Destiny of the Flora [REVISI❤...

By Risennea

283K 16.7K 436

(MASA REVISI SEKALI LAGI) [Fantasi Romance] [Season 1] Calista Angelia Bellvanist kembali ke tempat yang di... More

Mohon Dibaca
Must Read
[TRAILER]
Prolog (REVISI❤️)
1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)
2. Selamat Datang Kembali di 'Neraka' (REVISI❤️)
3. Ingatan (REVISI❤️)
4. Bertemu (REVISI❤️)
5. Hari Baru (REVISI❤️)
6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)
7. Kemarahan Calista (REVISI❤️)
8. Kejadian (REVISI❤️)
9. Kembali (REVISI❤️)
10. Pelukan Hangat (REVISI❤️)
Cast [PART1]
11. Tunangan Pertama? (REVISI❤️)
12. Aku Takut (REVISI❤️)
13. Kesempatan Kedua? (REVISI❤️)
14. Labirin (REVISI❤️)
15. Tolong (REVISI ❤️)
16. Lagi?
17. Hari Pertama
18. Kacau
19. Suara Alam
20. Hukuman
21. Gosip
Cast [PART2]
22. Menjadi Gadis Liar
23. Si Mata Emas
24. Tidak Nyata!
25. Bertemu Lagi
26. Monster
27. Kebenaran
28. Keinginan
29. Terlalu Sayang
30. Bolehkah?
31. Sweet Moment
32. Kabar Buruk
33. Pengkhianat
34. Menyakitkan
35. Pelarian
36. Tidak Butuh Siapa Pun
37. Butuh Kamu
38. Maafkan Aku
39. Beauvais
40. Ibu?
41. Kenapa Aku?
42. Membuang Waktu
43. Serigala Abu-abu
Cast [PART3]
44. Just One Kiss
45. Awal Perang
47. Kehilangan Jiwaku
48. Membuka Hati
49. Pengkhianat (2)
50. Membuka Hati (2)
51. Kehilangan Lagi
52. Pilihan yang Sulit
Epilog
Author Note And Question
[Another Story] My Witch Gangster
About Destiny Season

46. Perang

2.8K 213 0
By Risennea

Detik di mana perang bermula. Mereka berlari, menerjang ke arah musuh mereka. Saling menyerang, menghindar dari lawannya. Saat itu kekacauan tak dapat dihindari lagi. Tujuan perang ini adalah menang, yang kalah akan menjadi pengecut yang akan dipermalukan.

Puluhan panah melayang ke udara, menancap pada dada musuh, tombak juga ikut melayang mendarat pada tubuh dan tanah. Kerajaan Gardenia tidak berhenti sampai di situ. Mereka menyerang dengan pedang satu tembasan yang membuat lawan rubuh di tanah. Raja Aaron yang masih berada di atas bukit belum turun tangan, karena ia menanti Raja Renan agar mereka berduet satu sama lain dengan adil. Raja Renan yang berada di seberang sana tengah menyeringai jahat. Memang pasukan Gardenia kalah jumlah dari pasukan Swqeuin yang meminta dua kerajaan lainnya untuk terlibat, Kerajaan Ansorena dan Kerajaan Tourmaline. Mereka tidak tanggung-tanggung dengan persedian senjata mereka. Mereka melepaskan meriam secara bersamaan dan membuat para prajurit Gardenia kewalahan. Menyerang dengan babibuta. Tanpa belah kasihan.

Calista yang melihat semua kejadian itu langsung turun dari atas bukit, bersama Mitzi. Ia memang pergi dengan serigala itu, Maurietta yang mengizinkannya membawanya. Maurietta juga mengirimkan beberapa pasukan yang akan membantu kerajaannya. Saat ia memberi perintah untuk menyerang, pasukan berkuda putih itu-pasukan utusan Maurietta - turun dan langsung menyerang musuh. Sebelumnya Calista sudah mengatakan harus bertarunng selayaknya manusia, tanpa sihir atau kekuatan.

Calista menghela napas, menatap kekacauan yang tak ada habisnya. "Ayo Mitzi, kita habisi mereka semua."

Selanjutnya Calista ikut turun ke medan perang.

Di berbagai sisi, Keane menyadari ada pasukan lain yang masuk ke pertempuran, ia juga tidak bisa menebak apa itu teman atau lawan. Begitu juga dengan Raja Aaron, Raja Renan, Niko, Ethan dan Nathan yang menyadari hal itu.

Namun, saat pasukan serba putih itu, membunuh pasukan kerajaan Swqeuin dan kerajaan sekutunya. Hal itu membuat pasukan kerajaan Gardenia mengerti siapa musuh ataupun teman.

Keane adalah orang pertama yang menyadari ada seorang dari pasukan putih itu yang mengenakan pakaian serba hitam, seseorang yang menunggangi jenis serigala yang langka. Matanya terus saja terfokus pada wajah orang itu, hingga tudung orang itu tersibak oleh angin. Ternyata seorang wanita yang dengan gagahnya menyayat leher lawan begitu cepatnya hingga meninggalkan di detik selanjutnya. Seakan ada firasat ada yang memandangi wanita itu, wanita itu menoleh dan Keane dapat melihat dengan sangat jelas Calista ada di sana. Mengotori tangannya dengan darah, membunuh musuh tanpa gentar dan hal itu membuat Keane juga ikut turun ke medan perang.

Disusul dengan Niko, Ethan dan Nathan yang menghabisi lawan setiap mereka melintasi lawan. Kekacauan itu tidak pernah berhenti. Puluhan panah tak ada habisnya kembali diluncurkan dari sisi Gardenia juga Swqeuin. Pelemparan batu yang sangat panas dari dua kubu lawan secara bersamaan membuat pasukan Gardenia maupun Swqeuin kewalahan dan mati saat itu juga.

Keane beberapa meter lagi hampir tiba ke tempat Calista. Ia berjuang keras untuk mendekati gadis itu, yang berani sekali membuat Keane hilang akal ketika beberapa waktu lalu latihan perang. Dan Keane semakin tidak menyangka Calista juga ikut berperang. Bagaimana jika nanti gadis itu terluka atau pun mati?

Keane sudah tidak peduli lagi jika ada beberapa prajurit musuh menebasnya yang beruntung ia tahan dengan cepat.

Niko yang berada tak jauh dari Keane terlihat sibuk dengan lima orang yang mengepungnya dengan bersamaan, beruntung ia mahir menghindar. Dan dalam sekejap lima orang itu mati tak tersisa.

Ethan dan Nathan, mereka juga sibuk dengan musuh mereka. Melakukan lebih kejam dari kepribadian mereka. Menusuk, menyayat dengan cepat lalu menusuk lagi seakan haus akan darah layaknya psikopat.

"Calie!" panggilan nama itu membuat Calista gagal fokus, hampir saja sebilah besi memutuskan lehernya jika ia tidak menunduk. Lalu saat itu juga Mitzi menyerang prajurit yang berkuda dengan kedua kakinya. Membuat prajurit itu terpental di tanah.

Semunya berjuang. Hidup dan mati dengan nyawa sebagai taruhannya. Raungan kepiluan menjadi lagu mengerikan. Suara kesakitan, disiksa terdengar begitu mengerikan baik itu dari Gardenia ataupun dari Swqeuin.

Mata Calista menyapu ke sekeliling tempat. Peluh mengalir di keningnya, napasnya tersenggal-senggal saat ia belum turun dari punggung Mitzi. Matanya terbelalak melihat Keane kini menunggangi kuda dengan cepat, menghampirinya. Saat itu Calista ingin menghindari, sebisa mungkin ia menghindari. Namun, Keane mengejarnya, begitu cepat hingga berhenti di hadapannya.

Napas lelaki itu sama terengah-engahnya dengannya. "Apa yang kau lakukan di sini, Calista?" Keane berteriak. Suaranya terendam dalam kegaduhan perang, namun Calista tahu apa yang sedang Keane katakan.

Calista menelan salivanya. Mustahil baginya jika menghindar. Jadinya Calista memerintah Mitzi berjalan lebih dekat dengan kuda Keane. Seorang prajurit musuh menyerangnya dengan cepat, namun kalah cepat dengan Calista saat ia tahu gerakan itu tak segan-segan ia menusukkan pedangnya menembus jantung lawan.

"Kenapa kau juga ikut berperang?" tanya Keane sekali lagi, saat Calista akhirnya tiba di sampingnya.

Walaupun wajah Calista terlihat sama di mata Keane, lelaki itu sempat meragu melihat Calista mengubah warna rambut dan matanya.

"Kau Calista kan?" tanya Keane memastikan.

Calista mengangguk, ia berpaling ke belakang begitu merasa ada pergerakan di belakangnya. Dan benar, lalu ia membunuh lawan tanpa ragu.

"Kenapa bertanya?" Calista berujar dengan kesinisan seperti biasa.

"Kau seharusnya tak perlu ikut berperang. Tidak perlu mengotori tanganmu. Cukup aku. Lebih baik pulang sekarang juga sebelum aku marah!"

Walau Calista tidak dapat mengindahkan wajah Keane tampak lebih gagah dari biasanya, dan ia terlihat semakin tampan. "Aku tidak peduli pendapatmu, Keane. Aku ditakdirkan untuk selalu membunuh orang. Suka ataupun tidak. Itulah aku."

Keane turun dari kudanya, saat berjalan menghampiri Calista. Ia juga sempat menebas lawan yang ingin membunuhnya. Ia mengenggam tangan Calista, begitu tiba di sana. "Kau harus pulang, Calista. Jangan mengambil resiko. Aku hanya tidak ingin kau terluka."

Calista memandang dengan pandangan tak mengerti. Tangan Keane menyelipkan rambut hitamnya ke belakang telinganya. Menghapus keringat di kening Calista dengan lembut. "Aku khawatir kau terluka, bisakah kau berhenti membuatku khawatir? Aku ingin kau kembali ke istana."

Sebelum Calista menjawab, ada prajurit yang ingin mencelakai Keane dengan cepat Calista mengambil belati dan melemparnya dengan cepat. Begitu tragis karena belati itu menancap di kening si prajurit, dan langsung rubuh ke tanah. Calista belum menjawab, ia mengulurkan tangannya ke arah Keane. Menyuruh Keane menunggangi Mitzi bersamanya.

"Kau harus pulang," Keane berkata.

"Aku tidak bisa. Perang ini adalah tempatku membalas kekesalan pada Raja Swqeuin."

Setelah itu Keane tak menjawab lagi. Calista membawa Mitzi menghampiri Niko yang juga sibuk dengan lawan. Calista melompat dari Mitzi sesaat sebelum serigala itu berhenti, membuat Keane cemas melihatnya. Saat itu juga perang seakan menjadi jiwanya, Calista menyerang dengan cepat, berputar seraya menebas semua lawan yang berada di dekatnya, menodong pedang hingga menusuk ke bagian vital yang sulit diobati. Begitu puluhan prajurit jatuh, Calista menghampiri Niko, yang sepertinya sudah kesulitan menarik napasnya. Tangan Calista menyentuh bahu Niko yang tersentak mengangkat senjatanya, beruntung ia belum menodong senjata itu pada Calista jika tidak Calista bisa marah dan menghukumnya.

"Calista?" bahkan sepertinya Niko lupa sopan santun terhadap majikannya. Calista tidak menjawab.

Tangannya malah membersihkan peluh di kening Niko dengan perhatian. Keane yang melihat tindakan Calista, terpaku seolah ia baru sadar Calista tidak pernah memperlakukannya seperti itu.

"Kau baik-baik saja?" kini tangan Calista berada di sisi wajah Niko yang lebih tinggi darinya. "Kau terluka?" jemari gadis itu menyentuh goresan di pipi Niko cukup dalam dan berdarah.

"Calista? Kenapa kau berada di sini? Bagaimana bisa kau tahu jika kerajaan berperang dan kenapa kau tidak mengabariku kau pergi ke mana?" sederet ocehan Niko membuat Calista menarik bibir, ia tersenyum.

"Aku senang kau khawatir, dan lebih senang lagi kau mengubah gaya bicaramu padaku,"

Seketika tubuh Niko menegang. Astaga. Ia lupa bersikap sopan. "Ampuni ham-"

"Tak perlu Niko, jika itu kau aku tidak masalah." Lalu Calista tersenyum kecil.

Niko terlalu syok dengan sikap Calista, bahkan lelaki itu merasakan Calista mulai mendekatinya dan memeluknya dengan erat. Seolah sangat merindukannya. Niko hanya tidak berani membalas pelukan Calista karena ia tidak pantas apalagi gadis itu memelukknya di depan tunangannya sendiri.

Seorang prajurit lawan menghampiri Calista dan Niko yang tengah berpelukan di tengah perang. Prajurit itu membawa pedang yang akan ditusukkan ke Calista. Namun, dengan cepat Niko yang melihat, menangkis serangan itu dan menyerang kembali. Hingga prajurit itu terpental ke tanah.

"Kita harus pergi," ucap Calista sambil melepaskan pelukannya. Ia meminta agar Keane turun dari Mitzi lalu Calista membisikkan sesuatu hingga hewan itu melolong dengan keras. Dan menerjang siapa saja yang menghalangi langkah mereka.

Raja Aaron dan Raja Renan mereka bertarung dengan adil. Jika prajurit melawan prajurit maka raja harus melawan raja di atas bukit. Dengan ribuan prajurit yang berkelahi di bawah sana tak membuat kedua raja itu gentar karena kalah.

Mereka saling berhadapan, dengan beberapa pengawalnya yang menjaga tempat itu dengan ketat.

Lalu tawa Raja Renan terdengar mencemooh Raja Aaron. "Seharusnya kau tak perlu menerima perang ini, tua bangkai! Kau seharusnya menyerahkan Putri kecil pengkhianatmu padaku,"

"Brengsek kau Renan!" Maki Raja Aaron. "Di mana kau sembunyikan putriku?"

"Putrimu tidak ada padaku, jadi aku tak bertanggung jawab atasnya. Justru aku mengadakan perang ini karena aku ingin memiliki putrimu bukan yang lain, aku ingin gadis itu sekarang."

"Kau kira dia ada padaku? Kau salah! Aku yang mengira kau sengaja menyembunyikannya dariku. Di mana dia?!" Raja Aaron sudah sangat emosi.

Raja Renan malah tertawa dengan keras. "Ternyata putrimu itu hebat juga, bisa membuatku berpikir dia ada padamu dan dia ada padaku. Sekarang karena kita sama-sama tidak tahu di mana gadis itu. Maka kita harus bertarung demi titik darah penghabisan. Perang akan berhenti jika ada yang mati di lingkaran ini."

Raja Renan meminta salah satu pengawalnya membuat lingkaran dengan sebilah ranting yang mengelilingi mereka. "Jika salah satu di antara kita keluar dari sini. Maka orang itu dinyatakan kalah dan harus dipermalukan."

"Memang kau pikir aku takut? Tidak Renan! Anak muda sepertimu terlalu naif. Jadi baiklah, kita mulai sekarang."

Secepat kilat pedang beradu dengan pedang. Mereka menahan tekanan pedang satu sama lain, bertahan adalah posisi yang paling menguntungkan. Mereka kembali menyerang dengan hasrat harus ada yang mati di antara mereka. Raja Aaron menangkis serangan Raja Renan, saat bilah pedang milik Raja Renan hampir mengenainya jantungnya. Lalu Raja Aaron juga ikut menyerang, dengan begitu cepat. Ke kanan dan kiri dan berputar hingga menyudutkan Raja Renan yang hampir menyentuh batas lingkaran. Tak sampai di situ saja, Raja Renan juga ikut membalas tindakan Raja Aaron.

Di sisi lain, Calista tahu ayahnya dan raja sialan itu sedang bertarung dengan adil. Tapi Calista tidak dapat menahan dirinya agar tak mendatangi tempat itu. Pada dasarnya di perang kali ini Calista setidaknya bisa menyelakai atau membunuh Raja Renan hingga mati. Jadi ... setidaknya satu dendam hilang. Calista mengajak Niko dan Keane untuk ikut bersamanya. Mereka mengatakan akan melindungi Calista dari depan dan belakang. Setiap jalan yang mereka lalui, ada saja rintangan yang harus mereka lewati. Para prajurit musuh selalu menodongkan senjata mereka dan hal itu membuat mereka menghabiskan terlalu banyak waktu. Hingga mereka akhirnya tiba di tempat pertandingan sesama Raja.

"Renan!" seru Calista menghentikan serangan Raja Renan saat ingin menyerang Raja Aaron. Kondisi mereka benar-benar buruk, darah mengalir di antara mulut mereka. Ada tusukan di lengan, dan kaki mereka yang membuat suasana semakin menegangkan.

Tergopoh-gopoh Calista berlari menghampiri tempat itu. "Hentikan semua ini!"

Raja Renan dan Raja Aaron, mereka sama-sama terkejut dengan kehadiran Calista. Mereka memperbaiki posisi berdiri mereka yang hampir tumbang. Begitu Calista tiba di sana, gadis itu hampir saja melangkahkan kakinya ke lingkaran pertarungan jika pengawal Swqeuin tidak menahan lengannya.

"Jangan coba-coba untuk masuk, Putri. Jika kau masuk, kau yang harus mati mengantikan posisi ayah tercintamu," cibir Raja Renan. "Aku masih membutuhkanmu untuk jadi istri binalku, agar aku selalu merasa puas. Dan aku juga belum selesai dengan calon mertuaku,"

Mendengar itu, Raja Aaron menggeram marah. "Kau tidak akan pernah mendapatkan putriku. Dan kau tidak akan pernah menjadi menantuku!"

"Kau seharusnya sadar umurmu, Aaron. Kau sudah tua, dan tak memerlukan lagi sebuah kerajaan. Jadi, di tanganku kerajaanmu akan menjadi kerajaaan yang paling aman dan damai."

"Omong kosong!!" maki Calista. "Lepaskan aku," Calista bisa merasakan ada tiga pengawal yang berbadan besar menahan tubuhnya. Ia memberontak dengan keras namun kekuatan ketiga orang itu seakan setara dengan gajah.

Tak tinggal diam saja, Keane yang berada di sana. Ikut menyerang para pengawal Swqeuin, dan ternyata begitu pandai menahan serangannya.

"Dengar, Pangeran,"ucap Raja Renan menghentikan serangan Keane. "Kau seharusnya tak perlu ikut campur. Karena apa pun yang terjadi, perang ini hanya akan berhenti jika ada yang mati di lingkaran pertarungan ini."

Sontak, Calista, Keane juga Niko baru sadar ada lingkaran yang terbuat dari tanah yang cukup besar. Pikiran mereka memproses dengan pelan. Berarti perang tak akan berhenti jika tidak ada yang mati.

"Kalian pasti sudah mengerti. Itu sebabnya akan lebih baik jika kalian diam, dan mengamati. Bagaimana salah satu dari kami mati di depan mata kalian," ucap Raja Renan.

"Pengecut! Perjanjian seperti apa itu!? Untuk apa yang menginginkan semua ini, sialan! Kau hanya membuang waktumu!"

"Tidak Putri, aku senang berperang, karena itu menjadikan diriku terlihat sangat perkasa. Coba lihat mereka di bawah sana. Berjuang untuk kerajaannya, lalu kesakitan saat mereka tidak bisa menyelamatkan diri mereka. Bahkan mati tanpa mereka sempat cegah."

Calista menoleh ke arah bawah bukit, prajurit Gardenia juga Fairfaick masih bertahan, tapi mereka hampir kalah jumlah.

"Sepertinya aku sudah membuang banyak waktu,"

Setelah berkata begitu Raja Renan langsung menyerang. Membuat Raja Aaron belum siap menerima serangan darinya. Calista berteriak melihat itu, emosi yang tak bisa membuatnya menahan diri, membuat mantra yang dibuatnya pada rambut dan mata berubah seperti semula. Ia memberontak dengan keras, Niko bahkan mulai menyerang para penjaga Swqeuin yang menghalangi.

Ada beberapa penjaga yang yang bahkan tak bergerak sama sekali. Mereka adalah pengawal yang mengelilingi lingkaran pertarungan, baik itu dari Gardenia ataupun dari Swqeuin.

Niko hampir berhasil menerobos hingga lingkaran pertarungan. Keane yang membantunya. Sebenarnya tempat pertarungan Keane adalah di bawah sana bersama prajuritnya, ia yang memimpin pasukan dari Fairfaick, namun saat ia bertemu Calista ia menyerahkan tugasnya pada kakak ketiga.

Pedang Raja Renan tak ragu menyayat lengan Raja Aaron dengan dalam, sampai Raja Aaron harus menahan pekikannya.
Merasa menemukan celah, saat itu Raja Renan berpikir, ia memiliki peluang membunuh Raja Aaron. Ia menerjang, menghunuskan pedang ke arah Raja Aaron yang menahan sakitnya.

Lalu pedangnya menusuk tepat seseorang masuk ke dalam lingkaran, mengantikan posisi Raja Aaron.





Tbc....

Continue Reading

You'll Also Like

If You Love Me (End) By

Historical Fiction

71.5K 3.9K 36
DI TULIS SEBELUM SAYA MEMAHAMI KAIDAH PENULISAN YANG BENAR Aku tak tahu keinginan ku menjadi tabib kerajaan membawaku ke kisah cinta yang rumit seper...
137K 33.5K 27
[Sekuel 'Romeo, Take Me!'] Dipecat tanpa alasan dari perusahaan lama, kemudian berakhir dengan menjadi sekretaris pribadi CEO Grup Lucero, dan satu-s...
661K 39.9K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
3.7M 359K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...