The JERK From SEATTLE

By whiskeypink

118K 4.8K 71

❌Don't Copy My Story❌ _______________ Joanna White perempuan 22 tahun memiliki hidup yang begitu rumit setela... More

Chapter One
Chapter Two
Chapter Three
Chapter Four
CAST! YOU GUYS MUST SEE IT!
Chapter Five
Chapter Six
Chapter Seven
Chapter Eight
Chapter Nine
Chapter Ten
Chapter Eleven
Chapter Twelve
Chapter Thirteen
Chapter Fiveteen
Chapter Sixteen
Chapter Seventeen
Chapter Eighteen
Chapter Nineteen
Chapter Twenty
Chapter Twenty-One
Chapter Twenty-Two
Chapter Twenty-Three
Chapter Twenty-Four
Chapter Twenty-Five
Chapter Twenty-Six
Chapter Twenty-Seven
Chapter Twenty-Eight
Chapter Twenty-Nine
Chapter Thirty
Chapter Thirty-One
Chapter Thirty-Two
Chapter Thirty-Three
Chapter Thirty-Four
Chapter Thirty-Five
Chapter Thirty-Six
Chapter Thirty-Seven
Chapter Thirty-Eight
Chapter Thirty-Nine
Chapter Fourty
ANOTHER STORY
Chapter Fourty-One
Chapter Fourty-Two
Chapter Fourty-Three
Chapter Fourty-Four
Chapter Fourty-Five
Chapter Fourty-Six
Chapter Fourty-Seven
Chapter Fourty-Eight

Chapter Fourteen

2.5K 122 1
By whiskeypink

Aku memandang kesegela penjuru bar ini. Kelihatan nya ini cukup ramai dikarenakan ini adalah saturday night. Saatnya mereka semua yang sibuk dan lelah bekerja, menikmati akhir pekan mereka di bar dengan teman atau bahkan kekasih mereka.

Disana aku melihat Jack berjalan menghampiriku dan melempar senyum padaku, "Hai, Anna. Lama tidak bertemu denganmu." Aku memutar bola mataku, "Kita bahkan baru bertemu dua hari lalu, Jack. Dan kau bilang sudah lama tidak bertemu denganku? Itu konyol."

Jack malah tertawa, "Ya, memang konyol. Konyol jika tidak bertemu denganmu sehari saja." Apa-apaan ini? Dia mencoba menggodaku, hm? Aku memalingkan pandanganku saat Theo memanggilku.

"Antar ini meja 7." Aku mengangguk lalu membawa beberapa botol bir dan cocktail ini ke segerombolan pria yang tampaknya seumuran dengan Nathan.

"Permisi, ini pesanan kalian." Aku meletakkan semuanya ke meja. Yang tadinya mereka tertawa riang, saat aku datang mereka malah terdiam dan saling melempar pandang lalu kembali melihatku.

"Hai, cantik. Aku baru melihatmu disini." Ucap pria berambut blonde.

"Apa kau baru disini?"

Aku menggeleng, "Tidak juga. Aku sudah beberapa minggu bekerja disini." Aku terkejut pria disamping kananku tiba-tiba memegang tanganku.

"Kalau begitu, bisa kau temankan kami?"

Aku sekali lagi menggeleng tegas, "Um, maaf. Aku harus kembali bekerja."

"Ayolah. Aku yakin Floyd pasti akan mengizinkan kau untuk ikut mengobrol dengan kami disini." Tidak. Ini tidak bagus. Aku yakin mereka bukanlah laki-laki yang baik.

"Maaf, aku tidak bisa."

"Kau sok jual mahal, sayang. Ayolah." Pria berambut blonde tadi berdiri dan menghampiriku. Sungguh, tubuhku kini membeku dan tak tau harus berbuat apa. Ia memegang wajahku dan mengelusnya. Aku menutup kedua mataku karena sama sekali tak ingin menatap pria brengsek di depan ku ini.

"Jangan sentuh dia."

Ah, akhirnya. Aku mencoba melihat siapa yang berbicara.

"Hei, dude! Lama tidak bertemu, hm? Kau kemana saja?"

Nathan? Sejak kapan dia disini?

"Hei, Aaron. Lebih baik kau lepaskan dia."

Laki-laki yang dipanggil Aaron itu menatapku lalu tertawa, "Dia? Memangnya dia siapa mu, huh?" Aku menatap Nathan dan dia hanya menatap Aaron dengan datar.

"Aku bilang lepaskan dia."

Aaron tampak kesal. Ia melepaskan ku lalu berjalan menghampiri Nathan. Dengan cepat Aaron melayangkan pukulan nya di wajah Nathan hingga membuat Nathan terbaring ke lantai.

Aku menutup mulutku terkejut. Tak ada satupun yang berani meleraikan mereka berdua. Semuanya hanya menonton dan memberikan sorakan atas perkelahian Aaron dan Nathan.

"Hentikan!" Teriakku.

Mereka tak berhenti, jadi aku mencoba maju dan menarik salah satu dari mereka. Namun sialnya entah siapa itu, berhasil menghajar wajahku hingga membuat aku melayang dan jatuh ke lantai.

Sakit.

"Anna!"

"Argh.." Aku menggerang kesakitan. Aku merasakan asin darah dari ujung bibirku. Floyd menghampiriku dan membantuku untuk duduk.

"Kau tak apa?"

Aku menggeleng pelan. Walau aku berbohong, tentu saja mereka semua tau kalau aku sedang tidak baik-baik saja. Floyd menatap Aaron dan Nathan bergantian.

"Apa yang kalian lakukan, huh? Kalian seperti anak kecil! Lihat apa yang kalian perbuat?" Aku sempat menatap Nathan. Wajahnya terlihat panik dan deru nafas nya begitu cepat. "Chris, urus mereka." Ucap nya pada pengawal. Tak ku sangka Floyd menggendongku, "Aku tidak apa-apa, Floyd. Turun kan aku." Dia menggeleng. Aku melihat ia membawaku ke lantai dua.

Ke ruang pribadinya. Ia membaringkan aku disebuah sofa yang cukup besar. Dengan cepat ia mengambil obat merah dan mengobatiku.

"Apa yang ada dipikiranmu hingga kau berani maju untuk melerai mereka, huh?"

Aku menggeleng pelan. Aku mengernyit sakit saat obat merah itu menyentuh luka di bibirku.

"Entahlah. Aku hanya tidak suka ada perkelahian." Jawabku santai. Floyd menatapku sejenak lalu dia meletakkan obat itu diatas meja.

"Aku tidak suka jika karyawan ku terluka di tempatku. Aku merasa seperti tidak becus memberi keamanan untuk kau dan yang lain jika terjadi seperti ini."

"Tapi aku tidak apa-apa, Floyd. Sungguh."

Saat Floyd ingin membuka suara, pintu terbuka dengan cepat. Disana berdirilah sosok Nathan dengan wajah cemas nya.

"Anna?"

"Biarkan dia beristirahat, Nathan."

"Aku hanya ingin tau keadaan nya, Floyd. Kau tak berhak mengusirku."

"Ya, tentu. Ini adalah tempatku. Dan dia adalah karyawan ku. Aku berhak atas dirinya jika seperti ini." Aku menatap Floyd sejenak lalu mengalihkan pandangan ku pada Nathan. Tatapan kami terkunci.

"Aku baik-baik saja, Nathan. Kau tak perlu khawatir."

"Kau dengar sendiri? Dia baik-baik saja. Jadi biarkan dia istirahat disini."

Aku menarik nafas, "Maka dari itu, Floyd. Aku tak ingin berdiam diri disini. Aku harus kembali bekerja."

"Tidak." Ucap mereka bersamaan. Nathan dan Floyd saling melempar pandangan dan aku mendengar Nathan membuang nafas kasar.

"Sungguh, ada apa dengan kalian? Kenapa kalian berlebihan seperti ini? Aku sudah baik-baik saja. Percayalah."

Aku berdiri dan meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan ini. Berada diantara Floyd dan Nathan dalam kondisi tegang seperti itu membuatku risih. Mereka berlebihan, ada apa dengan mereka? Ini hanya luka kecil, ya walaupun ini sakit. But i'm fine.

***

Nathan terus saja menanyakan apakah aku baik-baik saja atau tidak. Disepanjang jalan aku bosan harus menjawab bahwa aku baik-baik saja. Ia terlalu khawatir padaku hingga dia sendiri tak memikirkan kondisinya.

"Lalu, apa kau baik-baik saja?" Tanyaku balik.

"Tentu aku baik-baik saja. Memangnya aku kenapa?"

Aku menaikkan bahuku, "Entahlah. Kau terlihat kacau hari ini. Ada apa?" Nathan membuang pandangannya saat aku bertanya.

"Itu bukan uurusan mu, Anna."

"Ok, baiklah. Aku tak akan bertanya lagi." Aku melempar pandangan ku keluar jendela. Ia sungguh menyebalkan. Tadi dia sendiri berulang kali melemparkan banyak pertanyaan padaku. Dan lihat dirinya sekarang, aku baru bertanya satu hal, dia bilang itu bukan lah urusanku.

"Kenapa kau bisa ada disana?"

"Aku selalu disana, bukan?"

"Um, yeah kau benar."

Kami akhirnya diam hingga kami tiba di penthouse. Aku segera masuk kedalam kamar untuk membersihkan tubuhku dan beristirahat. Rasanya aku sangat lelah hari ini.

Aku berdiri didepan cermin, ternyata luka di bibirku lumayan terlihat jelas. Apalagi memar didekat pipiku sangat terlihat jelas. Pantas saja Floyd dan Nathan terlihat cemas padaku tadi.

Tok tok tok.

Aku membuka pintu. Nathan berdiri dengan pakaian yang masih sama dengan yang tadi. Dia menatapku diam dan aku juga begitu.

"Ada apa?"

"Apa aku bisa tidur denganmu?"

Apa? Tidur denganku? Apa dia sudah terlalu besar kepala saat aku menerima permintaan nya tadi pagi untuk menemaninya tidur dan sekarang dia kembali meminta ku untuk menemaninya.

"Aku tidak bisa, Nathan. Aku sejujurnya tidak pernah tidur dengan laki-laki manapun hingga tadi pagi.."

Aku menatap kelantai. Rasanya sangat malu jika mengingat betapa murahnya diriku tadi pagi.

"Kumohon." Aku menggeleng, "Tidak Nathan. Kumohon jangan memaksaku."

"Baiklah." Dia melangkah pergi dengan wajah yang tak dapat aku definisikan. Apa dia terluka karena aku menolak permintaannya?

Entahlah. Lebih baik aku kembali masuk dan segera meluruskan tubuhku diatas ranjang. Rasanya sudah sangat lelah dan tak kuat menahan kantuk yang sungguh kuat ini.

To Be Continued.

_________________

Jangan lupa vote!

Thank you.

_________________


GOMAWO!

Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 303K 50
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
583K 3.2K 24
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
619K 27K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
366K 1.5K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!