The Past (SELESAI)

By sitachelos

141K 5.2K 68

The Wattys Awards 2019 - PROSES EDITING!!! Judul Lama- About Feeling 🗝karena ini berkaitan tentang dengan or... More

part 1 : ini prolog
part 2 : si Tengil dan Panda
part 3 : Menggemaskan
part 4 : Setan penggangu
part 5 : chat?
part 6 : Karnaval dan Taman
part 7 : Tiga Pemuda Penggangu
part 8 : mencuri restu?
part 9 : Pulang bareng
part 10 : Jadian?
part 11 : Harus terbiasa
part 12 : Labrak?
part 13 : Dunia milik Berdua
part 14 : Si masalalu
part 15 : Berkunjung
part 16 : Hukuman Bekel
part 17 : Nasib Andra
part 18 : inikah Karma?
part 19 : Alex Sialan
part 20 : Sisi lain
part 21 : Keluarga kecil
part 22 : Si masalalu 2
part 23 : Kejadian
part 24 : Kejadian Besar
part 25 : berusaha menerima
part 26 : Lampung
part 27 : Lewat Vc
part 28 : Dua tempat
part 29 : Berubah
part 30 : He's Change
part 31 : Kembali
part 32 : Kenyataan pahit
part 33 : Broken heart
part 34 : Piyan 2
part 35 : Pantai dan kenangan
part 36 : Sadar
part 37 : perpisahan dan tangisan
part 38 : Tiga pemuda
part 39 : perasaan?
part 40 : Brazil
part 41 : BOGOSIPDA?
part 42 : Membuka hati?
part 43 : Kembali 2
part 45 : Bertemu
part 46 : Satu langkah
part 47 : Rumah pohon
part 48 : Bertemu Piyan
part 49 : Malam tahun Baru
part 50 : Marriage
part 51 : Ending
❣Special Mikelea Pov's
❣Special Alexander Pov's
Extra part
info Squel
Bantu teman!!
Ada Cerpen
cerita baru lagi
WAJIB MAMPIR. UDAH ENDING!

part 44 : Keluarga

1.8K 83 0
By sitachelos


●●●

"Tungguin, pabo!!."

Didepan pintu menjulang tinggi, lebih tepatnya dipekarangan rumah yang sangat Luas terlihat asri dan nyaman. Terdapat dua gadis bergaduh didepan pintu rumah tersebut.

Tergopoh gopoh gadis berambut coklat kehitaman dengan rok ketatnya menghentikan gadis satunya yang hendak mengetuk pintu tersebut. Sedikit dorongan agar gadis itu mundur, dengan sengaja ia menghalangi pintu itu dan berhadapan dengan wajah cantik sahabatnya yang nampak kebingungan dengan kelakuanya.

"Tunggu dulu." Katanya menyentuh pundak gadis berjaket kulit hitam itu.

Lea memutar bola matanya. "Apalagi sih!! Gue mau masuk kedalem kangen bonyok sama adek bontot gue."

Bergerak gelisah, senyum kikuk terpasang dibibir Karin. "Iya tapi tunggu dulu. Berhenti dikit kek!! Lo gak capek apa habis muter muter bandara, lalu berdiri disini."

"Ya capek cantik!!. Tapi dengan lo yang kayak gini malah bikin gue makin capek." Ucap Lea disetiap penekananya.

Perdebatan dimulai. Karin berhasil mengalihkan perhatian Lea. Dalam hati ia tertawa menyadari kebodohan Lea yang mudah dialihkan sejak dulu.

Pandangan Lea teralihkan saat suara mesin mobil pengangkut barang berhenti dipekarangan rumahnya. Ia melangkah mendekat. Dan ternyata itu adalah pengirim barangnya-oleh oleh yang ia beli dari brazil.

Dari depan pintu Karin melihat Lea yang nampak sibuk berbincang dengan sang supir dan bawahanya. Wahh kesempatan bagus!!. Matanya berbinar. Ia segera masuk kerumah itu dan menutup pintunya. Ia menoleh saat terdapat banyak pemilik rumah yang sudah siap.

Dengan wajah ditekuk Lea menyeret dua kopernya sekaligus kedalam rumah. Sementara satunya lagi sudah dibawah sahabat abnormalnya itu. Tadi saja katanya ia akan membawa dua kopernya. Dan bagian dirinya cuma satu. Tapi apa sekarang? Sahabat kurang ajar. Tidak tau apa sekaran ia sedang mode jetlag.

Ceklek.

Rumahnya nampak sepi. Lalu ia membuka pintu rumahnya lebar lebar guna mempersilahkan pengangkut barang tadi memindahkan barang- oleh olehnya kedalam rumahnya. Setelah mereka selesai Lea mengucapkan terimakasih setelah memberikan uang jasa pengiriman.

Setelah menutup pintu ia berbalik menatap tumpukan kardus. Yang berisi oleh oleh yang sengaja ia beli berlusin lusin.

Dengan lelah ia menyeret kakinya kesofa lalu menjatuhkan badanya. Lelah. Mengedarkan pandanganya mencari orang rumah. Tapi tampak sepi!! Dilihatnya dari tempat duduknya, dekorasinya masih sama, namun sedikit perbedaan dengan barang barang hiasan seperti guci, vas bunga, almari dan teman temannya.

"BUNDAAA AYAHHH LEA PULAAANGG!!" Bahkan teriakan mengemanya seperti angin lalu tidak ada yang merespon sama sekali.

Dilihatnya jam dinding yang besar menjulang tinggi berdiri dengan kakinya. Sekarang sudah jam sembilan siang. Namun langit sepertinya tak mendukung hingga terlihat seperti sore. Redup.

Tiba tiba ia tersentak saat lampu rumahnya padam. Cahayanya remang remang melalui jendela kaca di rumahnya yang tertutup gorden coklat kehitaman.

Ia langsung berdiri. "Ini kenapa tiba tiba padam? Gak seperti biasanya."

Terdengar jeritan di dalam rumah yang dibatasi dinding diruang tamu menjadi perhatianya. Dengan tergesah gesah ia berlari kedalam rumah dan mengedarkan pandanganya. Lalu terdengar bunyi pecahan dari ruang tamu. Bahunya menyeluruh, ia takut sekaligus panik!! Dimana semua orang?

Langkah kakinya melebar keruang tamu saat sudah disana tubuhnya membeku menatap nanar orang orang didepanya. Ada Ayah, Bunda, Dimas, Karin dan Mang dudung yang tersenyum Lebar kearahnya. Saat lampu menyala ia dapat melihat spanduk besar bertuliskan. 'WELCOME BACK TO HOME. RANINDIYA MIKELEA WILLSON'

Dada Lea naik turun seiring deru napasnya. Penglihatanya mulai mengabur, bibirnya bergetar perlahan tapi pasti ia melangkah menuju bundanya. Saat sudah beberapa meter ia langsung berlari dan menubruk tubuh wanita paruh baya yang sudah mengandungnya. Yang sudah Lima tahun tidak bertemu denganya setelah mengunjungi dirinya disana.

Khawatir dan rindu bercampur menjadi satu. Tangisnya pecah dipelukan sang bunda. Dirasakan bundanya juga ikut menangis saat mengusap rambutnya. Laura menciumi seluruh wajah putrinya yang sudah tidak pernah bertemu denganya sejak lima tahun lalu, setelah ia mengunjungi putrinya kesana. Terakhirkali ia bertemu saat dinegara penghasil kopi terbaik sedunia itu, putrinya masih terlihat sebaya anak perkuliahan. Namun sekarang putrinya sudah nampak besar. Menjadi perempuan yang sangat cantik sekali.

Pelukan mereka terlepas. Lea tersenyum saat jemari Bundanya mengusap lembut bekas air matanya. Menoleh saat seseorang menarik pipinya kesamping. Ayahnya. Ia terkekeh lalu memeluk beliau.

"Putri kecil ayah sudah besar ya?"

Lea mengangguk dalam dekapan hangat ayahnya. Hal itu membuat semua orang tertawa, Mereka tak terkejut melihat sifat manja seorang Lea.

"Jadi? Mana oleh olehnya?" Pertanyaan itu membuat Lea menoleh menatap bocah laki laki yang dulunya bontot sekarang berubah menjadi bocah SMP yang terlihat tampan dengan gaya sok coolnya yang tidak pernah luntur.

Dalam hati Lea terkekeh melihat adiknya yang menaik turunkan alisnya. Namun ia memasang wajah bingung dan datar. "Kau Siapa?"

Mulut bocah tersebut langsung menganga tak percaya menatap kakaknya. "Kok tega sih kak?"

Berpaling menatap ayahnya. "Dia siapa yah?" Tanya Lea.

Mata Adam bergelinang geli. Sifat Putrinya tidak Pernah Berubah!!. "Ohh!! Kemaren ayah nemu kardus, saat ayah bawa pulang didalemnya terdapat dia."

Helaan napas kasar terdengar dari bocah laki laki tersebut. "Dikira Timun mas apa!!"

Sontak semua orang tertawa. Lea terkekeh lalu berlari kearah adiknya dan memeluknya gemas tak jarang menciumi pipinya.

"Haisshh!!! Sudahlah kak!! Aku bukan Dimas kecil lagi." Dengan kasar Dimas mengusap pipinya bekas kecupan manja dari kakaknya.

"Kakak kecewa."

Dimas melongo. "Maksud kakak apa?"

"Ck. Kenapa kau mendadak kurus tak berbontot lagi. Aku suka pipi bakpau Dimas yang dulu."

"WHAT!! Enak saja, aku bukan kurus tapi termasuk kategori pria sexy." Ucap Dimas diakhiri sedikit desahan.

Lea berdigik menampol kepala adiknya. "Darimana kau mengetahui tentang hal tersebut?"

Meringis sembari mengusap Kepalanya Dimas berdecak. "Aku ini sudah besar!! Kata kak Al saat aku sudah besar. Aku harus bergaya gaul dan sexy."

Mata Lea melotot. "Jadi Al? Kurang ajar itu anak." Ia mendesis menatap Karin sebal.

Sementara Karin yang ditatap seperti itu hanya bisa meringgis dan terkekeh. Ohh tamatlah riwayat tunanganya jika bertemu seorang Mikelea.

°°°

Kamar Lea nampak berantakan. Barang barang tergeletak disana sini. Robekan robekan kertas maupun kardus tergeletak diLantai.

Pemilik kamar meringis saat melihat kelakuan adiknya dan sahabatnya yang sibuk membongkar barang barang bawaanya.

Sudah beberapa kali ia menegur mereka. Namun sama saja membuang pita suaranya.

Lea berdecak di samping pintu. "Gue gak mau tau, Pokoknya kalo gue udah balik kekamar. Disini Harus bersih. Ngerti!!"

Bukanya menjawab mereka berdua malahan berdecak kagum dengan apa yang Lea bawakan. Bahkan sedari tadi sudah heboh sendiri.

Mereka terlonjak saat tongat bassball mendarat ditumpukan kardus yang sudah koyak. Perlahan mata mereka terangkat menatap sang pelaku.

Aura mengerikan menguar disisinya. Jika didalam komik milik Dimas. Maka tubuh kakaknya pasti keluar asap hitam mengelilingi tubuhnya dengan api yang mengelilingi atas kepalanya. Mengerikan.

"Dengar tidak." Ucapan tegas itu membuat kedua orang menegakkan tubuhnya.

Mereka menjawab terbata bata. Mata mereka setia mengikuti pergerakan gadis bertubuh bak gitar spanyol itu sampai menghilang dari balik pintu.

Karin dan Dimas saling pandang. "Mengerikan." Ucap mereka bersamaan lalu tertawa pelan.

***

Mendengar helaan napas dari belakangnya membuat Laura yang sedang mengaduk ayam kecap itu menoleh. Mendapati anak gadisnya yang menekuk wajah masam.

"Kenapa kak?" Tanya Laura kembali fokus ke-masakanya.

"Badmood aku bun, sama dua cecunguk dikamar."

Barulah Laura mengerti lalu tertawa pelan. Tanganya bergerak mematikan kompor gasnya setelah mencicipi sedikit masakanya dan menuangkan masakanya kemangkuk kaca besar.

Ia melangkah memdekat putrinya Lalu menaruh apa yang ia bawa kemeja makan yang sudah hampir penuh dengan hasil karyanya. Lalu ia memilih duduk disamping putrinya.

"Jadi kamu resmi pindah kerja diPerusahaan cabang dari DVT?"

Lea mengangguk mengiyakan ia menaruh kepalanya dibahu bundanya. Tentang pekerjaanya menjadi sekretaris tentu bundanya tau. Mr. Travos pun bunda mengetahuinya meski tak pernah bertemu dengan beliau.

"Iyah!! Yang perusahaan Btravos corp."

Laura mengelus rambut putrinya. "Bunda bangga sama kamu."

"Ini juga berkat do'a kalian Bun!! Tanpa kalian Lea gak akan bisa sampai sini"

Laura tertawa. "Baiklah!! Emm bunda boleh tanya?"

Lea mendongak. "Tentu Boleh bun!!."

Terdiam sejenak. Lea menatap bundanya yang nampak ragu mengatakanya. "Tanya saja sih bun!!"

Menghela napas Laura membasahi bibirnya. "Kamu sudah menemukan pengganti dia."

Dahi Lea berkerut. "Dia siapa?"

"Ehem.. Alex."

Nama itu!!

Nama yang sudah lama sekali tak ia dengar namun karap kali mendatangi mimpinya. Yang selalu tersenyum kearahnya dimimpinya. Yang selalu mengatakan jika mereka akan berjumpa.

Sekuat apa ia melupakan. Sekuat itulah kenangan mencoba mengingatkan.

Entahalah!! Ia bingung dengan dirinya sendiri. Terasa bego, bahkan sudah beberapa tahun lamanya ia mengasingkan diri dengan belajar. Namun perasaanya tak bisa dibohongi. Disini dia merasa dirinya yang paling bego, ia masih memendam perasaan yang tidak pernah luntur dari dulu. Mungkin si dia sudah berpaling ke yang lain. Sedangkan dirinya masih bertahan dijalan yang sama.

Ia sering mengalami perang antara ego dan hatinya. Siapapun tau kalau ego akan lebih memimpin dari pada kata hati.

"Bunda bicara apa sih!! Kenapa malah bahas dia, Lea sudah melupakanya." Bohong. "Tapi Lea masih ingin sendiri bun!!! Buat apa mengulangi hubungan jika berakhir tersakiti."

Selalu seperti ini. Jika tentang masalah curhat ke curhat ia Lebih memilih kebundanya. Yang ia anggap sebagai teman sendiri. Jadi ia tak perlu sungkan jika mengungkapkanya. Meski kadang didasari kebohongan semata, seperti sekarang.

Laura menghela napas. "Selama kamu disana, ia sering kesini. Bahkan kemarin habis kesini."

Lea menghela napas gusar. Entah ia rasa bundanya ingin sekali ia kembali dengan pemuda itu. Ia tak habis pikir. Apa yang diberikan pemuda itu kepada bundanya, sehingga bundanya sering membela dan mengungkit ungkit namanya jika bercerita.

"Lalu apa urusanya dengan Lea. Toh dia juga pasti sudah punya yang lain kan!! Bisa saja dia kesini hanya ingin berkunjung menemui kalian.!!"

"Baiklah bunda mengerti sayang, Tapi menurut yang bunda tau, sepertinya masih seperti yang dulu!!"

"Tapi jika keputusan kamu begitu. Bunda tak apa!! Bunda mengerti kok." Sambung Laura.

Dengan sayu Lea menatap bundanya lalu memeluknya. "Lea tidak bermaksud seperti itu bunda."

Sekali kecupan didaratkan dipipi Lea. "Iya tidak apa apa."

"Bunda tau kan!! Lea sayang bunda."

Laura terkekeh. "Iya bunda tau. Bahkan bunda lebih dari itu."

"Woah woah woah!! Ada acara ritual teletubis yang ayah lewatkan."

Keduanya menoleh saat mendengar suara bariton ditengah pintu dapur tersebut.

Langkah kaki panjangnya membawa Adam mendekat ke dua perempuan yang berarti bagi hidupnya. "Apa yang kalian bahas?" Tanyanya setelah duduk dikursi makan pojok sebagai tanda sang kepala keluarga.

Lea dan Laura saling pandang lalu menyeringai. Seolah apa yang mereka pikirkan sejalan. Adam menatap keduanya bingung.

"Ayah ingin tau?" Tanya Lea tersenyum manis.

"Jelas." Jawab Adam.

"Yakin?" Kali ini Laura menyahut.

"Haisshh apa?"

"TUA TUA KOK KEPO."

Setelah itu keduanya terbahak sementara Adam melongo Lalu mendengus menatap kedua perempuan itu. "Buah jatuh tak jauh dari pohonya." Gumam Adam.

Lea tak memusingkan gerutuan ayahnya dan beranjak memanggil dua cecungguk didalam kamarnya.

Setelah pintu kamar terbuka. Ia terkekeh menatap kedua orang didalamnya tampak membersihkan kamarnya yang sudah terlihat rapi.

"Bravo."

Dimas mencibir Lalu melangkah keluar sambil menarik tangan Kakaknya kebawah dengan Karin yang sudah ngacir duluan.

"Kalau saja tadi Dimas tidak melihat sisi lain kakak, aku tak akan mematuhi perintahmu." Gumam Dimas saat mereka menuruni tangga.

Lea terkesima. "Woow. Sisi lain seperti apa? Apakah seperti Alpha tone yang memimpin kaum werewolf? Atau seperti seorang kepala tentara memimpin pasukanya." Celetuk Lea

Dimas berdecak. "Lebih dari itu."

Lea tertawa dengan keras. Bahagianya menjahili mereka.

Sesampai di meja makan. Mereka memulai memakan makanan mereka dengan tenang sesekali diselingi celoteh Dimas yang menceritakan teman teman sekolahnya. Seperti biasa. Ia menceritakan dengan arogan dan percaya dirinya. Tidak ada yang tau cerita itu benar atau fiksi belaka. Tapi jika dilihat dari pesona bocah SMP itu sepertinya dapat dipercaya.

"Jadi kak!! Mulai besok kakak memulai bekerja diBtravos itu?" Tanya adam sesekali menyerupit kopinya.

Lea mengangguk dengan mulut yang menguyah cake redvelvel buatan bundanya. "Iya yah!!."

"Apa kamu yakin nggak mau kerja diperusahaan ayah saja?"

"Nggak mau!! Lea ingin mandiri. Kalo Lea kerja diperusahaan ayah, pasti akan diperlakukan spesial. Nggak ah!!! Nggak mau."

Adam mengangguk mengerti. "Baiklah!! Tapi kalau keputusan kakak berubah. Bilang ayah saja."

Lea mengangguk mengiyakan.

"ASSALAMUALAIKUMM BUNDA LAURA CANTIKK!!"

Suara mengelegar mengalihkan perhatian mereka dari cerita dimas. Semua orang sudah tak kaget lagi dengan kedatangan sosok yanga jika berkunjung akan meramaukan rumah. pemuda itu melangkah menuju mereka. Kecuali Lea yang masih bingung mengira siapa yang datang tanpa diundang.

Saat pemuda itu berdiri di ambang pintu dapur, matanya melotot dan mulut terbuka lebar. Menatapa Lea yang juga terkejut melihatnya.

"Woahh apakah itu seorang Ranindiya Mikelea Willson?" Tanyanya.

"Ohh Hubby!! Kenapa kau selalu mengejutkan kami?" Tanya Karin kepada tunanganya.

Al menoleh lalu terkekeh ia mendekat kearah karin yang duduk disamping Lea. "Maaf hunny, Tapi aku sangat merindukan dirimu. Jadi aku terlalu bersemangat tadi."

Lea mendengus. "Lebay."

"Wahh siapa kau?" Tanya Al mendekat kearah Lea dengan tatapan horor-nya.

Plak

"Kurang ajar, tega sekali kau menatapku seperti itu." Ucap Lea setelah menabok pedas lengan Al.

"Bunda!! Apakah ia termasuk penyusup yang sudah mencuri harta kalian?"

"Babi." Geram Lea.

Mereka semua tertawa. Lalu Al langsung merentangkan tanganya kearah Lea. Lea malah menatap Karin seolah meminta izin. Karin terkekeh menyilahkan.

Langsung saja ia terjang tubuh jangkung Al.

"Wahh aku sangat merindukanmu sampai aku ingin membunuhmu. Ibu negara." Ucap Al melakonis.

"Bedebah pemulung." Celetuk Lea saat mereka melepaskan pelukanya.

"Wahh kau ingin mengajakku bertarung rupanya." Al sudah bersiap menggulung kemeja biru mudanya.

Al nampak berbeda dari yang dulu. Dulu petakilan tapi sekarang Lihatlah dia sudah menjadi CEO diperusahaan papanya yang sudah diserahkan ketanganya. Dengab kemeja biru muda sedikit mengetat ditubuh tegapnya dengan celana kain yang terlihat selembut sutra dan rambut yang tercukur rapi menyisahkan sedikit jambul dikepala depanya.

"Diamlah." Ucap Karin menendang tumitnya.

Al mengaduh lalu duduk disamping nyonya yang akan menjadi pelengkap hidupnya. "Tendanganmu sungguh penuh cinta."

"Ohh tentu saja." Ucap Karin bangga.

Lea menatap mereka ngeri. "Setahuku kalian adalah pasangan teraneh sedunia."

Dengan sengaja Al merangkul Karin. "Wahh dia syirik hunny."

Karin beserta Adam dan Laura dan juga Dimas tertawa melihat tingkah mereka.

"Ohh yah!! Kapan kau sampai?" Tanya Al sambil memakan puding buah buatan Laura.

"Tadi siang."

Lalu mereka larut dalam obrolan obrolan yang terkadang diselinggi canda tawa.

Lea tersenyum menatap mereka Akhirnya ia bisa berkumpul kembali.

Dan ucapan Al yang membuat Lea ingin memakanya hidup hidup.

"Kapan lo menyusul kita Lee!! Jangan sampai gue punya lima buntut lo baru laku."

Turut berduka atas kejadian Tsunami diBanten.
Semoga para korban yang tertimpa diberi kesabaran. Dan korban yang belum ditemukan, semoga cepat ditemukan
Amiinnn!!

Sitachelos
27 des 2k18
VOMENT
Makasiih

Maaf typo bertebaran

Continue Reading

You'll Also Like

447K 48.9K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.3M 97K 56
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
10.6M 674K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
5.4M 393K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...