Destiny of the Flora [REVISI❤...

By Risennea

283K 16.7K 436

(MASA REVISI SEKALI LAGI) [Fantasi Romance] [Season 1] Calista Angelia Bellvanist kembali ke tempat yang di... More

Mohon Dibaca
Must Read
[TRAILER]
Prolog (REVISI❤️)
1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)
2. Selamat Datang Kembali di 'Neraka' (REVISI❤️)
3. Ingatan (REVISI❤️)
4. Bertemu (REVISI❤️)
5. Hari Baru (REVISI❤️)
6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)
7. Kemarahan Calista (REVISI❤️)
8. Kejadian (REVISI❤️)
9. Kembali (REVISI❤️)
10. Pelukan Hangat (REVISI❤️)
Cast [PART1]
11. Tunangan Pertama? (REVISI❤️)
12. Aku Takut (REVISI❤️)
13. Kesempatan Kedua? (REVISI❤️)
14. Labirin (REVISI❤️)
15. Tolong (REVISI ❤️)
16. Lagi?
17. Hari Pertama
18. Kacau
19. Suara Alam
20. Hukuman
21. Gosip
Cast [PART2]
22. Menjadi Gadis Liar
23. Si Mata Emas
24. Tidak Nyata!
25. Bertemu Lagi
26. Monster
27. Kebenaran
28. Keinginan
29. Terlalu Sayang
30. Bolehkah?
31. Sweet Moment
32. Kabar Buruk
33. Pengkhianat
34. Menyakitkan
35. Pelarian
36. Tidak Butuh Siapa Pun
37. Butuh Kamu
38. Maafkan Aku
39. Beauvais
40. Ibu?
41. Kenapa Aku?
42. Membuang Waktu
43. Serigala Abu-abu
Cast [PART3]
44. Just One Kiss
45. Awal Perang
46. Perang
47. Kehilangan Jiwaku
49. Pengkhianat (2)
50. Membuka Hati (2)
51. Kehilangan Lagi
52. Pilihan yang Sulit
Epilog
Author Note And Question
[Another Story] My Witch Gangster
About Destiny Season

48. Membuka Hati

2.9K 198 2
By Risennea

Semenjak Keane menyatakan perasaannya, Calista kembali seperti biasa. Ia mulai berbicara pada orang-orang, ikut sarapan di meja makan. Dan sesekali memprotes kenapa ia harus memakai gaun.

Semua orang bernapas lega melihat Calista kembali. Ash juga yang paling senang dengan perihal itu. Mereka berencana mengelar pesta pertunangan resmi agar semua orang tahu jika Calista sudah bertunangan dengan Keane.

Hari sebelum H, orang-orang masih sibuk dengan dekorasi yang akan diadakan di aula Gerlian di Gardenia. Dihiasi dengan bunga dan manik-manik. Karena satu minggu setelahnya pernikahan antara Calista dan Keane akan dilangsungkan. Jadi Calista harus terpaksa mencuri-curi waktunya agar masih bisa menikmati harinya seperti dulu.

"Ekhemm," suara deheman itu mengejutkan Calista. Saat gadis itu ingin melompat dari jendela kamarnya. Seolah hal itu adalah kebiasaannya, Calista memang tidak pernah terlihat seperti putri kerajaan lain yang biasanya akan terlihat anggun. Calista menoleh, mendapati Keane sedang berkacak pinggang ke arahnya.

Langsung saja Calista salah tingkah dan mengaruk tekuknya tak gatal. Calista tertangkap basah, seharusnya rencana untuk kabur dari istana itu berjalan mulus. Dan sekarang semuanya berantakan.

"Mencoba kabur, Putri?"

Calista menjauh dari jendela, mencoba menjauhkan dirinya dari segala tuduhan, lalu ia mendekati Keane yang memasang wajah kesal ke arahnya.

"Aku bosan, Keane. Kapan aku bisa keluar dari istana?" ucap Calista cemberut. "Kau harus membawaku keluar dulu, baru setelah itu kau boleh memarahiku,"

"Permintaan macam apa itu?"

Calista mengangkat bahunya, tidak peduli.

"Memangnya kau ingin ke mana?"

"Ingin keluar istana, melihat apa saja di luar sana, aku sudah tidak tahan lagi di sini. Seolah-olah aku adalah burung yang terkurung di dalam sangkar,"

Keane melangkahkan kakinya ke sebuah sofa dan duduk di sana. Sedangkan Calista mulai mengikuti Keane dengan duduk di samping pemuda itu dalam jarak yang cukup dekat.

Beberapa hari ini, mereka memang sering menghabiskan waktu bersama. Jadi, tidak menutupi kemungkinan jika mereka bisa akrab. Keane bahkan sangat terang-terangan menunjukkan ia sungguh-sungguh mencintai Calista. Pernah saat itu, ketika Calista lapar, ia juga tahu jika Keane itu pandai memasak. Saat itu, sekalian saja Calista menyuruh Keane memasak untuknya. Dan Keane tidak menolak sama sekali. Calista ingin tertawa saja, padahal seharusnya seorang pangeran hanya duduk memangku tangan, dan tidak mengurusi apa-apa selain dirinya. Oh, Calista memang pesuruh yang handal, meminta semua orang melakukan keinginannya tanpa menolak.

"Bagaimana jika ayahmu tak mengizinkannmu?" ucapan itu membuyarkan nolstagia Calista beberapa hari yang lalu.

"Jika bersamamu, pasti diizinkan." Calista menyadarkan kepalanya ke lengan Keane. See, Calista tidak bersikap malu setelah melakukan kontak fisik bersama pemuda itu.

Ada beberapa hal yang tak bisa Calista jelaskan, ia nyaman jika berada di samping Keane, bukan berarti ia menerima Keane lebih dari pada ia menerima Niko. Niko juga masih menjadi bayangan Calista saat ia tidak bisa mengendalikan diri.

Calista merasakan tangannya digenggam, hangat dan bertenaga. Lalu gadis itu menoleh ke arah Keane yang menatapnya begitu perhatian. Apa yang bisa Calista harapkan? Ia masih takut untuk jatuh cinta, seperti ia jatuh cinta pada Niko sebagai sahabatnya.

"Kau seharusnya ceritakan sesuatu padaku jika kau masih memikirkan kejadian yang lalu itu? Apa kau masih sering mimpi buruk?" sebelah tangan Keane yang lain, menyentuh sejeruput rambut Calista, memilinnya setelah itu menyelipkan di belakang telinga Calista.

Calista menggeleng. "Aku hanya ingin menghibur diriku sendiri, kau akan membawaku keluar kan?"

Tangan Keane mengacak rambut Calista dengan gemas. "Tidak ada yang keluar di antara kita. Kita tetap di istana. Karena aku tidak ingin terjadi apa-apa untuk pertunangan kita,"

"Lalu..." Calista menjauh dari Keane. Berdiri di hadapan Keane, berkacak pinggang, mulai memasang wajah tidak suka. "Kau tidak akan mengabulkan permintaanku?"

Keane mengangkat bahu. "Bukan begitu, besok adalah hari yang terpenting bagiku, Calista. Entah hal itu penting bagimu. Jadi, tidak akan masalah jika kau tidak keluar hari ini."

"Tidak bisa, kau bilang kau akan menuruti semua permintaanku, Keane. Aku ingin keluar, jika kau tidak mengizinkannya atau pun Raja Aaron tidak mengizinkannya maka aku akan tetap pergi. Sendirian,"

Bibir Keane tersenyum kecil. Ia selalu ingat, Calista dan keras kepalanya memang tak bisa dipisahkan. Gadis itu masih tetap sama setelah hari yang menyedihkan dalam hidupnya. Dan ia mulai melihat Calista tidak sabaran, ia berjalan mondar-mandir di hadapan Keane.

Keane membiarkan Calista melakukannya beberapa saat, setelah itu berkata. "Hei, duduklah dulu," pinta Keane menepuk sofa sampingnya.

"Tidak mau! Turuti dulu permintaanku,"

Keane menghela napas. "Oke-oke, kita tetap tidak akan keluar, Calista." lalu Keane berdiri menghampiri Calista, langsung merangkul gadis itu. "Aku akan menghiburmu agar tidak bosan,"

"Menghiburku?" cibir Calista. "Seperti apa?"

"Ikut saja," lalu Keane mengajak Calista keluar dari kamar Calista dan menuntun gadis itu pergi sebuah ruangan, yang di dalamnya terdapat sebuah piano dan alat musik lainnya.

Keane duduk di bangku piano yang lebih lebar dari biasanya, Calista yang melihat itu menaikkan sebelah alisnya, sebelum akhirnya bertanya.

"Kau akan menghiburku dengan bermain piano? Aku benar-benar tidak ingin mendengar bunyi itu, Keane. Aku hanya ingin keluar dari istana,"

"Benarkah? Ayo duduk dulu," Keane tersenyum.

Dengan malas, Calista mendekati Keane. Ia duduk membelakangi Keane. Saat jemari pemuda itu mulai menekan tuts piano, Calista mulai menyandarkan punggungnya ke punggung Keane dan mulai menutup mata.

Keane membawa sebuah lagu sedih yang menghayat hati siapa pun. Saat itu pikiran Calista mulai ke mana mana, mengingat ibunya yang ternyata bukan manusia, dan hal itu juga berpengaruh pada dirinya, permata yang seharusnya bukan miliknya malah mengendalikan dirinya, Martha yang pergi jauh darinya, Niko meninggalkannya. Apa nanti Keane akan meninggalkannya?

Alunan yang sangat indah itu, membuat bibir Calista bersenandung kecil, tubuhnya semakin bertumpu pada Keane. Namun, Keane sepertinya tidak mempermasalahkan hal itu. Lalu alunan itu berubah cepat, tapi tetap terkendali. Saat Keane mengakhiri lagu itu, pemuda itu berbalik, membuat Calista kembali bertahan pada tumpuannya sendiri.

Elusan di puncuk kepala Calista, membuat gadis itu enggan membuka mata. Calista hanya sedang belajar membuka hatinya untuk Keane.

"Jadi, apa aku berhasil menghiburmu?"

Calista bisa merasakan napas Keane terlalu dekat dengannya, bau Keane yang seperti apel benar-benar memabukkan, membuat jantung Calista berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Dan Calista terlalu malu untuk membuka mata, ia takut bertindak yang membuatnya hilang kendali. Misalnya saja ia akan bersikap manja, meminta pelukan dan ciuman dari Keane. Dan Calista tidak ingin hal itu terjadi.

"Hmm," Calista bergumam, menjawab pertanyaan Keane.

Calista tahu saat Keane menjauh darinya, yang sepertinya berdiri di hadapannya. Membuat Calista sontak membuka mata, saat mendapati Keane akan keluar dari ruangan tanpa berkata apa-apa padanya.

"Mau ke mana?" tanya Calista, lalu gadis itu merenggangkan lengannya ke atas, merasa tubuhnya pegal.

"Aku akan mengambil makanan, kita akan makan di sini."

Calista mengernyitkan dahinya. "Kau bisa meminta Liona untuk mengambilnya, tak perlu melakukannya sendiri."

"Tak apa-apa," Keane kembali berjalan ke arah Calista, ia mengacak rambut gadis itu sambil tersenyum manis. "Aku hanya ingin melakukannya untukmu,"

Calista memilih bungkam begitu melihat Keane akhirnya keluar. Gadis itu menghembuskan napasnya panjang, ia menyentuh dadanya tepat di jantungnya yang berdetak kencang. Keane benar-benar tak baik untuk kesehatan. Bisa Calista rasakan pipinya memanas.

"Sialan," bibirnya mengumpat. "Aku tidak boleh jatuh cinta padanya,"

Waktu terlewatkan begitu cepat, Calista sudah dua jam menunggu Keane, dan pemuda itu belum kembali. Bisa Calista rasakan perutnya mulai lapar, berkoar-koar minta diisi.

Dan sebaiknya Calista menyusul saja,
Namun, saat tangannya ingin meraih gagang pintu, ia dapat mendengar suara lelaki yang berbicara dengan seorang perempuan. Ia menempelkan daun telinga ke pintu dan mulai mendengar percakapan yang cukup jelas.

"Kapan kau akan mengakhiri semua ini?" suara perempuan itu terdengar sangat jelas.

"Secepatnya," suara lelaki itu mirip dengan Keane.

Setelah itu, Calista tidak dapat mendengar dengan jelas lagi. Hanya bisikan. Calista menjauh dari sana, memikirkan apa yang harus diakhiri? Kenapa di saat Calista mulai membuka hatinya, ia mulai kembali meragukan kepercayaannya untuk Keane.

Pintu menderit terbuka, Calista dengan cepat mengambil posisi, seakan ia menyentuh tuts piano seperti ingin memainkannya. Ia menoleh, melihat Keane mendorong troli yang berisikan banyak makanan. Lelaki itu tersenyum, berarti yang berbicara di depan pintu tadi, sungguhan Keane.

Calista memilih duduk di sofa yang cukup jauh dari piano, dan Keane mengikutinya.

"Apa kau menunggu sangat lama?" Keane meraih kue coklat yang terlihat sangat indah, dengan krim yang membalut kue itu. Dan memberinya kepada Calista.

Calista menerimanya. "Cukup lama,"

"Aku membuat sendiri kue ini untukmu, dan berbagai hidangan yang lain,"

"Apa tidak ada yang membantumu? Kenapa kau repot-repot sekali membuatnya untukku?"

Keane duduk di samping Calista, ia memberi sendok kecil pada gadis itu. "Aku tidak meminta bantuan siapa pun,"

Calista mengernyitkan keningnya. Ia mulai ragu dan penasaran siapa wanita yang berbicara dengan Keane. "Apa tidak ada yang menemanimu atau membantumu membawa troli tadi?"

Keane menggeleng, lalu meraih piring di tangan Calista, ia menyedok kue itu dan memberikannya pada Calista. Calista tidak menolak, ia membuka mulutnya merasakan lelehan krim itu melebur di dalam mulutnya. Enak. Calista menerima semua suapan dari Keane yang terlihat sangat senang jika Calista tidak menolak.

Calista menatap Keane lekat. Satu hal yang ingin Calista tahu, kenapa Keane harus berbohong padanya?

*****

Malam itu, Calista merasa ia perlu bertemu dengan Keane. Seperti ia harus mengungkapkan ia belum siap bertunangan resmi di depan banyak orang, sebelum pertunangan mereka besok. Ia berjalan ke koridor tempat di mana Keane menempati kamarnya di istana Gardenia.

Namun, saat Calista melewati sebuah lorong, ada ruangan yang terdengar bunyi-bunyi aneh. Calista berhenti, bunyi aneh itu berasal dari perpustakaan yang pintunya bahkan terbuka dengan lebar. Penasaran, Calista mendekat. Di antara kegelapan, ia bisa melihat ada siluet dua bayangan yang terlihat dekat. Begitu Calista mendengar suara aneh itu yang ternyata suara desahan. Sontak membuat Calista mual. Calista seperti tahu apa yang dilakukan kedua orang itu. Bisa saja kedua orang itu adalah para bangsawan yang baru remaja nakal, yang kadang tidak bisa menahan hasrat mereka, dan mereka akan berciuman di tempat mana saja.

Dua orang yang saling berciuman itu, menyentuh lebih dalam. Hal itu membuat bulu kuduk Calista meremang. Ia berbalik dengan cepat. Pandangan itu sangat berdosa dan akhirnya Calista memilih kembali berjalan kamarnya.

Ia akan menganggap tidak pernah melihat kejadian itu.

Ia menunda bertemu dengan Keane.

Besok jika ada yang melakukan hal itu malam-malam di pustaka kerajaan, maka Calista akan melapor agar orang itu tidak boleh tinggal lagi di istana.


Tbc.... 

Continue Reading

You'll Also Like

361K 946 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
193K 12.4K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
543K 43K 40
#1 Cinta, selalu ada kisah tentang air mata. Dan kisah yang ini selalu sama dengan novel-novel romance yang pernah kalian baca, selalu sama, dan sela...
214K 15.5K 30
Micheal, pangeran dari Kerajaan yang tak pernah terkalahkan. Mereka mempertahankan reputasi sesuai dengan namanya, DeGreat. Setiap kali mereka mereka...