahu air mata adalah simbol kelemahan, tapi ia tak bisa menyembunyikan lagi kelemahannya. Ia lemah jika menyangkut Mika.

Mika ikutan berdiri, dan menghampiri cowok itu.

"Sa, suatu saat lo bakal sadar. Gue bukan cuma yang terbaik di dunia ini, lo punya semua yang cewek lain mau. Tapi maaf, buat gue kita cukup sampe sini aja."

Angkasa menjatuhkan kepalanya di bahu cewek itu. "Kenapa? Tiga bulan ini isi kepala gue cuma elo, lo berhasil bikin hati gue patah." Ucapnya dengan lemah.

"Sa, gue yakin tanpa gue dunia lo gak akan kiamat."

Angkasa membenarkan posisi berdirinya, ia menatap Mika penuh perasaan. "Bilang sama gue lo mau putus?"

"Gue mau putus," ucap Mika dengan lancar tanpa hambatan.

"Kenapa?" Sial, air mata Angkasa muncul dari sudut matanya, dengan segera ia menghapusnya.

"Gue udah bilang tadi alesannya."

"Andai lo tahu, saat ini detik ini juga dunia gue jatuh, semuanya jadi abu-abu. Gue udah ngerencanain masa depan yang indah sama lo, dan sekarang lo hancurin itu semua. Gue harus apa Mika? Jawab gue!"

"Lo harua lupain gue."

"Gimana caranya? Gue gak akan pernah bisa!"

GREP

Mika memeluk tubuh Angkasa. "Sa, gue yakin lo bakal bisa biasa aja ngeliat gue nantinya. Lo bakal lupa sama cewek gak jelas kayak gue, lo bakal punya fokus lo sendiri nantinya."

"Bahagia, dan jangan pernah ngengok ke belakang." Lanjut Mika.

"Dapetin cewek terbaik diluaran sana, anggep gue sebagai memori yang gak akan pernah lo pake lagi. Gue tau ini sakit, tapi ini yang terbaik buat gue ataupun lo."

Punggung Angkasa bergetar. "Gue gak akan bisa."

Mika tersenyum. "Gue yakin setaun ke depan lo malu pernah nangis kayak gini di depan gue," Mika terkekeh kemuduan mengelus pelan punggung Angkasa.

Angkasa melepaskan pelukannya. Kemudian menatap Mika dengan mata merahnya. "Apa gue masih bisa dapetin lo lagi?" tanyanya penuh harap.

Dengan tersenyum Mika menggeleng.

"Kenapa?"

"Gue udah tunangan," ucap Mika sembari menunjukan jari yang terpasang cincin berwana silver disana.

Bodoh, harusnya ia melihat itu sejak tadi. Kenapa Angkasa baru sadar sekarang.

Dan,

Dunianya runtuh mulai sekarang!








What do you think gais?
Untuk reader yg ingin mencaci maki waktu dan tempat dipersilahkan wkwk...

See yaa💕

Продовжити читання

Вам також сподобається

3.1M 173K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...
My Husband Is Actor. Від .

Романтика

4.7M 174K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
Love Hate Від C I C I

Романтика

1.4M 117K 27
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
1.9M 89.1K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞