REYRA🍁 [TERBIT]

By lonjwiiin

2.1M 91.2K 3.7K

[SEBAGIAN PART DIHAPUS] "Bisa nggak, sih, lo diem? Sehari aja jangan ganggu gue!" "Lo mulai duluan. Yang kasi... More

P R O L O G
✓SIAL
✓MEMBINGUNGKAN
✓KUNJUNGAN BK
✓KEJUTAN
✓HUKUMAN LAGI
✓TWINS
✓RITUAL GIBAH
✓SERIOUSLY? KECEPETAN
✓CEWEK JAGOAN
✓MARRIED
✓BENERAN ISTRI?
✓RUMAH BARU
✓TELAT PLUS SIAL
✓SORRY CHEL
✓SI ANAK BARU
✓LABRAK
✓HUKUMAN ZT
✓BAIKAN NIH?
✓MASALAH
✓AGRESIF
✓JALAN
✓INI MALMING?
✓TAMU BULANAN
✓BIMBANG
✓TURNAMEN
✓ORANG YANG BERBEDA
✓CAST REYRA
✓BERUBAH
✓DATE
✓RENCANA
✓BELAJAR BERSAMA
✓USBN
✓CEMBURU?
✓HARI LEO
✓2 HATI
✓MABUK
✓TERUNGKAP
✓GRADUATION
✓SADAR
✓RETAK
✓KEPERGIAN
✓LEMBARAN BARU?
✓TEMAN BARU
✓TITIK TERANG
✓NEW YORK
✓PERTEMUAN
EPILOG
EXTRA PART CHECK
[GS1] OPPOSITE CHARACTERS & TRAILER
[GS2] OTHER SIDE
INFO TERBIT
VOTE COVER
OPEN PRE-ORDER NOVEL
MASIH OPEN PO
Tersedia si shopee
PROMO GEBYAR

✓PSICO

33.6K 1.6K 112
By lonjwiiin

Dilan bilang rindu itu berat. Padahal ada yang jauh lebih berat. Mencintai dan berjuang sendirian. - REYRA'18.

🍁-Happy Reading-🍁

"Chel, jangan lupa ya pulang sekolah kita langsung ke rumah bunda." Rey tiba-tiba sudah berdiri disamping Rachel yang sedang mengeluarkan buku tulis sekaligus buku paket biologi dari dalam tas.

Rachel mengerutkan dahinya. "lho, emang jadinya sekarang?" tanya Rachel tanpa melirik Rey.

Dari dulu Rachel terbiasa jika ada yang mengajak berbicara tidak pernah menatap lawan bicara. Kecuali kalau lawan bicaranya sudah geram baru ia akan menengok walaupun terpaksa.

Rey mengangguk. "iya. Bunda bilang kangen sama gue." jawabnya terlalu pede.

"Kangen sama lo atau sama gue nih?" goda Rachel yang dibalas kekehan.

Kring 🔔
Kring 🔔
Kring 🔔

'Perhatian! Bel istirahat telah selesai sudah berbunyi, untuk seluruh siswa-siswi SMA Pelita Nusantara untuk segera memasuki kelas masing-masing, karena pelajaran selanjutnya akan segera dimulai'

Mendengar bel berbunyi, Rey langsung kembali ketempat duduknya. Sebelumnya dia sempat berbisik kepada Rachel untuk mengingatkannya lagi.

Pelajaran biologi membuat kelas sepi, mungkin karena pelajarannya yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan yang lebih utama guru mata pelajarannya yang kiler. Siapa dia? Mami Marni.

Setelah 3 jam belajar biologi disusul dengan pelajaran bahasa Indonesia. Untungnya guru bahasa Indonesia tidak sekiler guru biologi, jadi mereka bisa santai dan ramai kembali.

Tepat pukul 15. 20 WIB bel pulang sekolah dibunyikan. Terdengar helaan nafas lega, akhirnya otak mereka berhenti untuk berpikir.

Rachel dan ketiga sahabatnya sudah sampai di kolidor lantai satu. Mereka memilih duduk-duduk santai sebentar di depan ruang Osis.

"Jadi main nggak nih kita?" tanya Jessica, matanya tak lepas dari handphonenya yang diberi cassing warna merah jambu.

"Gue sih jadi aja. Nggak tau yang lain." Alena menengokan kepalanya melihat kedua sahabatnya yang dari tadi terdiam. Iya, Resya dan Rachel.

Jessica menarik ujung rambut Resya yang panjangnya sebahu. "lo gimana Res?"

"Gimana apanya?"

Sejujurnya Jessica tadinya ingin marah, tapi sekuat tenaga ia meredam amarahnya karena terlalu sayang pada sahabatnya ini. "Gimana lo mau ikut kita-kita main nggak Resyakuh?" tanyanya lagi.

Resya membuka mulutnya membentuk huruf 'O'. "Ikutlah! Mana mungkin gue nggak ikut."

Alena menyenggol bahu Rachel yang daritadi asik dengan lamunannya. "Mau ikut nggak lo Chel?"

Rachel menoleh dengan lesu. "Enggak deh, gue ada janji sama Rey mau ke rumah bunda." padahal Rachel ingin sekali main dengan ketiga sahabatnya. Tapi, ia sudah ada janji.

"Yaudah mungkin lain kali juga bisa." ujar Alena menepuk bahu Rachel. Yang dibalas dehaman singkat.

Rachel rasanya ingin buang air kecil, ia harus cepat-cepat ke kamar mandi.

"Eh, gue nitip tas dong. Mau kamar mandi nih. Kebelet." Rachel berdiri dan tanpa aba-aba langsung melempar tasnya ke wajah Jessica.

Padahal Jessica ingin mengeluarkan suara toanya yang cetar, tapi Rachel sudah berlari duluan. Jessica menghentakan kakinya sebal, ditambah Alena dan Resya menertawainya membuat Jessica semakin kuat menghentakan kakinya lagi.

*******

Akhirnya lega juga. Salah satu kalimat yang saat ini menggambarkan perasaan Rachel. Ia berjalan mendekati kaca yang berada di kamar mandi, merapikan anak rambut yang saat ini sangat berantakan.

Setelah merasa semuanya selesai, Rachel membalikan tubuhnya dan seketika membuatnya kaget. Ketiga setan tanpa di undang sekarang sudah berada di hadapan Rachel.

"Mau apa?" tanya Rachel datar.

Nanda tambah mendekati Rachel, tatapan sinis dan senyum menyeringai Nanda membuat Rachel sadar kalau saat ini ia dalam keadaan bahaya.

"Kalian mau apa?! Gue nggak ada waktu buat ngurusin lo pada!" bentak Rachel, wajahnya juga saat ini sudah memerah.

"Enggak usah banyak bacot deh lo! Karena habis ini gue bakal buat mulut lo nggak bisa ngebacot lagi!" Nanda memegang dagu Rachel agar Rachel menatapnya.

"Mau buat mulut gue nggak bisa ngebacot lagi? Lakuin aja! Apasih yang bisa dilakuin sampah sekolah ini." Rachel menyingkirkan tangan Nanda yang memegang dagunya.

Nanda dan kedua temannya terbelalak. Nafasnya turun-naik, emosinya memuncak. Semudah itukah adik kelas mengatakan dirinya sampah.

"Girl. Cepet lo lakuin yang tadi gue suruh!" teriak Nanda, sekarang bergantian ia yang akan tertawa melihat Rachel nanti.

Dengan gerakan cepat Laila dan Fani memegang kedua tangan Rachel kuat, ia tidak bisa berkutik. Nanda berjalan terlebih dahulu diikuti Laila dan Fani yang mendorong tubuh Rachel dari belakang untuk mengikuti.

Selama berjalan Rachel hanya diam bukan karena takut. Ia hanya ingin melihat sejauh apa sih yang bisa dilakukan ketiga sampah sekolah SMA Pelita Nusantara.

Mereka berempat sampai di depan gudang sekolah. Jarak kamar mandi ke gudang sekolah lumayan jauh, karena letaknya di belakang taman sekolah. Ditambah suasana sekolah sudah sepi, mungkin hanya beberapa orang saja yang masih berkeliaran di lingkungan sekolah.

Laila dan Fani mendorong Rachel kencang, hingga tubuh Rachel terpental menabrak lemari. Bayangkan saja satu orang di dorong dua orang yang badannya lumayan agak berisi daripada dirinya.

Nanda menutup pintu gudang tidak lupa juga menguncinya. "cepet ikat dia!" suruh Nanda.

Rachel berpikir Laila dan Fani itu seperti budaknya Nanda. Di suruh begini nurut, begitu nurut. Apa kalau Nanda menyuruh mereka terjun dari gunung merapi ikut juga?

"Siap Nanda. Fani ambil tali dipojok lemari!" perintah Laila. Fani tanpa berbicara menyerahkan segumpal tali pada Laila. Rachel mereka dudukan dikursi, tangannya mulai diikat oleh Fani.

"Lo pada kenapa sih?! Ini apaan pake diiket-iket gini? Lepas cepetan!" Rachel meronta-ronta, kakinya ia gerak-gerakan. Tapi percuma kakinya juga sudah diikat kuat.

"Lepas setan! Mau apa lagi sih lo Nanda? Kalo lo emang ada masalah sama Rey selesain sama dia bukan sama gue!" teriak Rachel, tatapannya terus menajam melihat Nanda yang malah memainkan rambutnya yang digerai. Sedangkan Laila dan Fani berdiri disamping Rachel.

"Mau gue? Mau gue lo jauhin Rey! Lo cuman cewek ganjen yang deketin dia! Semenjak Rey deket sama lo dia kasar sama gue!" Nanda menendang kursi yang di duduki Rachel saat ini.

Gadis itu justru terkekeh, ia mengibaskan poni panjangnya yang menutupi matanya. "Rey mau deket sama gue itu hak dia! Masalah dia yang kasar sama lo itu karena dia juga muak sama perilaku lo!"

Nanda menggeram, matanya masih tajam. Segitu bencinya kah Nanda padanya? Rachel malah membalas tatapan Nanda tak kalah tajam.

Plakk

Satu tamparan mendarat baik di pipi kiri Rachel.

Nanda mengangkat tangannya, jari telunjuknya berada tepat di hadapan Rachel. "Bangsat lo! Bener-bener kurang aja sama gue! Apa sih yang Rey cari dari lo? Cantikan juga gue. Lo tuh apa sih? Cuman cewek tomboy tapi ganjennya ngelebihin jalang!" pekik Nanda.

Diam. Mungkin hanya itu yang bisa di lakukan Rachel saat ini, ia meneguk salivanya gusar. "Anjing ya lo! Ngatain gue jalang! Kalo gue jalang lo itu apa, hah?! Lo semua kalau nyinyir nggak pernah ya nyadar dulu, sesuci apasih hidup lo semua? Dasar sampah!" teriak Rachel tak kalah kencang.

Plakk

Nanda kembali menampar pipi Rachel. Tapi sepertinya tamparannya kali ini lebih kencang, sampai sudut bibir Rachel mengeluarkan darah segar.

"Apa lo masih berani ngelawan gue? KALO EMANG JALANG YA JALANG! Lo ganti-ganti cowok tiap hari, kemarin sama Devan tadi gue liat lo sama Rey! Lo itu jalang serakah dan nggak tau diri!"

Rachel menyipitkan matanya, memejamkan matanya sebentar. Ia masih bisa menunjukan senyumannya walaupun tipis. "sejak kapan seorang jalang itu nggak serakah? Ya, gue sih emang nggak tau tentang jalang nih. Tapi mungkin bisa gue tanya sama lo deh, kan udah kebukti yang jalang itu elo. Baju aja ketat, rok sepaha, rambut digerai mending bagus. Lo mau sekolah apa mau disewa sih disekolah ini?" cibir Rachel.

Nanda tak acuh mendengar kalimat-kalimat cibiran Rachel. Ia mengeluarkan suatu benda dari dalam saku seragamnya. Nanda terkekeh sinis, menunjukan benda itu pada Rachel. Yang dipegangnya silet.

"Biar gue jawab tuh pertanyaan dari lo. Jalang emang semua serakah apalagi jalang model kayak lo! Pernah nidurin siapa aja lo? Nggak kehitung pasti ya!" Nanda mendekat lalu membuat satu sayatan di pipi Rachel dengan siletnya.

Rachel mengerang kesakitan, pipinya terasa perih. Tapi ia tidak boleh terlihat lemah.

Nanda kembali menyayat pipi kanan Rachel, tanpa memperdulikan rintihan dari Rachel. "itu buat lo yang nggak punya sopan santun!"

Helaan nafas kasar terdengar jelas. "dasar iblis! Bener-bener sampah lo itu!" ucap Rachel. Matanya mulai memerah karena menahan rasa sakit.

Dua sayatan Nanda berikan kembali. Terhitung di pipi Rachel sudah ada empat sayatan. Darah mulai mengucur mengenai seragam putih yang di kenakan Rachel.

"Dua sayatan tadi buat lo karena udah ngatain gue iblis dan sampah!"

Rachel terus meronta-ronta, matanya masih menajam seperti elang. Keringat mulai bercucuran, sehingga sayatan tadi terasa sangat perih terkena keringat.

"Cara lo semua itu norak! Dasar penakut beraninya ngelawan gue dalama keadaan diiket! Lepas setan!" teriak Rachel. Entah sudah berapa kali Rachel berteriak, tetapi mereka tetap tidak begitu memperdulikan.

Nanda terkekeh, berjongkok dihadapan Rachel. Tangannya masih tetap memegang silet tajam itu. "ini buat lo yang nggak mau dengerin gue buat jauhin Reyvan!" silet itu menyentuh pipi Rachel lagi, dua sayatan tercetak jelas di pipi kanan dan kiri Rachel. Ia tidak tahu sudah berapa luka sayatan di pipinya.

Tuhan tolong Rachel. Mama-papa tolongin Rachel. - batin Rachel.

Apa yang sekarang dapat di lakukan Rachel selain memejamkan matanya kuat-kuat, dengan rintihan kecil yang keluar dari mulutnya.

"Sadar diri sekarang! Gimana Rey mau deketin lo, kalau perilaku lo aja kayak gini!" Rachel berusaha menendang Nanda, tapi tali yang mengikat kakinya terlalu kuat.

Nanda tersenyum, senyuman menyeringai. "pakai pelet apasih lo biar Rey mau deket sama lo? Atau dibayar berapasih setiap muasin dia?" celetuk Nanda.

"Bangsat! Lo nggak bisa di ajak bicara baik-baik. Gue bukan lo yang bisa disewa, jaga ucapan lo jalang!" cetus Rachel.

Nanda tertawa, sepertinya ada yang lucu dari perkataan Rachel. "mana mau gue ngomong baik-baik sama lo, kita gak selevel ya! Mulai sekarang jangan deketin Rey lagi atau lo akan mati di tangan gue!" Nanda memberi satu sayatan lagi. Luka sayatan itu letaknya tidak beraturan.

"Lebih baik gue mati daripada biarin Rey balik sama cewek iblis nggak punya hati kayak lo! Sampah!" cibir Rachel. Kepalanya terasa pusing, penglihatannya juga kurang jelas. Pipinya yang perih, semua Rachel rasakan. Sekuat tenaga Rachel masih bertahan menghadapi Nanda yang mulai menggila.

*******

Sudah hampir setengah jam Rey menunggu Rachel di parkiran. Tapi tidak juga terlihat batang hidungnya, untungnya masih ada Regan yang menemaninya jadi ia tidak begitu terlihat seperti jomblo.

"Gan, temenin gue nyari Rachel deh. Masa lama banget nggak muncul-muncul." ajak Rey.

Tidak ada sahutan dari Regan. Rey mendengus pantes saja dia tidak menjawab, sedang asik main game dengan tubuh yang disenderkan di mobil miliknya.

Rey merampas handphone Regan, lalu dimasukan ke kantong hoodienya. "temenin gue nyari Rachel! Ayo jangan ngegerutu." Rey berjalan lebih dahulu diikuti Regan yang mulutnya tak henti-henti menggerutu.

Mereka berdua tidak sengaja melihat sahabat-sahabat Rachel sedang duduk santai di depan ruang osis. Tetapi matanya tidak menemukan Rachel disana, lalu Rachel kemana?

"Rachel ada dimana?"

Rey menyernyitkan saat ada orang lain yang spontan mengucapkan kalimat yang sama. Dia Devan.

"Lo apaansih ngikut-ngikutin gue!" sinis Rey.

Devan hanya menatapnya sekilas. "ngapain gue ngikutin lo? Untungnya buat gue apa?" ketusnya.

Mereka semua hanya terdiam melihat pertengkaran Rey dan Devan.

"Songong banget ya lo! Inget disini lo cuman murid baru, nggak ada apa-apanya sama gue." balas Rey tak kalah ketus. Rey tidak pernah takut dengan siapapun, apalagi Devan yang statusnya hanya anak baru tetapi banyak tingkah.

"Lo kali yang nggak ada apa-apanya. Jangan mentang-mentang mostwanted jadi banyak gaya gini." Devan tertawa kecil dengan tatapan meremehkan.

Rey yang terpancing emosinya, mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih. Hitungan detik sebelum pukulan mendarat di wajah Devan, langsung ditahan dengan Regan yang menatapnya datar.

"Mau berantem? Tunda dulu deh, nggak asik kalau yang nonton segini doang. Tunggu besok ya," Regan menggelengkan kepalanya. "Bangsat! Jangan sekarang kalau mau berantem. Gimana mau nyari Rachelnya?" sambungnya.

Rey memalingkan wajahnya, menatap intens ketiga sahabat Rachel yang terdiam. "Rachel kemana?" Rey mengulang pertanyaannya lagi.

"Sekitar satu jam yang lalu dia ijin ke toilet, tapi sampe sekarang nggak dateng juga." jawab Resya polos.

Regan membelalak. "ngapain sampe satu jam? Kenapa nggak lo pada susul sih!" gertaknya.

"Ye, santai dong! Jangan marah-marah sama kita." balas Alena kesal, bahkan sekarang ia suda berhadapan dengan Regan dengan tatapan tak suka.

Jessica mencubit lengan Alena gregetan. Berani sekali gadis itu memarahi pangerannya. "Alena. Jangan marahin pangeran gue sih! Kasian tau!" sinis Jessica.

Tentu saja Devan mendengus melihat pertengkaran konyol yang ia saksikan. "Mau sampe kapan diem disini? Enggak jadi nyari Rachel? Yaudah gue aja."

Baru saja Devan melangkahkan kaki jenjangnya, ia Merasa lengannya di tarik kencang. Dengan perasaan kesal Devan kembali menoleh.

"Enggak usah sok pahlawan lo! Gan kita cari."

Rey berlari menelusuri lorong-lorong sekolah, ruangan setiap ruangan tak terlewati. Dibelakangnya Regan, Devan, dan ketiga cewek rempong mengikuti kemanapun Rey melangkah.

Satu-persatu ruangan sudah mereka masuki untuk mencari keberadaan Rachel, tapi sampai saat ini juga tidak ditemukan.

"Rachel lo dimana?!" teriak Rey tak henti-henti, berharap Rachel akan mendengar suaranya.

Frustasi, Rey merasakan itu. Ia bersandar di tembok menundukan kepalanya. Regan yang merasa tak tega menepuk pelan bahu sahabatnya, memberikan semangat.

"Gue yakin deh kalau Rachel masih ada disini. Coba lo inget-inget tempat apa yang belum kita geledah?" ucap Regan. Seketika mereka semua menghentikan langkah kakinya.

Alena berdeham sesekali berpikir. "seinget gue udah semua deh, Gan." balasnya.

"Iya. Udah semua kita geledah."

Rey menggeleng, ia sangat yakin ada satu tempat yang belum di datangi. Yakin bahkan sangat yakin.

"Lo kenapa deh Rey?" tanya Resya yang aneh melihat tingkah laki-laki itu.

"Ada satu tempat yang belum kita geledah!"

Mereka semua terkejut. "APA?!" pekik mereka secara bersamaan.

"Kita belum geledah gudang sekolah yang ada di belakang taman."

"Iya. Ayo cepetan!" ajak Devan.

Dengan langkah cepat serta perasaan yakin, mereka melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa ke gudang sekolah yang letaknya lumayan jauh dari posisi mereka sekarang. Mereka berlari dari lantai 3 ke lantai 1.

Waktu yang dibutuhkan dari lantai 3 ke gudang itu 10 menit. Setelah sampai di depan gudang, mereka menetralkan nafas masing-masing yang tak beraturan karena tadi berlari-larian.

'Lebih baik gue mati daripada biarin Rey balikan sama cewek iblis nggak punya hati kayak lo! Sampah!'

Nafas Rey seketika tercekat mendengar suara lantang seseorang, Rey sangat yakin kalau itu Rachel. Suara gadisnya.

Jessica menutup bibirnya, saat ini tidak mungkin ia mengeluarkan toanya. "itu bukannya suara Rachel ya?"

Resya dan Alena mengangguk.

"Yaudah ayo gerebek. Ngapain diri disini sih anjir!" Devan sudah mengambil ancang-ancang mendobrak pintu gudang, tapi kegiatannya langsung ditahan Regan.

"Jangan gegabah dulu, kita harus bareng-bareng jangan mentingin diri sendiri." cibir Regan.

Helaan nafas keluar dari bibir Devan, Sebenarnya ia juga tidak mengenal Regan ini? Kenapa dia juga ikut peduli pada Rachel.

"Gue, Rey, Devan ngedobrak pintu ini. Lo bertiga tetep dibelakang kita aja." perintah Regan berbisik yang langsung diangguki oleh semuanya.

Pikiran dan hati Rey mendadak kacau mendengar rintihan kesakitan dari Rachel. Ia memang tidak tau apa yang terjadi di dalam. Dan juga tidak tau siapa pelakunya.

"Ayo kapan dobraknya?!" gerutu Devan yang merasa bosan harus menunggu tidak jelas seperti ini.

Rey meliriknya sinis. "sabar elah. Lo kira lo aja yang khawatir." bisik Rey agar tidak terdengar sampai kedalam.

Regan berdecak untuk kesekian kalinya menghadapi Rey dan Devan. "berdiri di posisi masing-masing. Satu...Dua...Tiga."

Braak

Pintu gudang terbuka bahkan langsung rusak. Terpampang jelas Rachel yang diikat dengan luka sayatan di kedua pipinya, juga Nanda serta kedua temannya yang merasa terkejut.

Rey masuk kedalam dengan emosi menggebu-gebu. Matanya menatap tajam Nanda seperti mengisyaratkan kalau sebentar lagi dia akan celaka. Rey melepaskan tali ditangan, tubuh, serta kaki Rachel.

Hatinya sakit melihat Rachel yang kacau. Darah dimana-mana, mata yang sembab serta bibir yang pucat. Rey ingin memeluk Rachel tetapi sayang langkahnya keduluan Devan.

Nyeri. Satu kata yang menggambarkan banyak makna di dalamnya. Rey memalingkan wajahnya tidak kuat melihat Devan yang memeluk Rachel. Lebih baik ia mengurus Nanda dan kedua temannya.

Regan menarik tangan Nanda. Wajahnya memerah sedangkan wajah Nanda sudah memucat pasi. "sialan lo! Bener-bener gila lo! Lo apain adik gue!" gertak Regan.

Devan terkejut, ternyata Rachel itu adik dari Regan.

"Jawab! Gue butuh jawaban lo, bukan diamnya lo!" pekik Regan, sebelahtangannya masih memegangi lengan Nanda kuat-kuat.

"Gu--Gu--Gue__" Nanda tidak bisa berkata-kata apapun. Ia meminta bantuan kepada Laila dan Fani yang menunduk ketakutan.

"Gue apa? Kakel gila ya lo! Nggak punya hati. Dasar cabe murahan." Jessica mendorong bahu Nanda kencang.

"Eh, lo juga berdua diem aja?! Enggak mau bantuin temen lo tuh? Mau aja lo jadi budaknya dia!" cbir Resya, matanya menajam. Baru kali ini mereka melihat Resya bersikap tegas.

"Mereka nggak punya mulut Res, biarin aja. Bisanya pake bahasa isyarat," timpal Alena kesal.

Rey mendekati Nanda yang menunduk. "Nan, lo boleh benci sama gue, lampiasin ke gue bukan ke Rachel! Dia nggak punya salah sama lo! Jangan bertingkah bodoh kayak gini! Gue nggak bakal diem Nan." gertaknya dengan wajah yang memerah.

Sedangkan Devan dibuat khawatir melihat Rachel yang jatuh pingsan. Tidak peduli dengan seragam putihnya yang terkena darah, yang penting Rachel selamat.

"Lo pada nggak usah ngurusin dia! Regan sama Rey lo urus mobil gue, Rachel pingsan!" pekik Devan. Tangan kekarnya sekarang sudah menggendong Rachel ala bridal style.

Regan dan Rey mengangguk sebelumnya Rey berbisik sesuatu pada Nanda. Yang seketika semakin membuat Nanda bergetar.

Setelah itu Rey beranjak meninggalkan Gudang dengan perasaan yang sakit.

"Lo bertiga pulang aja, biar Rachel gue yang urus." ucap Devan.

Mendengar perintah Devan, ketiga gadis itu berlalu dari dalam gudang sekolah.

Devan mendekati Nanda dengan posisi menggendong Rachel yang pingsan. "gue nggak jamin kalau habis ini lo nggak akan kenapa-kenapa. Dengar gue nggak akan main-main!" setelah mengatakannya Devan segera membawa Rachel pergi dari gudang, menyusul Rey dan Regan yang sudah siap dengan mobilnya.

Nanda terduduk lemas. Apa yang akan dilakukan Rey dan Devan setelah ini? Nanda merasa takut.

************************************

Hello guys I'm comeback cuy.

Sorry sebulan ga pernah update because handphone rusak hehe, maaf banget ya.

Maaf ya guys part ini drama banget. Drama Indosiar aja kalah kali ya ama drama yang author buat. Kalo gak kuat bacanya mending minggir, takutnya enek.. wkwk.

Curhat dikit gak apa kan ya? Ini tuh part paling panjang yang aku buat sekitar 3000 kata. Pegel banget nih. Makannya hargai karya ku yaa..

Yok di Votment yok. Ajak semua anggota keluarga kalian buat baca cerita aku ini.

Di follow mumpung masih anget.
@andini.h28

Thanks Readers❤️

Continue Reading

You'll Also Like

5.3M 226K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
29.8K 1.2K 51
Putus cinta saat masih duduk di bangku SMP nyatanya membuat Cakra berlaku seorang pemuda yang sangat menyebalkan. Tak ada hari bagi pemuda itu untuk...
13.4K 1.1K 40
SERIES PERTAMA MHS. Salma hanya gadis biasa yang mencintai sosok Kenneth dalam diam. Salma memilih mengungkapkan semua perasaan nya menggunakan peran...
4.1M 242K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...