The JERK From SEATTLE

By whiskeypink

118K 4.8K 71

❌Don't Copy My Story❌ _______________ Joanna White perempuan 22 tahun memiliki hidup yang begitu rumit setela... More

Chapter One
Chapter Two
Chapter Three
Chapter Four
CAST! YOU GUYS MUST SEE IT!
Chapter Five
Chapter Six
Chapter Seven
Chapter Eight
Chapter Nine
Chapter Ten
Chapter Eleven
Chapter Twelve
Chapter Thirteen
Chapter Fourteen
Chapter Fiveteen
Chapter Sixteen
Chapter Seventeen
Chapter Eighteen
Chapter Nineteen
Chapter Twenty
Chapter Twenty-One
Chapter Twenty-Two
Chapter Twenty-Three
Chapter Twenty-Four
Chapter Twenty-Five
Chapter Twenty-Six
Chapter Twenty-Seven
Chapter Twenty-Eight
Chapter Twenty-Nine
Chapter Thirty-One
Chapter Thirty-Two
Chapter Thirty-Three
Chapter Thirty-Four
Chapter Thirty-Five
Chapter Thirty-Six
Chapter Thirty-Seven
Chapter Thirty-Eight
Chapter Thirty-Nine
Chapter Fourty
ANOTHER STORY
Chapter Fourty-One
Chapter Fourty-Two
Chapter Fourty-Three
Chapter Fourty-Four
Chapter Fourty-Five
Chapter Fourty-Six
Chapter Fourty-Seven
Chapter Fourty-Eight

Chapter Thirty

1.9K 84 3
By whiskeypink

"Makanlah." Aku membantunya untuk duduk dan memberikan semangkuk bubur dan segelas teh untuknya, "Hati-hati, itu masih panas."

"Ah!"

"Sudah ku bilang, Anna. Itu masih panas, kau harus meniupnya terlebih dulu." Aku mengambil segelas air mineral untuknya.

"Thank you."

Dia menghabiskan makanan nya cukup lama. Aku disini hanya menonton nya yang tengah makan masakanku sendiri. Anna terlihat menggemaskan dengan pipi yang memerah karena panas tubuhnya, ingin rasanya aku menciumnya saat ini juga.

"Buburmu tidak terlalu buruk." Ucapnya tiba-tiba, "Akan ku anggap itu sebagai ucapan terimakasih darimu." Dia melirikku, "Thank you?" Aku terkekeh pelan sembari membawa mangkuk dan gelas tersebut kembali ke dapur.

"Kau sebaiknya beristirahat. Aku akan menelfon Floyd agar kau diberikan izin."

"Tidak perlu. Aku sudah terlalu sering izin, aku tidak enak dengan yang lain jika aku keseringan izin. Aku sudah mendingan."

"Tidak, kau harus beristirahat." Aku mengambil ponselku dan segera menelfon Floyd, "Nathan.." Desahnya.

"Aku cuma ingin memberitahukan mu kalau Anna sedang sakit, jadi dia tidak bisa bekerja malam ini."

"Anna sakit? Apa dia baik-baik saja sekarang?"

"Ya, dia sudah ku rawat. Kau tak perlu khawatir. Jadi, kau akan memberikan nya izin, bukan?"

"Ya, tentu. Tidak mungkin ku bi-"

"Ok kalau begitu." Aku mematikan ponselku dan menatap Anna, "Dia mengizinkannya." Aku duduk disebelah nya dan tiba-tiba saja ia bergeser.

"Aku sudah baik-baik saja, Nathan. Kau tak perlu berlebihan seperti itu."

"Apa kau perlu bercermin? Wajahmu sangat pucat, Anna." Dia memutar bola matanya dan seketika berdiri, "Kau mau kemana?"

"Bersiap-siap untuk kerja."

Aku mengejarnya dan menahan nya, "Lepaskan aku, Nathan." Ia menatapku dengan geram, "Bisakah kau tidak keras kepala, huh?" Aku menarik pinggul nya agar mendekat dengan ku, "Jangan membuatku mengkhawatirkanmu jika kau tetap keras kepala untuk bekerja."

"Aku tak membuatmu khawatir."

"Ya, kau membuatku khawatir." Aku menegaskan setiap kata yang aku ucapkan. Ia seketika membeku di hadapanku mencoba menyembunyikan wajah nya yang semakin memerah, "Kau terlihat menggemaskan jika sedang tersipu malu seperti itu."

"Lepaskan aku. Kau lupa jika aku masih marah denganmu, huh?!" Dia mendorongku menjauh, "Maafkan aku, ok?"

"Tidak. Ucapanmu tidak dapat aku maafkan, Nathan. Kau.."

"Aku brengsek. Ya, aku tau itu."

Kami sama-sama terdiam dan aku benci saat-saat ini. Ia tak membuka suaranya sama sekali dan hanya menatap lantai, "Anna.."

"Berhenti mendekati ku, Nathan. Aku tak akan mengganggu mu lagi, aku tak akan mengusik kehidupan mu lagi, aku tak akan-"

Aku menciumnya saat ia mencoba untuk pergi dariku. Tidak. Aku tidak bisa dan tidak akan mau. Entah kenapa, semenjak kami melakukan sex hari itu, membuat aku berpikir aku tak ingin kehilangan Anna.

"Nathan, mmmhh.." Aku kembali mencium nya saat ia menjauhkan bibirnya dariku. Aku merindukan bibir ini, aku merindukannya. Sialan! Aku tidak boleh jatuh di kondisi seperti ini. Aku tidak bisa. Aku melepaskan ciuman kami dan membiarkan nya menjauh.

"Maafkan aku. Kita tidak seharusnya sampai sejauh ini." Ucapku pelan. Aku tak menatap matanya karena aku tidak bisa.

"What?"

"Yeah, aku tidak seharusnya sampai sejauh ini. Aku hanya ingin menghukum mu karena telah mencoba masuk ke kehidupan ku saat itu. Tapi aku tak ingin sampai sejauh ini. Maaf."

Anna's POV

Aku menatap nya dalam diam. Dia benar, seharusnya aku tak mengusik kehidupannya. Seharusnya kita tak sampai sejauh ini. Dan seharusnya lagi aku tak sampai jatuh cinta padanya!

"Kau benar." Jawabku. Ia menatapku dengan matanya yang sudah memerah, "Dan kau melupakan satu hal, seharusnya kau tidak membuatku sampai jatuh cinta padamu." Terlihat jelas wajah Nathan yang terkejut mendengar pernyataan dariku.

"Kau? Kau apa?"

"Pergi, Nathan. Kita tidak ada urusan apapun sekarang. Semua selesai."

"Tidak, tolong ulangi ucapanmu, Anna."

"Pergi!"

Ia menggapai tanganku dengan kuat, "Katakan." Aku menangis lagi. Entah sudah berapa kali aku menangis karena nya. Aku benci itu, aku benci diriku yang lemah di hadapan laki-laki brengsek seperti Nathan.

"Seharusnya aku tidak jatuh cinta pada laki-laki brengsek seperti mu, Nathan!" Dia melepas tangannya dariku seusai aku bicara. Ia menggeleng dan menarik rambutnya, "Kau tidak seharusnya jatuh cinta padaku, Anna. Aku tidak berken-"

"Kau tidak berkencan. Ya, aku tau itu." Nathan menatapku tak percaya, "Jadi, pergilah. Perdebatan ini hanya omong kosong belaka, tidak ada guna nya. Pergi, Nathan."

"Anna, aku minta maaf."

"Aku sudah memaafkanmu. Jadi pergi sekarang, Nathan!" Aku berlari masuk kedalam kamarku. Aku lelah harus menangisi dia terus menerus. Aku lelah.

"Anna, buka pintunya." Dia terus mengetuk pintu kamarku dan aku terus menangis dibalik bantal yang aku gunakan untuk menahan suara tangisan agar tidak kedengaran olehnya.

"Anna!"

Tok tok tok.

"Anna, aku minta maaf!"

"Pergi, Nathan! Pergi!!!!" Teriakku lantang. Aku benci diriku. Aku benci dia. Aku benci takdir yang mempertemukan kami berdua. Aku benci kenyataan aku harus mencintai seorang bajingan seperti Nathan.

***

Aku terbangun tengah malam karena merasakan mual yang begitu hebat. Kepalaku pusing dan aku butuh obat. Ketika aku keluar dari kamar, aku melihat Nathan masih ada disini. Ia berbaring di atas sofa dengan melengkukkan tubuhnya karena kedinginan.

Aku mencoba untuk tak menghiraukan nya dan terus berjalan ke dapur untuk mengambil obat sakit kepala.

"Kau sakit lagi?" Aku terloncat kaget saat Nathan tiba-tiba bersuara dibelakang ku. Aku tak menjawabnya dan memilih untuk berjalan melewatinya.

"Please, stay with me. Aku akan jelaskan semuanya."

"Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi, Nathan." Ucapku tanpa berbalik melihatnya.

"Please, Anna."

"I can't, Nathan. Please go away."

Ketika aku berjalan meninggalkan nya, "Aku tidak pernah bisa menjalin suatu hubungan lagi ketika aku pernah begitu mencintai seseorang namun aku kehilangannya." Aku berhenti saat Nathan menjelaskan suatu hal. Ia berjalan mendekati ku dan memeluk ku dari belakang.

"Kau tau tentang Irene. Dia lah perempuan yang sangat aku cintai, yang sangat aku jaga, tapi dia pergi meninggalkan aku. Dan itu cukup membuatku terpukul karena kehilangan wanita yang aku cintai."

Dia berhenti sejenak, "Aku tidak mau mencintai siapapun karena aku benci kehilangan."

Aku memilih untuk diam dan mendengarnya menjelaskan semuanya, "Sampai aku bertemu kau, Anna. Entah kenapa aku tak ingin kau pergi dariku. Aku tak menginginkan mu jauh dariku tapi aku tak ingin kita menjalin suatu hubungan. Aku tak ingin kehilangan seseorang yang aku cintai untuk kedua kalinya. Aku tak ingin."

Aku menarik nafas panjang, "Katakan sesuatu, Anna."

"Aku tidak tau, Nathan. Aku mencintaimu. Tapi kau begitu sulit untuk aku pahami. Kau sudah melukaiku dengan ucapanmu. Aku, aku.."

"I'm sorry, baby. I'm sorry. Aku tau ucapanku padamu berlebihan, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud melukai perasaanmu dengan ucapanmu waktu itu."

Dia memelukku semakin erat dan aku tak tau harus berbuat apa. Semuanya berlalu begitu cepat, bertemu dengan Nathan hingga sampai detik ini, semuanya berjalan sangat singkat.

"Aku tidak bisa kehilanganmu."

"Aku tidak bisa jika tidak memiliki hubungan, Nathan. Aku bukan wanita seperti itu. Aku tidak bisa." Aku mencoba melepaskan pelukannya namun ia tahan lebih kuat, "Apa yang kau inginkan?"

"Entahlah.." Jawabku pelan.

"Do you love me?" Tanyaku pelan. Aku sebenarnga tak ingin mendengar jawaban dari Nathan, tapi aku begitu penasaran. Sikapnya sangat aneh, dan kupikir aku butuh jawaban ini.

"I don't know, baby."

"Bagaimana kau tidak tau jika sikapmu saja seperti ini, Nathan."

"Aku bingung."

"Jika begitu, semuanya sudah jelas. Kita tidak bisa bersama. Kau dan aku memiliki prinsip yang berbeda, Nathan. Aku tak ingin menjadi boneka mu saja. Aku ingin menjadi milikmu bukan mainanmu." Aku memaksa untuk lepas dari pelukannya dan melangkah pergi.

"I don't know, i think i've loved you, baby. Please stay with me. I can't lose someone i love, again. Please, Anna.."

Shit. Don't Anna. Don't. Jangan berbalik, kumohon. Argh, sialan!

Nathan's POV

Ia berlari balik kearah ku dan memelukku dengan tangisan kecilnya. Aku memeluknya dengan erat. Ya, kupikir aku telah mencintai perempuan ini. Perempuan yang mencoba masuk di kehidupanku. Perempuan yang penasaran akan diriku. Dia berhasil membuat aku merasakan rasanya takut kehilangan lagi.

Aku menciumnya tanpa memberinya jeda untuk bernafas. Akhirnya ada seseorang yang berhasil membuat aku keluar dari keterpurukan ku semenjak kehilangan sosok Irene di hidupku.

"I love you, baby." Ucapku disela ciuman kami, "I love you, Nathan." Kami berciuman hingga akhirnya aku memberhentikan nnya karena Anna butuh sedikit bernafas, aku menatap matanya yang begitu indah.

"Maafkan aku karena sudah menyakitimu."

"Aku sudah memaafkanmu." Aku tersenyum saat melihatnya tersenyum manis padaku, "I love you, Anna. I love you."

To Be Continued.

_________________

Jangan lupa vote!!!

Pada suka Anna + Floyd
ATAU
Anna + Nathan nih????

Comment ya hehe 😂

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 54.4K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
3.8M 42.2K 33
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.5M 137K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1.1M 47.8K 37
Mereka teman baik, tapi suatu kejadian menimpa keduanya membuat Raka harus menikahi Anya mau tidak mau, sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa ya...