The JERK From SEATTLE

By whiskeypink

119K 4.8K 71

❌Don't Copy My Story❌ _______________ Joanna White perempuan 22 tahun memiliki hidup yang begitu rumit setela... More

Chapter One
Chapter Two
Chapter Three
Chapter Four
CAST! YOU GUYS MUST SEE IT!
Chapter Five
Chapter Six
Chapter Seven
Chapter Eight
Chapter Nine
Chapter Ten
Chapter Eleven
Chapter Twelve
Chapter Thirteen
Chapter Fourteen
Chapter Fiveteen
Chapter Sixteen
Chapter Seventeen
Chapter Eighteen
Chapter Nineteen
Chapter Twenty
Chapter Twenty-One
Chapter Twenty-Two
Chapter Twenty-Three
Chapter Twenty-Four
Chapter Twenty-Five
Chapter Twenty-Six
Chapter Twenty-Seven
Chapter Twenty-Eight
Chapter Twenty-Nine
Chapter Thirty
Chapter Thirty-One
Chapter Thirty-Two
Chapter Thirty-Three
Chapter Thirty-Four
Chapter Thirty-Five
Chapter Thirty-Six
Chapter Thirty-Seven
Chapter Thirty-Eight
Chapter Thirty-Nine
Chapter Fourty
ANOTHER STORY
Chapter Fourty-One
Chapter Fourty-Two
Chapter Fourty-Three
Chapter Fourty-Four
Chapter Fourty-Five
Chapter Fourty-Six
Chapter Fourty-Seven

Chapter Fourty-Eight

4.8K 85 19
By whiskeypink

Anna's POV

"Larry, jangan terlalu jauh!"

"Baiklah!" Aku menatap Larry yang asik berenang tak jauh dari kami. Ia begitu menikmati liburan ini dan aku turut bahagia.

"Hei.." Nathan tiba-tiba saja memelukku dari belakang dan mencium pundak ku.

"Kenapa kau melamun?"

"Tidak, hanya mengawasi Larry saja." Jawabku.

Aku berbalik menghadap pada Nathan. Ia hanya mengenakan boxer pendek dan aku hanya mengenakan sepasang pakaian dalam.

"Kau menikmatinya?"

"Tentu. Apalagi bersama dua orang laki-laki yang sangat penting untukku." Aku tersenyum menatapnya.

Ia mengecup bibirku sekilas, "Aku bahagia memiliki mu."

"Aku juga."

Nathan memeluk pinggang ku erat saat ombak menghantam kami. Aku memandang Larry yang sangat asik berenang kesana kemari. Ia tak menghiraukan kami yang tengah bercumbu mesra.

"Nathan? Bagaimana masalah kau dan Liam? Apa sudah selesai?"

Seketika dapat aku rasakan tubuhnya menegang, "Sudah." Aku meliriknya tajam, "Kau yakin?"

"Ya."

"Oke, um, memang nya apa masalah kalian?"

Nathan menatapku sejenak lalu membuang wajahnya, "Sudah kubilang ini soal balap, Anna. Apa kau tidak percaya padaku?"

"Aku percaya. Hanya saja, kau belakangan ini seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku."

Ia menjauhkan tubuhnya, "Aku tidak menyembunyikan apapun darimu, Anna!" Sergah nya cepat. Kenapa ia harus membentak ku?

"Aku hanya bertanya, Nathan. Kenapa kau membentak ku?"

Wajahnya berubah menjadi sedikit lembut, "Maafkan aku. Aku hanya.."

"Apa?"

"Tidak apa. Lupakan saja, Anna. Jangan bahas ini lagi, ok? Masalah aku dan si bajingan itu sudah selesai. Kau tak perlu memikirkan ini lagi."

Ia memelukku. Mendekapku ke dalam dadanya. Aku mempercayainya. Aku percaya bahwa ia tak berbohong padaku. Aku mencoba untuk tidak berpikir negatif karena Nathan sudah pernah berjanji padaku ia akan selalu jujur dan tak akan ada satupun yang ia sembunyikan dariku.

"Aku percaya padamu. Maaf, aku sempat mencurigaimu." Bisikku di dadanya.

"Maafkan aku karena sudah membentak mu, sayang." Ia mencium puncak kepalaku.

Drama kecil ini membuat liburan kami sedikit kacau. Tapi, aku dan Nathan kembali bersenang-senang sesaat setelah drama tadi.

***

"Apa kau lapar?"

"Ya." Jawab Larry. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk yang aku bawa.

"Bagaimana kita makan pizza saja?" Ideku. Nathan menatapku sejenak, "Boleh juga." Ini sudah hampir sore, dan kami harus segera pulang.

Nathan membawa barang-barang kedalam mobil. Kami bergegas kembali dan mencari toko pizza terdekat karena kami begitu lapar sekarang.

"Itu dia." Aku menunjuk sebuah toko pizza Italia yang kelihatannya sangat ramai.

"Apa kau yakin? Itu sangat ramai, Anna. Kita akan mati kelaparan karena harus mengantri panjang dengan semua orang bodoh itu."

"Nathan, bisakah kau tidak mengatakan mereka bodoh? Kau selalu saja berkata sarkas."

"Argh. Aku malas jika harus mengantri. Kita akan cari tempat lain." Ia memutar mobilnya. Beberapa menit kemudian kami mendapatkan toko roti yang bergaya Italia juga.

"Larr--"

"Ia tidur." Ucap Nathan pelan tanpa melihat kebelakang.

"Lalu bagaimana?"

"Kita tetap makan. Biarkan adikmu tidur disini."

"Baiklah." Kami membiarkan kaca sedikit terbuka agar angin dapat masuk kedalam.

Aku dan Nathan segera masuk kedalam dan mengambil tempat duduk untuk dua orang. Tempat ini cukup ramai tapi tidak seramai tempat yang pertama hendak kami datangi.

"Permisi, mau pesan apa?"

Nathan melihat-lihat menu dan menyebutkan satu menu pizza yang penuh dengan keju dan jamur. Entah kenapa, kesukaan kami berdua sama. Jadi tidak sulit untuk berdebat hanya karena toping pizza.

"Hei, bukannya itu Liam dan.. Joy?"

Nathan's POV

Seketika aku menoleh kebelakang. Dan benar saja. Liam, Joy dan beberapa teman frat ku berada disini juga. Apa yang mereka lalukan?! Apa mereka sengaja mengikutiku?!

"Woah, Nathan!"

Aku tak menggubris panggilan Liam. Dapat aku dengar, mereka menghampiri kami.

"Kalian berdua saja?"

"Itu bukan urusanmu." Ketusku.

Liam tertawa pelan sembari menepuk punggungku sedikit kuat, "Kau tidak lupa dengan perjanjian kita, bukan?"

"Perjanjian? Perjanjian apa?" Aku menoleh cepat saat Anna membuka suara.

"Bukan apa-apa. Kau jangan dengarkan dia, Anna. Pergilah, Liam!"

"Baiklah, baiklah. Kami akan pergi. Sampai jumpa, cantik." Goda Liam. Aku ingin sekali memberinya pukulan bertubi-tubi karena sudah berani menggoda Anna.

"Nathan, kau ba--"

"Aku baik-baik saja. Lupakan tentang tadi."

Anna mengangguk lalu tak lama pesanan kami tiba. Kehadiran Liam yang hampir membuat semuanga kacau, berhasil membuat selera makan ku menjadi hilang.

"Kau tak makan?"

"Aku tidak terlalu lapar. Kau makan saja."

Ia menaikkan sebelah alisnya heran, "Kau belum makan sejak tadi pagi, Nathan. Apa kau yakin?"

"Aku sudah bilang kalau aku belum terlalu lapar, Anna. Kau tak perlu mencemaskan aku. Aku bukan bayi lagi, ok?"

Anna mengerjapkan matanya, "Aku hanya mencemaskan mu, Nathan. Apa salahnya?" Seketika aku merasa bersalah karena sudah berbicara ketus padanya. Aku begitu mencemaskan kehadiran si bajingan itu bersama yang lainnya. Aku takut jika ia membocorkan tentang rekaman itu pada Anna.

"Maafkan aku. Baiklah, aku akan makan." Aku mengambil sepotong pizza dan menyuapkan kedalam mulutku.

Anna tersenyum kecil, "Bagus." Ucap nya puas.

***

"Aku heran, apa Joy selalu menempel pada setiap laki-laki, huh?"

"Kenapa?"

"Tidak apa. Hanya saja, aku sedikit jijik melihat nya saat ingat kau dan dia pernah--"

"Pernah apa?!"

"Ada apa, Nathan? Kenapa kau terlihat cemas?"

Aku mencoba mentralkan suara dan raut wajahku. Sialan.

"Tidak apa. Aku hanya sedikit kelelahan. Jangan bahas jalang itu, Anna."

Ia hanya diam dan kemudian membuang wajahnya ke layar tv. Kami sudah tiba di apartemen nya beberapa jam yang lalu. Ini bahkan sudah tengah malam.

"Apa kau tidak ingin tidur?"

"Kau duluan saja. Nanti aku akan menyusul." Jawabku.

"Nathan, aku tidak bodoh. Sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan Liam?"

"Sudah aku bilang. Aku dan dia tidak ada masalah apapun lagi. Kenapa kau terus saja mempertanyakan hal itu, huh?! Kau seakan tidak mempercayai ku, Anna!"

"Nathan, bukan begitu. Aku ha--"

"Hanya apa?! Sudahlah. Aku jenuh dengan petanyaanmu. Kau seperti tidak dapat mempercayai ku yang notabene adalah kekasihmu sendiri!"

Aku beranjak pergi dan ia memanggilku berulang kali. Mencoba memberhentikan langkah ku yang hendak keluar dari apartemen ini. Aku tidak bisa berada disini dalam keadaan marah. Aku tidak ingin menyakiti Anna. Lebih baik aku pergi dan menenangkan diriku.

"Nathan!"

Anna's POV

Ini sungguh aneh. Semenjak pertemuan nya dengan Liam tadi, Nathan bersikap aneh dan menjadi emosional. Aku semakin curiga jika ada sesuatu yang terjadi antara mereka berdua. Tapi apa?

Tok tok tok.

Aku membuka pintu dengan tergesa-gesa, "Nathan, aku--"

"Noel? Ada apa kau kemari?"

"Hai, Anna. Um, apa aku mengganggu mu?"

"Um, tidak juga. Tapi tumben sekali kau malam-malam kemari."

Noel menggaruk tengkuk nya, "Aku hanya ingin bertemu denganmu. Apa boleh aku masuk?"

"Um, ya, tentu." Ia masuk dan segera duduk di sofa. Aku mengikutinya.

"Ada apa, Noel?"

"Apa Nathan dan kau baik-baik saja? Aku lihat, dia baru saja pergi dengan terburu-buru. Apa kalian berkelahi?"

"Tidak juga. Hanya terjadi kesalahan pahaman."

Noel mengangguk pelan, "Apa aku boleh meminta segelas air mineral?"

Aku menatap Noel sejenak, "Ya, tunggu sebentar." Ini aneh, Noel datang tiba-tiba tengah malam seperti ini. Ada apa?

"Ini.."

"Terimakasih, Anna."

Aku memandangnya cukup lama. Ia meneguk habis air mineral itu dan kemudian menatapku dengan senyum manis nya.

"Noel, sebenarnya ada apa kau kemari? Apa ada sesuatu yang ingin kau bicarakan?"

"Tidak ada. Hanya ingin melihat mu saja."

Alisku terpaut, "Um, baiklah. Kau sudah melihatku, bukan? Apa tidak sebaiknya kau pulang saja? Ini sudah malam."

"Ya, kau benar. Kalau begitu aku pulang dulu. Sampai jumpa, Anna."

"Sampai jumpa, Noel." Ia melangkah pergi meninggalkan apartemen ku. Sungguh aneh, ia datang jauh-jauh kemari hanya untuk bertemu denganku?

Hm, mencurigakan.

TBC

Triple update buat kalian semua :* maaf telah ngilang lama bgt huhuu aku gak bermaksud begitu kok. Hanya saja aku emang lagi busy bgt di dunia nyata :')

So enjoyyyyyy!

Continue Reading

You'll Also Like

296K 13.3K 43
Hubungan masa lalunya yang mengalami kegagalan, membuat Kayana menutup hatinya untuk orang-orang yang menyukainya. Bahkan Kayana bertekad untuk tidak...
1.4M 115K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
2.5M 31.3K 29
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
7M 48K 60
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...