The Past (SELESAI)

By sitachelos

141K 5.2K 68

The Wattys Awards 2019 - PROSES EDITING!!! Judul Lama- About Feeling 🗝karena ini berkaitan tentang dengan or... More

part 1 : ini prolog
part 2 : si Tengil dan Panda
part 3 : Menggemaskan
part 4 : Setan penggangu
part 5 : chat?
part 6 : Karnaval dan Taman
part 7 : Tiga Pemuda Penggangu
part 8 : mencuri restu?
part 9 : Pulang bareng
part 10 : Jadian?
part 11 : Harus terbiasa
part 12 : Labrak?
part 13 : Dunia milik Berdua
part 14 : Si masalalu
part 15 : Berkunjung
part 16 : Hukuman Bekel
part 17 : Nasib Andra
part 18 : inikah Karma?
part 19 : Alex Sialan
part 20 : Sisi lain
part 21 : Keluarga kecil
part 22 : Si masalalu 2
part 23 : Kejadian
part 24 : Kejadian Besar
part 25 : berusaha menerima
part 26 : Lampung
part 27 : Lewat Vc
part 28 : Dua tempat
part 29 : Berubah
part 30 : He's Change
part 31 : Kembali
part 32 : Kenyataan pahit
part 33 : Broken heart
part 34 : Piyan 2
part 35 : Pantai dan kenangan
part 36 : Sadar
part 37 : perpisahan dan tangisan
part 38 : Tiga pemuda
part 39 : perasaan?
part 40 : Brazil
part 41 : BOGOSIPDA?
part 42 : Membuka hati?
part 43 : Kembali 2
part 44 : Keluarga
part 45 : Bertemu
part 46 : Satu langkah
part 47 : Rumah pohon
part 48 : Bertemu Piyan
part 50 : Marriage
part 51 : Ending
❣Special Mikelea Pov's
❣Special Alexander Pov's
Extra part
info Squel
Bantu teman!!
Ada Cerpen
cerita baru lagi
WAJIB MAMPIR. UDAH ENDING!

part 49 : Malam tahun Baru

2K 85 0
By sitachelos

Detik berganti menit. Menit berjanti jam, jam berganti hari, hari berganti pekan, pekan berganti bulan, bulan berganti tahun dan seterusnya.

Banyak pemikiran jika Waktu adalah hal yang sangat berharga. Jika kita tidak dapat memanfaatkan segala waktu yang ada, maka kita akan berakhir dengan penyesalan. Itu merupakan pemikiran semua orang kecuali orang yang tidak Bisa menghargai waktu.

Waktu tidak bisa dipisahkan dari diri manusia, sebagai bagian dari pemikiran manusia yang membantu manusia sampai pada pengetahuan tentang Dunia. Waktu termasuk suatu yang Linier, yakni sesuatu yang bergerak Lurus. yang terdiri dari masa lalu, masa kini dan masa depan. Dilihat sebagai tiga hal yang berbeda, Walaupun saling berhubungan. Jika masalalu sudah berlewat maka ia sudah berlalu. Dan tak akan bisa kembali lagi.

Lea merenung dipinggir kolam renang rumahnya yang nampak ramai. Ia sungguh tak menyangka kalau tahun sudah akan berganti dimulai dari beberapa menit kedepan. Waktu memang berlalu begitu cepat.

Pupil matanya menyapu sekitarnya. Ramai dengan Ayah dan Bundanya yang sibuk mengobrol digazebo. Lalu Dimas, Karin, Al , Andra dan pacarnya sibuk mengurus pemanggangan.

Sementara Dirinya duduk dikursi kayu yang tak jauh dari pemanggangan bersama pemuda disampingnya, yang belum apa apa sudah memakan sebuah sosis bakar dan sate sefood di kedua ditanganya. Pemuda itu makan dengan Rakus seakan akan tidak pernah menemukan makanan sejenis itu.

Lea menggelengkan kepalanya melihatnya. Perlahan pemuda itu menoleh kearahnya. Alisnya terangkat sebelah sambil menyodongkan sate sefood ditangan kirinya.

"Mau?"

"Sumpah yah!! Lo tuh... Astaga Piyaaan, Lo ini belum makan sebulan apa doyan?"

Piyan terkekeh dengan mulut yang penuh dengan gigitan sosis. "Gwue Lwapher." (Gue laper)

Lea berdigik melihatnya.

"Leaaaaa." Ia mendongak menatap tanya Karin yang memanggilnya diseberang Sana.

"Apa?"

"Ambilin saus. Kata tante, tadi ditaruh Dikulkas."

Dengan mendengus Lea berdiri lalu masuk kedalam. Ia melangkah kearah Dapur, lalu membuka kulkas dua pintu didepanya. Lama kelamaan ia merasa merinding dileher belakangnya. Ia mencoba berpikir positif, ia yakin kalau dirumahnya tidak ada mahluk semacam itu. Ia tak akan percaya semacam seperti itu.

Tapi makin lama makin membuat bulukudunya berdiri. Tanganya menyentuh tengkuknya dan mengusap usapnya. Ia berdecak lalu perlahan menoleh.

"AAAAKKKHHHH." matanya melotot sempurna.

Pemuda dihadapanya malah terbahak dengan setusuk sate yang masih bersarang dimulutnya. Napas Lea memburu Lalu memukuli Piyan habis habisan.

"Sialan. Babi lo."

Piyan meringis saat merasakan pukulan Lea terasa seperti diterkam singa. Iyah!! Lea singanya.

Lea langsung menegakkan tubuhnya saat sudah puas. Lalu berbalik dan mencari Saus yang tak kunjung ia dapati. Tak memerdulikan pemuda yang berdiri dibelakangnya menatapnya sinis.

"Kalo ngehajar. Gak tanggung tanggung ya?" Lea menghiraukanya.

Perlahan piya mendekat lalu berdiri disamping Lea dan mulai ikut menggeledah isi kulkas. Ia menemukan sekotak susu rasa coklat dipintu kulkas depanya. Ia meraih lalu meminumnya tak memerdulikan Lea yang menatapnya sinis.

Mereka tak menyadari seorang pemuda yang baru saja sampai didapur sedang menatap mereka dari ambang pintu dapur. Matanya menyorot tajam kearah punggung Piyan yang sedang sibuk mengobrak abrik Kulkas.

"Ekhem."

Secara bersaman Lea dan Piyan menoleh kearah suara deheman yang terdengar keras tersebut.

Piyan menyeringai saat menyadari siapa yang muncul diantara dirinya dan Lea. Ia tak menghiraukan tatapan tajam pemuda didepanya yang memakai kemeja merah kehitaman lengan digulung hingga siku.

"Woww!! How are you bruuh."

Alex mendekat, mendekati mereka berdua dan berdiri dihadapan keduanya dengan pancara mata yang siap menghunus siapa saja.

"Ciih! Sok akrab." Ucap Alex menatap Piyan tajam.

Perlahan Piyan mendekatnya wajahnya kearah telinga Lea. "Ready!!." Bisiknya pelan.

Lea langsung menatapnya horor.

"Wahhh rambut kamu wangi beb." Ucap Piyan setelah terjauh dari telinga Lea setelah didorong Alex menyamping.

Piyan menatap tak terima Alex. "Apa apaan Lo?"

"Mau ngambil Apa?" Tanya Lea kearah Alex yang masih asik perang mata dengan Piyan. Alhasil langsung membuat Alex menoleh kearahnya.

"Suruh ngambil Keju." Jawab Alex tersenyum tipis.

"Pantesan!! Sensian, kebanyakan makan keju Lo." Celetuk Piyan membuat Alex kembali menatapnya tajam.

"Lo ngajak ribut." Alex maju selangkah dengan tangan terkepal. Cukup sudah ia menyabari rival lamanya.

Lea yang melihatnya langsung mengambilkan Keju dan memberikanya kepada Alex. Lanhsung saja ia menenggah nenggahi antara Alex dan Piyan. "Lo berdua kayak bocah tau gak!!." Sela Lea. "Nih kejunya."

Alex menoleh dan mengambil Keju dari tangan Lea. "Tadi Lo juga disuruh Tante Laura langsung kesana, tapi malah berdua sama nih spesies."

"Maksud Lo apa?"

"UDAAAAHHH." Jerit Lea geram. "Lama lama, gue kawinin Lo berdua."

Setelah itu ia kembali ke kulkas dan segera berlalu menuju belakang rumah. Meninggalkan kedua pemuda yang masih sibuk mengadu ketajaman mata.

"Gue peringatin buat Lo. Jauhin Lea." Desis Alex.

"Dan gue akan beritahu Lo. Kalo Lea bakal jadi milik gue." Ucap Piyan tersenyum miring.

Satu dorongan Piyan mundur beberapa langkah namun matanya masih menatap pemuda yang mendorongnya itu dengan tajam.

"Jangan kebanyakan bacot Lo."

"Gue kan cuma mau ngasih tau! Lea bakal jadi milik gue, mendingan lo minggir sana. Gue pastiin Lea gak bakal balik lagi sama Lo. Lea milik gue."

"Bacot Lo njing!! Lihat aja nanti, Lo bakal jadi orang pertama yang ngasih selamat dipernikahan gue sama Lea." Ucap Alex menyeringai sambil menepuk bahu Piyan dan berlalu kearah yang tadi dihampiri Lea.

Sedangkan Piyan hanya menatap punggung Lebar Alex dengan senyum sinis. Ia mendengus Lalu ikut menghampiri Lea dan yang lain.

~~~

"Eh Lo kok mau sih sama Andra?" Tanya Karin kearah Pacar dari Andra.

Sekarang mereka sedang duduk dikarpet yang membentang Lumayan Luas. Mereka duduk melingkar dengan segala makanan yang ada ditengah tengah mereka.

Ayana, Pacar Andra yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa terkekeh. "Gak tau juga, mungkin gue kena peletnya dia."

Andra langsung menatap Ayana tak percaya. "Tega banget kamu yang!!."

"Wah!! Ndra, pacar Lo bener juga tuh!! Mana ada yang mau sama Lo. Pasti kena pelet Dia." Sahut Al tertawa terbahak.

Mereka semua menertawakan penderitaan Andra. Bahkan Adam dan Laura yang merasa kembali muda pun ikut tertawa bersama mereka.

"Kapan nih!!." Goda Karin yang membuat Ayana tersipu mendengarnya.

Andra tersenyum bangga. "Tiga bulan lagi. Tunggu aja undanganya. Atas nama Denandra William dengan Maya Ayana Rowel."

Ayana tersipu sambil menabok lengan Andra. "Apaan sih."

Al terkekeh. "Walah Lebay Lo."

"Yee sirik ae, nyusul lah!!."

Al mengenggam tangan Karin lalu berkedip genit. "Secepatnya."

"Gue tabok Lo."

"Yee. Karin mah, sok sok malu macan." Sahut Lea terkekeh.

"Lo kapan Lea?. Pilih tuh kanan kiri." Ucap Andra menunjuk Alex yang berada dikanan Lea dan Piyan yang berada dikiri Lea.

"Sama gue lah." Ucap Piyan sambil merangkul Lea. Membuat Lea melotot dan mendorongnya.

"Pede lo!! Yah sama gue lah!! Lea mana mau sama lo." Sahut Alex tak terima.

Dan Terjadilah perang perebutan sang putri berlangsung yang membuat siapa saja disana jengah dengan dua pemuda itu. Saling menjelekkan satu sama lain, saling menjunjung diri sendiri. Berbagai cara mereka lakukan untuk memenangkan perdebatan tersebut.

"Astaga! Mereka mulai lagi." Keluh Andra yang diangguki Al yang sedang asik memakan se-mangkuk kuaci dipangkuanya.

Adam tergeleng melihat kelakuan dua pemuda yang tak habis habisnya berdebat itu. "Apa kalian akan seperti ini terus sampai Lea menikah dengan yang Lain."

Ucapan Adam membuat dua pemuda itu terdiam terbelalak tak percaya kearahnya.

"Dengan yang Lain?" Tanya keduanya bersamaan.

Adam terkekeh lalu menghendikkan bahunya. "Jika kalian berdua masih saja bertengkar saling berebut putri Om! Maka Om akan memilih yang Lain saja."

Alex mengangkat kedua tanganya. "Alex nggak bertengkar Om! Dia aja yang cari gara gara."

"Apaan Lo!" Sewot Piyan mendorong Alex dari belakang.

"Nah Om lihat kan!!" Adam hanya geleng geleng kepala.

"Kalo Om ngasih tanggung jawab Lea ke saya, Pasti saya akan selalu membahagiakanya dan menyayangi dia apapun keadaanya. Om percaya saja sama saya." Ucap Piyan dengan wajah sok serius.

"Jangan dengerin dia Om! Dia itu udah gila."

"Wahh!! Ngajak gelut beneran Lo ya!!"

"Tuh kan Om! Dia cari gara gara."

Telinga Lea rasanya sudah panas kanan kirinya. Tanganya pun sudah terasa kebas ingin meninju keduanya. Ia mendesis. "Lo berdua bisa diem gak?"

Ajaibnya setelah Lea bicara. Keduanya Langsung kicep dan mengalihkan pandanganya seolah tidak terjadi apa apa. Bahkan orang orang disana dibuat kagum dengan Pengaruh dari Lea.

Tak berapa lama mereka sudah sibuk sendiri sendiri. Mata tajam Alex selalu mengawasi pergerakan Piyan dengan Lea. Sesekali matanya bertabrakan dengan mata Piyan dan bertatapan dengan tajam.

"Eh nyiapin kembang api kuy!! Kurang Lima menit lagi nih." Ajak Al membuat arah pandangan terarah padanya.

Langsung saja Andra berdiri. "Hayuk lah hayuk."

Setelah para pria menjauh sibuk menata kembang Api. Sedangkan para wanita sibuk membereskan bekas pemanggangan tadi.

Sampai Waktu jarum jam hampir mendekati angka dua belas. Semuanya berdiri di samping kolam renang menghadap sejumlah kembang api yang beberapa meter sudah ditata dengan tepat.

"Kita hitung bersama sama ya!!." Teriak Andra yang sudah siap dengan kamera ditanganya untuk merekam yang mereka lakukan.

"5, 4, 3, 2, 1-"

Teng teng teng
Dooorrrr.

"HAPPY NEW YEAR!!."

Semuanya teriak heboh saling berpelukan dengan pasanganya masing masing.

Adam memeluk Laura sesekali mengecup puncak kepalanya. Sedangkan Al dan Karin sudah mojok entah mau ngapain Lalu Andra dan Ayana sedang berpelukan disamping Lea dan Alex.

Sesungguhnya Alex ingin sekali memeluk dan mengecup Lea. Tapi ia tak berani melakukanya, bahkan dengan berpegangan tangan saja ia hati hati Takut sang empunya Marah. Tapi nyatanya saat jemari mereka terpaut Lea hanya menoleh sambil tersenyum manis. Dan membuat Alex tersenyum dengan Lebar.

Soal Piyan! Entahlah kemana pemuda itu sekarang tiba tiba menghilang begitu saja. Toh Lea tak ambil pusing, biarkan saja! Memang ia siapanya harus mengurusinya.

Lea menoleh saat tautan tanganya dengan Alex terlepas. Ternyata Alex mendatangi Ayah dan Bundanya dan setelah itu seperti membicarakan sesuatu. Saat Ayahnya mengangguk barulah Alex kembali kearahnya Lalu menariknya memasuki Rumah.

"Eh eh. Kemana?"

"Udah ikut aja." Ucap Alex tanpa menoleh.

Mereka memasuki mobil Alex dan melaju meninggalkan halaman rumah Lea. Didalam mobil Lea menatap ke-spion menampilkan rumahnya yang mulai menjauh. Ia menghela napas lalu menatap pemuda disampingnya.

"Lo ngajak gue kemana?"

Alex menoleh sambil tersenyum. "Gue mau tunjukin sesuatu sama lo."

Alis Lea terangkat tak mengerti. Lalu memutuskan menatap keluar, Matanya mulai memberat. Namun saat belum menutup, matanya terbuka kembali menatap sayu kearah depan mobil. Taman?

Lalu mereka turun dan menginjak rerumputan kecil yang terlihat segar membentang diseluruh taman tersebut.

Ketika mereka berhenti dibawah pohon besar Lea menoleh kearah Alex saat merasa bahunya tersampir sebuah jaket. "Taman ini?"

Alex mengangguk. "Lihat keatas."

Lea menurut dan detik kemudian. Mulutnya terbuka dengan matanya berbinar menatap diatasnya. Lebih tepatnya diatas pohon tersebut. Sebuah rumah pohon yang lumayan besar.

"Woaahhhh Keren binggo!!." Jerit Lea sedikit meloncat.

Alex terkekeh melihatnya. "Mau naik?"

"Boleh?" Tanya Lea dengan polosnya.

"Boleh lah!! Tapi cium gue dulu."

Lea langsung saja memberengut. "Yee!! Modus lo."

Alex tertawa Lalu mendongak saat Lea sudah berada ditangga Pohon tersebut. Ia sedikit melotot saat menyadari Lea menggunakan rok selutut.

"BERHENTII."

Lea menoleh kebawah saat Alex berteriak kearahnya. "Kenapa?"

Alex meraup wajahnya. "Lo itu masih pake Rok Lea!!."

Lea melonggo menatap roknya yang tertiup angin. Lalu ia menatap Alex lagi. "Yaudah sih!! Jangan lihat dulu sampek gue udah diatas."

"Balik badan." Tegur Lea saat Alex masih saja menatapnya.

Alex membalikkan badanya. "Ati ati, awas jatoh."

"Iye elah." Jawab Lea saat sudah meraih pegangang dipaling Atas.

Dan akhirnya ia sampai juga di dalam rumah Pohon tersebut. Ia berdecak kagum berjalan kearah tengah ruangan kecil Tersebut. Terdapat sebuah sofa panjang disana yang membelakangi sebuah kasur kecil namun sangat empuk disertai beberapa bantal besar diatasnya. Dan sebuah Rak disampin kasur tersebut. Lalu ia berjalan kearah balkonya setelah menyibak gorden hitam tipis itu. Ia melihat kebawah yang masih ada Alex berdiri disana membelakangi pohon tersebut.

"ALOHAAAA!." teriak Lea membuat Alex mendongak.

"Gimana?"

"Amazeng." Ucap Lea membuat Alex terkekeh lalu menyusul keatas.

Lea sibuk menatap sekeliling taman tersebut dari atas rumah pohon itu. Pohonya cukup tinggi dan besar sehingga membuatnya bisa melihat perumahan dan jalanan dari atas sini. Sekian kalinya ia berdecak kagum melihat apa saja yang ia pandang dari atas sana.

Tiba tiba Sebuah Lampu hias menyala disepanjang balkon dan sisi rumah pohon tersebut. Ia sedikit terperanjat lalu menoleh mendapati Alex yang berdiri di dekat sebuah sklakler di sampingnya. Ia berdecak kagum lagi saat didalam rumah pohon yang awalnya diterangi sebuah Lampu. Sekarang berganti remang remang hanya disinari Lampu hias putih yang menjalar disetiap sisi rumah pohon tersebut.

"Duduk sini."

Lea menoleh kearah Alex yang duduk disofa tadi menghadap keluar balkon. Ia mendekat dan duduk disebelah pemuda itu.

"Selamat tahun baru."

Lea menoleh lagi kearah Alex. Ia berucap disertai senyuman. "Selamat tahun baru juga."

"Ini hadiah dari gue buat 'Kita."

"Rumah pohon ini?" Tanya Lea berbinar.

Alex mengangguk dan menatap sekeliling ruangan kecil tersebut. "Iyah rumah pohon ini."

"Beneran?" Tanya Lea antusias. "Berarti gue boleh main kesini dong!!."

Alex mengelus rambut Lea sambil terkekeh. "Yah iya lah!! Kan ini punya Lo sama gue. Kapan pun, Lo boleh kesini. Lo juga boleh naruh barang barang Lo disini."

Lea tertawa bahagia dan tanpa sadar ia memeluk pemuda disampingnya. Hingga Alex sedikit membeku menerima respom dadakan itu. Ia tersenyum lebar lalu membalasnya.

Tak lama Lea meleaskan pelukanya lalu menangkup wajah Alex. "Makasih banget!! Gue bahagia tau gak!!!."

Lalu Alex berdiri menuju rak samping kasur dan membuka kotak yang berada bagian paling bawah. Mengambil Kamera dari dalam sana. Sebuah kamera polaroid.

"Kita bakal ngisi Rumah pohon ini dengan foto pertama kita dirumah pohon ini." Jelas Alex saat sudah duduk kembali disamping Lea yang menatapnya sambil mengangguk.

"Oke! Ide bagus."

Ckrek
Ckrek
Ckrek

Senyum Lea melebar saat menatap hasil bidikan pose mereka tadi. Lalu ia berdiri saat Alex menariknya mendekat dinding kayu samping kasur.

Perlahan Alex menepelkan perekat dikertas foto tersebut dan menempelkanya didinding kayu yang tebal itu. Setelah ketiganya tertempel. Lea bertepuk tangan puas. Lalu mereka sedikit menjauh dan menatap tiga buah foto tersebut dengan senyim lebar.

"Lo kok bisa punya pemikiran gini sih?." Tanya Lea saat mereka duduk dibalkon mengayunkan kaki mereka dipembatas yang hanya terdapat pembatas penopang tangan saja.

"Mungkin Lo agak Lupa. Pertama kali gue ajak lo ketempat ini dulu. Gue pernah bilang pengen buat Rumah pohon dipohon besar ini. Tapi baru kesampek sekarang."

Lea mengangguk.

Hening sesaat. Sampai Alex mengenggam tangan Lea yang berada disamping tubuhnya. Lea menoleh kearahnya.

"Apa gue boleh minta sesuatu?"

Lea mengeryit tapi tak urung mengangguk.

"Gue minta lo berjanji."

"Janji?"

Alex mengangguk sedikit menyerongkan duduknya menghadap Lea. "Mungkin suatu hari ada seseorang yang menyatakan perasaanya sama lo selain gue. Jangan diterima."

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan diterima. Karena gue mau berjuang buat balikin hubungan kita yang dulu. Gue mau Lo tau seberapa besar cinta gue sama lo. Makanya gue minta Lo janji kalo ada yang ngajak Lo buat ngejalin suatu hubungan selain gue. Jangan diterima."

"Gue emang egois! Tapi gue cuma mau Lo lihat sendiri besarnya keseriusan gue sama lo Le! Tapi kalo suatu hari Lo masih gak nerima gue. Its oke. Gue bakal biarin Lo sama yang Lain. Asalkan lo bahagia, gue bakal ikut bahagia. Meski gue harus ngerasain sakit terlebih dahulu."

Lea terdiam tak bisa berkata apa apa. Ia tak menyangka kalau pemuda didepanya ini menyatakan perasaanya sekaligus memaksanya secepat ini.

"Lo mau janji sama gue kan?" Tanya Alex oenuh harap.

"Gue gak tau! Tapi jujur, waktu adanya Piyan-"

"Udah jangan peduliin tuh cowok. Cowok itu gila! Gue mohon Lihat gue sebentar saja. Kalo Lo ngerasa gak nyaman. Gak apapa gue ikhlasin Lo sama tuh cowok. Tapi sekarang biarin gue merjuangin Lo dulu."

Lea menunduk. Lalu ia menatap Alex. "Apa Lo yakin? Gue cuma takut yang dulu bakal keulang lagi."

"Maafin gue yang dulu! Gue akan mencoba buat yang Lebih baik dari padayang dulu. Kita anggap aja itu sebagai pelajaran. Kalo suatu kepercayaan adalah kunci berhasilnya sebuah hubungan." Sahut Alex dengan mata berkaca kaca. Ia kecewa sengan dirinya yang dulu, yang membuag Semuanya serumit ini. Ia benar benar malu dengan dirinya sendiri.

"Kasih gue kesempatan Le."

Lea sedikit terpukul saat menatap mata Alex yang bening terlapis genangan Air. Apakah pemuda itu bersungguh sungguh dengan dirinya.

Lea tersenyum kearah Alex.

"Baiklah! Gue akan coba kasih satu kesempatan buat Lo. Tapi kalo lo nyianyia-in kesempatan ini. Maaf gue gak bisa nerima Lo lagi."

Alex tersenyum Sendu lalu memeluk tubuh Lea. Bahagia? Melebihi bahagia. Ia bahkan tak bisa menggambarkan betapa bahagianya dirinya saat ini.

"Gue janji gak akan nyakitin Lo lagi. Tapi kalo disuatu huhungan ada kerikil Kecil. Maafkan dan mari kita buat itu sebagai pelajaran."

Lea menabok Punggung Alex. "Lo berkata seolah olah kita itu sudah dalam sebuah hubungan. Bahkan hubungan kita ini gak jelas."

"Gue akan dengan segera memperjelas hubungan Kita."

"I Love You Lea."

💓Happy new year💓

Sitachelos
6 jan 2k19
-TBC-

Continue Reading

You'll Also Like

1M 19.6K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
124K 13.7K 18
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
3.3M 210K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
338K 9.8K 41
Alskara Sky Elgailel. Orang-orang tahunya lelaki itu sama sekali tak berminat berurusan dengan makhluk berjenis kelamin perempuan. Nyatanya, bahkan...