Burning Desire

By TheRealRJune

292K 6.6K 176

21+ Konten dewasa, mohon kebijaksanaan pembaca ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ SLOW UPDATE, setiap 2 pekan. More

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26

Part 14

9.7K 253 8
By TheRealRJune

*maafkan author ya readers semuanya, update nda sesuai janji hehee ndapapa lah yaa. Author baru di terima kerja, jadi masih sibuk sibuknya menyesuaikan diri.

Secepatnya author bakal terbiasa dan mulai menepati janji. Jadi untuk sementara maafkan dulu yaaa jangan lupa share ke soscial media kalian♥♥*

*Adrian POV*

Pagi ini aku dan keluargaku mengantar mama ke bandara untuk ibadah umrohnya. Tak lupa tasbih kayu pemberian Irene ku berikan pada beliau dan juga ayahku. Mereka terlihat senang mendapat oleh-oleh itu. Seandainya mereka tau siapa pemberinya mungkin bisa naik pitam mereka.

Setelah mama masuk ke ruang tunggu aku mencoba menghubungi Irene, tapi tak ada jawaban. Mungkin sedang di perjalanan ke kantor. Tak lama kami pun meninggalkan bandara secara terpisah. Aku pulang ke rumahku untuk bertemu anak dan istriku.

Setelah sekian lama tak bertemu mereka, rasanya rindu sekali. Terlebih pada Fira. Tak sabar ingin lekas bertemu.

Aku melajukan mobilku pelan mengamati kota asalku. Terlintas pikiran untuk mengajak Irene kemari, mengajaknya melihat sekolah lamaku yang bersebalahan dengan sekolahnya Dian Sastrowardoyo. Dia pasti sangat semangat mengetahui segala tentang masa laluku. Seandainya Dian seperti Irene, mungkin aku tak akan mengkhianatinya. Aku merasa bersalah, sedikit.

Tak lama aku sampai di depan rumahku yang masih tetap sama. Ku kirim pesan singkat pada Irene

Ian:
Aku sudah dirumah, jangan hubungi aku sebelum aku hubungi kamu ya. Dah sayang, kangen kamu♥

Ku masukkam ponselku ke dalam saku dan mengetuk pintu pelan. Setelah pintu terbuka, aku melihat Dian berdiri disana. Dia masih cantik seperti biasanya, senyumnya juga masih sama tak berubah, senyum yang seakan terpaksa. Ia meraih tanganku dan menyalaminya asal.

"Dek, liat nih siapa yang dateng!" teriaknya cukup nyaring disambut langkah kaki kecil cepat datang dari dalam.

"Ayah!!!!" pekik Fira nyaring berlari memelukku. Bisa kurasakan ia juga merindukanku. Senyumnya tulus, pelukannya jujur.

Aku membalas memeluknya lebih erat lalu memberikan oleh-oleh yang kubawa. Aku tunjukkan satu baju yang dipilihkan Irene hari itu. Fira terlihat sangat bahagia.

"Ayok, ajak ayah masuk, mamah mau pergi sebentar. Ayah main sama Fira dulu ya, mama mau beli makan siang soalnya gak sempat masak" kata Dian mengusap kepala Fira sebentar.

"Kenapa kita gak makan bareng aja keluar?" tanyaku.

"Gak usah! Mama beli aja, udah ayah masuk sana" katanya pergi begitu saja.

Aku tak terkejut dengan sikapnya yang memang cukup ketus. Tapi biarlah, aku lebih senang ia tak dirumah saat aku bermain dengan Fira. Fira mengajakku ke kamarnya, memamerkan mainannya yang memenuhi lemari.

-------------------------------------------------
*Irene POV*

Mas Dani baru saja mengajakku berkeliling di lokasi yang akan menjadi tempatku bekerja yang baru. Nama bosnya Donald, masih cukup muda tapi sikapnya dingin. Lebih dingin dari Ian waktu pertama bertemu. Ah, Ian, aku jadi rindu padanya.

Pak Donald dan Mas Dani kini mengobrol di depan ruangan. Aku di dalam sendirian mengamati ruangan yang tak terlalu besar ini. Nantinya ruangan ini akan di tempati aku dan pak Donald, berdua. Posisi kami saling memunggungi. Aku menghadap ke pintu, karna aku yang akan melayani pelanggan. Sementara pak Donald di belakangku mengurus laporan.

Ah, iya, sepertinya tadi saat mas Dani mengajakku berkeliling aku mendengar ponselku berbunyi. Ku raih benda persegi itu dari tas ku dan mendapati satu panggilan dan satu pesan dari Ian. Aku baru ingin menelponnya kembali tapi jariku malah menekan buka pesan dan mendapati pesan yang cukup menyakitkan.

Ian memintaku tak menghubunginya sebelum ia yang menghubungi ku? Apa saat ini ia sedang menekankan posisiku sebagai selingkuhan? Apa maksudnya bicara begitu?

"Iya! Gak bakal aku hubungin sampe besok!" pekik ku pelan melemparkan ponsel ke dalam tas. Kesal sekali rasanya.

Seandainya tidak ada mas Dani dan Pak Donald di luar mungkin aku sudah menumpahkan air mataku. Dasar Ian! Tak punya perasaan!

--------------------------------------

*Author POV*

"Iya! Gak bakal aku hubungin sampe besok!" suara cukup nyaring dari dalam ruangan mengejutkan kedua lelaki diluar, Dani dan Donald.

"Kenapa dia?" tanya Donald pada Dani.

"Biarin, emang suka ngomong sendiri tuh anak. Jangan kaget ya" ujar Dani santai.

"Mudahan cepet dapet admin pengganti deh disini" kata Donald lagi.

"Yakin lu? Itu anak biar aneh gitu tapi telaten lho. Lagian lumayan kan dapet admin cantik" goda Dani yang di balas tatapan tajam Donald.

Donald, pria dingin itu usianya hanya lebih muda 3 tahun dari Ian. Lahir dan besar dari keluarga kaya raya asal Medan dan memutuskan pindah ke Kalimantan sendirian. Sifatnya memang dingin, senyumnya pun langka. Admin yang bekerja dengannya kebanyakan tak tahan dengan sikapnya yang terlalu jujur dan ketus.

"Betah-betahin lah itu admin gua di titip disini. Jangan lu jutekin mulu, ya" pesan Dani sebelum meninggalkan lokasi perumahan itu.

Donald kembali ke ruangannya dan mendapati Irene merapikan meja yang akan ia tempati untuk beberapa waktu ke depan. Ia memindahkan beberapa barang untuk di sesuaikan dengan kondisinya yang seorang kidal.

"Saya pindahin sedikit ya, pak, soalnya saya kidal jadi kalau barangnya numpuk di kiri semua, ruang gerak saya agak sempit" ijinnya saat menyadari kedatangan Donald.

"Terserah" jawab Donald ketus langsung menuju meja kerjanya.

Irene menahan nafasnya sebentar lalu menghembuskannya berat. Hari-harinya dengan si gunung es ini akan sangat berat, pikirnya.

Di tempat lain, Ian yang tadi bermain dengan Fira, yang kini sudah tertidur, menunggu kepulangan Dian yang tadi pamit membeli makan siang. Sudah cukup lama sejak wanita itu pamit.

Ian memutuskan menelpon Irene. Hanya beberapa kali berdering dan telpon pun tersambung.

'Hallo?' suara manis terdengar dari seberang.

"Hallo, lagi apa, sayang?" sapa Ian tak kalah manisnya.

'Ini udah di lokasi baru sama pak Donald. Dingin banget ya, kayak es campur di masukin freezer'

"Hahaha dia emang gitu orangnya, tapi baik kok"

'Untung ganteng. Coba kalau jelek, mending resign'

"Jadi menurut kamu dia ganteng? Kamu mau sama dia?"

'Kalo dia mau sama aku ya gimana ya haha' tawa Irene terbahak. Ian tak marah, ia hanya merasa sedikit cemburu.

Tak berselang lama ia melihat Dian dari balik jendela.

"Sudah dulu ya, istriku datang. Nanti ku telpon lagi. Dahhh" pluk. Telpon di matikan.

Dengan cepat Ian menghapus panggilan keluarnya barusan, dan jejak tentang Irene lain di ponselnya. Istrinya masuk membawa beberapa makan siang.

Irene masih termenung menatap layar ponselnya yang sudah tak menyala. Telpon yang tak sampai semenit tadi sebenarnya menyenangkan baginya karna dapat mendengar suara Ian yang ia rindukan.

Yang agak menyakitkan baginya adalah ia bahkan belum sempat bertanya kabar apapun tentang Ian. Dan yang paling mengiris hatinya adalah kalimat 'istriku datang' yang tadi Ian katakan.

Irene tidak bodoh, hal itu benar adanya. Tapi hati seorang wanita, tetap saja sakit menyadari bahwa dirinya hanyalah secuil dosa besar Ian.

Ia memilih kembali ke ruangan mendapati Donald yang sibuk dengan laporannya sendiri. Irene mencoba berinisiatif menanyakan apa yang harus ia kerjakan.

"Terserah"

Dua kali ia mendengar kata itu dalam kurun waktu tak sampai satu jam. Dari mulut orang yang sama pula. Irene masih menahan emosinya saat ini. Ia memilih diam dan mengecek sisa laporan yang di tinggalkan admin lama yang mungkin, hanya mungkin, ia pahami sendiri.

'Sabar ya, Irene, hari ini hanya cobaan' ujarnya dalam hati.

--------------------------------------------------------

*Adrian POV*

Aku heran, apa benar aku berada di rumahku? Pasalnya aku disini, menonton TV sendirian. Fira sedang pergi mengaji di masjid dan baru akan pulang satu jam lagi. Dian, ia sibuk di kamar melipat beberapa baju yang ia cuci pagi tadi. Aku mencoba menawarkan bantuan tapi ia tolak mentah-mentah. Bahkan untuk ikut menemaninya di kamar pun ia ogah.

Dian memang tidak romantis. Mengatakan rindu padaku juga tidak pernah. Padahal di awal kepindahanku ke Kalimantan ia memang agak kurang setuju, dan aku rutin pulang ke Jakarta 4 bulan sekali demi bertemu mereka. Tapi beberapa bulan kemudian ia malah memintaku tak usah terlalu sering pulang. Agar tidak terlalu boros katanya. Aku menurut saja dan akhirnya pulang ke Jakarta hanya di saat ada keperluan penting atau saat lebaran.

Apa kalian memikirkan hubungan seks ku? Ya, aku bisa melakukannya setahun sekali saat aku pulang. Saat anakku masih bayi, ia punya box bayi untuk tidur sendiri.

Dengan Irene, tak pernah terpikir olehku untuk melakukan hal itu. Aku tidak ingin merusak seseorang yang ku sayangi. Brengsek memang, aku menyayangi seorang perempuan selain istriku, tapi ya begitu.

Setelah anakku pulang mengaji kami bertiga pergi ke pusat perbelanjaan untuk bermain di permainan anak-anak. Aku dengan Fira bermain di dalam, Dian mengabadikan momen kami melalui ponselnya.

Sepulang dari bermain, Fira sudah tertidur. Aku mengangkatnya ke ranjang di dalam kamar. Ini pertama kalinya kami tidur bertiga. Dian kini bersiap ganti baju tidur. Sebenarnya aku lelah, tapi kalian tahu kan naluri lelaki melihat istrinya berganti baju di depan mata kalian?

Perlahan aku mendekatinya dan memeluknya tubuhnya yang hanya berbalut bra putih dari belakang. Badannya yang lumayan berisi dan juga payudara yang cukup besar membuat nafsuku memuncak. Ku gerakkan jemariku menelusup ke sela bra-nya. Ia melenguh.

Ku tarik ia ke sisi ranjang yang kosong disebelah Fira. Ku rebahkan tubuhnya selagi membuka penutup payudara itu dan menaruhnya di ujung ranjang. Ia berinisiatif membuka celana dan juga celana dalamnya. Tanpa banyak suara kini aku juga sudah melepaskan celanaku.

Ku lirik Fira sebentar lalu ku tindih Dian dan menciumi bibirnya. Perlahan ku turunkan ciuman ku ke lehernya. Tak lupa kedua tanganku meraih kedua gunung yang sudah menegangkan pucuknya itu. Ku remas dengan cukup keras dan ku pelintir putingnya. Dian mulai menahan napasnya, aku tau dia sudah sangat bernafsu sekarang.

Sekali lagi ku lirik Fira memastikan ia sudah benar-benar lelap barulah ku masukan batangku ke mulut kepuasaan Dian. Ia terpejam dan mengatupkan bibirnya mencoba tak bersuara. Nafasnya terasa berat menahan gejolak nafsunya.

Sesekali ku tarik batangku yang berada di dalam Dian lalu ku hentakkan lebih dalam membuatnya lebih rapat mengatupkan bibirnya. Tangannya meremas ujung sprei menahan dirinya dari berteriak.

Baru saja ingin ku percepat gerakanku, pinggangku malah di tahan oleh tangannya.

"Jangan dicepetin! Nanti goyang, Fira malah kebangun" bisiknya.

Aku pun bingung apa yang harus ku lakukan. Tanpa melepas pautan diri kami, ku ajak ia berdiri dan ku sandarkan dirinya di tembok. Ku angkat kedua kakinya bertopang pada pinggangku, memposisikan tubuhnya agar pas dengan pinggulku. Tak lupa kuhisap gunung kenikmatannya yang tepat di depan wajahku dengan ganas, merasakan puting tegang itu menyentuh lidahku. Dian menutup mulutnya dengan satu tangannya dan satu tangannya lagi di pundakku.

Setelah merasakan posisi yang pas, ku hentakkam pinggulku lebih cepat membuat tubuh gempalnya berguncang. Satu tangan ku menahan bokongnya sambil sesekali ku gerakkan mendekati lubang surgawinya. Yang satunya lagi ku mainkan di payudaranya yang lebih besar dari kepalan tanganku.

Belum puas, ku turunkan ia lalu ku balikkan badannya menghadap tembok. Ku tarik pinggulnya ke belakang sedikit menungging. Lalu dengan cepat ku masukkan lagi penis ku masih belum menyerah ke dalam lubang vaginanya yang sudah sangat basah. Ritme ku pelankan agar ia terbiasa, lalu bertahap ku tambah kecepatannya. Ku tahan pinggulnya lalu ku gerakkan pinggulku cepat. Kurasakan penis ku berdenyut didalam sana, semakin cepat ku hentakkan diriku menghantamnya. Aku menuju klimaks.

Sedetik sebelum aku benar-benar di puncak, wajah Irene muncul begitu saja. Saat itu lah ku keluarkan cairan ku di dalam rahimnya tak bersemangat. Segera ku cabut penisku dan aku masuk ke kamar mandi meninggalkan Dian yang masih lemas bersandar di dinding.

Mengapa aku merasa bersalah pada Irene karna melakukan seks bersama istriku sendiri? Maafkan aku, sayang. Aku tak bisa menahan nafsuku. Maafkan aku.

--------------------------------------------------------

*Irene POV*

Akhirnya aku sampai di kamarku. Pak Donald benar-benar kejam. Kami hanya berdua, saat jam makan siang bukannya berbasa basi mengajakku makan, eh, dia malah memesan makanan untuk dirinya sendiri. Terpaksa aku juga memesan menu lain. Dan kami tak sedikitpun bicara. Mau gila aku rasanya.

Ingin ku ceritakan semuanya pada Ian. Sedang apa ya dia? Ah, mengapa tiba-tiba hatiku sakit? Ada apa ini? Apa yang Ian lakukan sekarang? Apa dia sedang bermesraan dengan istrinya? Pasti! Tak mungkin dia menyia-nyiakan kesempatan untuk melepaskan segala rindu yang tertahan. Toh ia tak pernah melakukan itu dengan wanita lain, apalagi denganku.

Dadaku sakit. Airmata ku menetes. Membayangkan mereka berdua sedang bermesraan saja membuat hatiku remuk. Aku berharap mereka tak berhubungan seks, tapi apa mungkin? Entahlah aku membenci pemikiranku!!!!

-------------------------------

*Maaf sudah bersambung lagi hehee author sibuk beneran deh mau update ini tuh ya ada aja halangannya. Jadi ya telat dikit. Habis ini author gak bakal banyak bacot kok yaaa. Love you all♥♥♥

Etttt jangan lupa di vote, comment dan juga share ke social media kalian yaaaaaa*

Continue Reading

You'll Also Like

5.2M 281K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
350K 31.1K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
717K 139K 46
Reputation [ repยทuยทtaยทtion /หŒrepyษ™หˆtฤSH(ษ™)n/ noun, meaning; the beliefs or opinions that are generally held about someone or something. ] -- Demi me...
2.2M 18.8K 43
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...