Destiny of the Flora [REVISI❤...

By Risennea

283K 16.7K 436

(MASA REVISI SEKALI LAGI) [Fantasi Romance] [Season 1] Calista Angelia Bellvanist kembali ke tempat yang di... More

Mohon Dibaca
Must Read
[TRAILER]
Prolog (REVISI❤️)
1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)
2. Selamat Datang Kembali di 'Neraka' (REVISI❤️)
3. Ingatan (REVISI❤️)
4. Bertemu (REVISI❤️)
5. Hari Baru (REVISI❤️)
6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)
7. Kemarahan Calista (REVISI❤️)
8. Kejadian (REVISI❤️)
9. Kembali (REVISI❤️)
10. Pelukan Hangat (REVISI❤️)
Cast [PART1]
11. Tunangan Pertama? (REVISI❤️)
12. Aku Takut (REVISI❤️)
13. Kesempatan Kedua? (REVISI❤️)
14. Labirin (REVISI❤️)
15. Tolong (REVISI ❤️)
16. Lagi?
17. Hari Pertama
18. Kacau
19. Suara Alam
20. Hukuman
21. Gosip
Cast [PART2]
22. Menjadi Gadis Liar
23. Si Mata Emas
24. Tidak Nyata!
25. Bertemu Lagi
26. Monster
27. Kebenaran
28. Keinginan
29. Terlalu Sayang
30. Bolehkah?
31. Sweet Moment
32. Kabar Buruk
33. Pengkhianat
34. Menyakitkan
35. Pelarian
36. Tidak Butuh Siapa Pun
37. Butuh Kamu
38. Maafkan Aku
40. Ibu?
41. Kenapa Aku?
42. Membuang Waktu
43. Serigala Abu-abu
Cast [PART3]
44. Just One Kiss
45. Awal Perang
46. Perang
47. Kehilangan Jiwaku
48. Membuka Hati
49. Pengkhianat (2)
50. Membuka Hati (2)
51. Kehilangan Lagi
52. Pilihan yang Sulit
Epilog
Author Note And Question
[Another Story] My Witch Gangster
About Destiny Season

39. Beauvais

3K 211 0
By Risennea

"Siapa kalian?"

Kedua orang itu berbalik lalu menatap Calista. Calista menurunkan belatinya. Calista mengamati dua wajah yang terasa familiar, ia berpikir dengan keras sampai akhirnya Calista ingat. Dua orang itu adalah orang yang pernah menolongnya di hutan sebelum Al datang, dan Calista lupa nama mereka.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Bagaimana bisa kalian berada di sini? Apa kalian mengikutiku?" tanya Calista dengan beruntun.

Salah satu dari mereka mendekat, dan perempuan itu memperkenalkan dirinya. "Aku Tzevi dan dia sepupuku Samcha. Kami tahu anda ingin bertanya banyak. Kami bisa menjelaskannya nanti dan kami punya alasan. Tapi hal yang paling penting sekarang adalah kami ingin, anda ikut dengan kami, Putri."

Calista mengerutkan keningnya. "Untuk apa?"

"Ada sesuatu yang amat sangat penting yang harus anda tahu dan anda harus ikut dengan kami," bujuk Tzevi.

"Tidak," tolak Calista tanpa berpikir.

"Kami tahu, anda sedang berpikir untuk terlepas dari genggaman Raja Trois. Jika anda ikut dengan kami, kami bisa menjamin anda akan aman," tiba-tiba gadis yang bernama Samcha ikut bicara.

Calista terkejut, ia tidak pernah mengatakan pada siapa pun jika ia memang ingin kabur dari Al. Apa gadis itu bisa membaca pikirannya?

"Kalau anda berpikir jika aku bisa membaca pikiran. Itu salah. Aku hanya bisa melihat masa lalu dan merasakan energi kehidupan. Aku selalu tahu, apa yang telah terlewatkan di suatu tempat. Kami harap anda mau berpikir, Putri."

Calista terdiam sangat lama. Memang dua perempuan ini pernah menolongnya, tetapi ... bayangan wajah Al terlintas di kepalanya saat Al menyakitinya ... itu lebih mengerikan dari ia berpikir ikut orang tidak dikenal. Calista juga ingin kabur dari Al. Jika Calista ikut, takdir pasti ikut berubah bahwa dirinya tak ditakdirkan begitu malang. Jika Calista tidak pergi ia pasti menjadi Calista yang malang.

"Aku tidak peduli apa yang sangat penting sehingga kau menyuruhku mengikutimu. Aku akan ikut dengan kalian, tapi ... aku meminta jaminan kalian harus melindungiku dan menjauhkanku dari Al," ucap Calista tak terbantah.

"Tentu saja, tugas kami melindungi anda," jawab Tzevi.

"Baiklah, kalau begitu kita pergi sekarang." Ucap Samcha.

"Pergi dari sini adalah mustahil. Bagaimana caranya?" tanya Calista.

Senyuman itu terlihat di kedua bibir perempuan itu, Tzevi mengeluarkan sesuatu dan melemparnya ke luar balkon. Seketika itu sinar hijau muncul seperti sebuah lorong, dan berputar. Calista memandang itu dengan tak percaya, sesuatu yang tak pernah ia bayangkan dalam hidupnya ia lihat dengan mata kepalannya sendiri. Harus Calista akui, dirinya termasuk orang-orang yang tak begitu percaya jika sihir itu ada, sesuatu yang tak mungkin terjadi. Namun, setelah melihat keajaiban atau mungkin Calista bisa menyebutnya keanehan terjadi saat ia mengenal Al, awalnya ia kira ia akan terbiasa dengan ketakjuban tapi keanehan dari sihir itu selalu bisa membuatnya kagum.

"Ayo, Putri. Aku akan masuk terakhir."

Calista bahkan tak sadar jika Samcha tak ada di sana lagi. Tangan Tzevi menarik Calista menaiki pagar balkon, Calista masih terlalu takjub. Saat tubuhnya didorong ia tidak sempat berteriak, karena suara teriakannya membisu dalam terowongan itu. Sekilas yang bisa Calista lihat, Tzevi melemparkan serbuk aneh lalu masuk dan lorong hijau itu menutup.

*****

Selama satu setengah jam lebih, Al kembali ke kerajaan Trois. Daging rusa betina yang Calista minta sudah ia hidangkan dengan layak. Al tidak dapat menahan senyumannya jika berpikir bagaimana ekspresi senang Calista saat memakan dagingnya. Apa lahap atau tidak.

Al mendorong troli dan ia mulai membuka pintu. Saat melihat Calista tidak ada di ranjangnya, Al pikir Calista berada dalam kamar mandi. Al sibuk memikirkan apa Calista menunggunya terlalu lama atau tidak. Tapi semakin Al menanti Calista keluar dari kamar mandi, firasatnya tidak enak. Seketika itu ia mengunakan insting iblisnya untuk mencari keberadaan gadis itu. Dan Al tidak menemukan tanda-tanda Calista di sekitarnya, tangannya menyentuh setiap benda mencoba mencari kebenaran apa Calista kabur atau diculik. Namun, Al tidak menemukan apa-apa, semuanya terasa blur. Al menutup matanya mencoba konsentrasi dan tetap saja semuanya buram.

Seketika itu Al marah. Lelaki itu melemparkan troli yang ia bawa dengan murka, tak peduli itu untuk Calista. Menghentakkan tangannya menyebabkan benda-benda berantakan dari tempatnya, buku terjatuh dan angin di luar sana berhembus disertai kilatan petir yang bersahutan.

Jelas, Al sangat murka. Ia yakin Calista diculik, karena ia tahu sekalipun gadis itu berpikir untuk kabur, Al telah menyiapkan penjaga di seluruh pintu keluar. Rahang Al mengeras, urat-urat menonjol menunjukkan betapa marahnya lelaki itu. Tangannya ikut tergepal.

Siapa pun yang berani memisahkan dirinya dengan Calista, maka orang itu harus mati. Harus mati!

Saat kaki Al ingin menghentakkan kaki ke lantai, berencana menghancurkan lantai itu hingga retak. Mata Al melihat sesuatu. Ia menunduk, tangannya meraih sebuah serbuk yang tertinggal. Lalu membawanya ke hidung. Saat Al tahu dari mana berasalnya bubuk itu.

Mata Al memerah pekat, rambut peraknya hampir berubah menjadi kelam. Orang itu harus menanggung akibat karena telah mengibarkan bendera perang. Calista miliknya, selamanya milikya.

Seringai itu muncul di tengah-tengah kemurkaannya. Serbuk itu berasal dari Negri Beauvais. Dan kali ini, perang akan dimulai.

*****

Pagi itu sangat cerah. Calista tidur nyenyak sekali walaupun hanya beberapa jam.

Sebutan lorong hijau yang mereka masuki semalam ternyata Tzevi sering menyebutnya dengan portal. Portal yang akan membawamu ke mana saja. Mereka hanya menjelaskan sedikit saat mereka tiba di sebuah tempat yang rumah penduduknya serba putih.

Meskipun terlalu banyak yang Calista ingin tanyakan, semuanya menggantung tak terjawab. Calista sudah cukup lega jika ia terbebas dari Al, entah apa lagi yang akan menunggunya ke depan. Apakah itu kejutan atau sebuah masalah.

Calista keluar dari kamar yang ditempatinya. Jika melihat rumah milik Tzevi dan Samcha di luar berwarna serba putih—mulai dari pintu, jendala, dinding, semuanya—tetapi di dalamnya berbeda karena semuanya terbuat dari kayu—mulai dari perabotan ruang tamu, dapur dan tempat tidur. Rumah klasik ala kayu mahoni yang indah.

Baju yang Calista kenakan terbuat dari sutra yang selembut kapas, hanya blus panjang sopan yang berwarna putih mengkilat. Rambut Calista ia kepang dengan rapi. Gadis itu melihat Tzevi dan Samcha juga ada dua kenalan baru yaitu Samuel dan Lilith Ghisyagela. Kedua orang berjenis kelamin berbeda itu adalah kerabat yang merawat Tzevi dan Samcha. Mereka tidak menceritakan di mana orang tua asli mereka. Samuel dan Lilith hidup ribuan abab, namun dalam wujud yang masih muda. Samcha bilang mereka makhluk imortal yang tidak akan mati jika kekuatan mereka tidak diserap. Calista bergedik ngeri mendengar cerita Samcha, Calista berpikir jika ia bukan bicara dengan makhluk imortal melainkan bicara dengan mayat hidup.

"Kami suka melihat anda sangat cocok memakai baju khas Negri kami," Lilith berujar seraya menghidangkan sup saat melihat Calista ingin duduk.

Kursi dari kayu itu berderit saat Calista duduk di atasnya dengan sempurna. Calista menautkan tangannya canggung. Sebenarnya tidak ada yang Calista sukai dari baju yang ia kenakan. Warna putih baginya terlihat seperti warna bubur. Warna tanpa noda yang memuakkan.

Namun, karena di sini tujuannya adalah menghindari Al dan mereka sudah berjanji menjamin jika ia tidak akan bertemu dengan Al, maka Calista hanya bisa bersikap sopan. Mengenai pelajaran seorang Putri yang sejati ternyata sangat berguna saat ia harus menujukkan bahwa ia juga menunjung tinggi kehormatan dan kesopanan.

Calista menengakkan tubuhnya, mengangkat dagunya saat ia bicara. "Tentu, suatu kehormatan juga untukku."

Saat semuanya telah tersedia dengan sempurna. Mereka berdoa dan mulai memakan makanan yang telah dihidangkan. Jangan tanya bagaimana sikap Calista. Saat melihat makanan yang dihidangkan semuanya berwarna putih dan itu tidak membuat mata Calista tertarik untuk memakannya. Calista meraih sendok memasukkanya ke sup kental berwarna putih saat masuk ke dalam mulutnya ternyata itu bukan sup melainkan keju putih encer yang dibuat mirip sup. Calista juga meraih roti putih yang dilumuri tepung gula, Calista memakannya dengan penasaran, rasanya enak. Ia merasa jika tenggorakkan tersedak dan Calista meraih minuman yang disediakan untuknya segelas susu putih.

Well, Calista bingung sekarang. Semua yang ia makan berwarna putih dan itu terlalu aneh. Apa selalu warna putih? Mulai pakaian. tempat tinggal, dan makanan. Apa semuanya harus berwarna putih?

Beberapa menit, setelah acara makan itu selesai saat Calista baru saja bangkit dari duduknya, ingin kembali masuk ke kamar ginapnya. Samuel berkata.

"Bisakah. Anda duduk dulu, Putri?"

Calista mengerutkan keningnya, Putri? Bagaimana ia bisa ceroboh orang-orang ini? Tidak! Maksudnya makhluk-makhluk ini tahu jika ia seorang Putri. Memastikan untuk bertanya Calista memilih duduk kembali.

Lelaki berambut pirang jerami dengan mata madunya, cukup berumur dimata Calista--menatap gadis itu intens.

"Kami hanya ingin membicarakan masalah yang amat penting,"

Satu persatu Calista menatap keempat wajah yang kini juga menatapnya. Ia terdiam, mendengarkan apa yang akan dikatakan selanjutnya.

"Sesuatu yang amat penting itu berasal dari kalung yang anda kenakan," sekilas Calista mengepal tangannya di bawah meja, berupaya menahan dirinya menyentuh kalung yang tak pernah ia lepaskan.

"Dan Ratu kami menginginkan anda menemuinya. Beliau menduga jika kalung itu adalah pusaka yang dulu hilang."

Mata biru Calista mengerut bingung. "Maksudnya apa? Jika kalian berpikir aku mencurinya. Aku tidak—"

"Maaf, Putri." potong Lilith cepat. "Bukan mencuri. Dan kami rasa bukan kami yang pantas menjelaskannya. Yang pantas adalah yang Mulia Ratu. Kami sudah berencana agar anda dapat bertemu dengan beliau. Biar masalah ini selesai dengan cepat."

Ada sedikit rasa marah muncul diri Calista. Tujuannya kemari menghindari Al. Apa tidak bisakah sehari saja dirinya tidak dihadapkan dengan masalah baru? Kalung atau mereka menyebutnya dengan permata adalah miliknya. Milik ibunya bukan barang curian. Hal ini tentu saja menuduh jika mungkin ibu Calista yang mencuri, dan itu membuatnya marah.

Calista berdiri, dan dengan lantang mengebrak meja sampai membuat beberapa makanan sisa tumpah di alas meja. "Aku tidak ingin bertemu dengan siapa pun." Ucap Calista penuh penekanan.

"Dan aku tidak membuat masalah apa-apa dengan kalian. Tidak ada yang perlu diselesaikan!"

"Tapi kau janji akan ikut dengan kami dengan syarat kami akan melindungimu dari Raja Trois." Seru Tzevi ikut bicara dengan lantang.

Namun ucapannya malah mengejutkan Samuel dan Lilith. Raja Trois? Mereka sama sekali tidak menduga jika Calista punya hubungan dengan raja itu.

Calista menghembuskan napasnya kesal. Lalu tanpa peduli ia beranjak dari sana. Namun ia merasa kakinya tidak bisa bergerak dan tubuhnya malah membuatnya kembali duduk. Calista bisa lihat Lilith mengarahkan tangan ke arahnya. Apa mereka baru saja menyihirnya atau memantrainya?

"Apa yang kau lakukan sialan!? Kenapa aku tidak bisa bergerak!" umpat Calista kencang.

Satu kekurangan yang Calista punya, ia sama sekali tidak bisa bersikap sopan pada siapa pun saat ia sedang kesal. Yang tua mau pun yang muda semua sama saja di mata Calista, dan itu malah menambah keterkejutan keempat orang itu. Seorang Putri haram berkata kasar.

"Putri Calista, kami perlu bertanya serius. Apa hubungan anda dengan
Raja Trois?" ucapan Samuel menghentikan usaha Calista yang terus memberontak.

Hanya sedetik Calista berpikir dan menjawab dengan tenang. "Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengan raja monster itu,"

"Jika anda tidak ada hubungan apa-apa. Mengapa anda berada di Trois? Dan mengapa anda tidak dibunuh oleh raja Trois? Malahan Raja itu melindungi anda?" Tzevi terus saja ikut campur membuat Calista ingin sekali menampar wanita yang lebih tua darinya itu.

"Seharusnya aku yang bertanya!" suara Calista naik satu oktaf. "Di mana aku sekarang!?" pekiknya.

Calista sudah tak peduli jika ada orang atau tetangga yang mendengar suaranya.

"Anda berada di Beauvais, berada di sebelah barat dunia Chylleland. Dan jika anda tidak keberatan bisakah anda menjawab pertanyaan Tzevi." Samuel berbicara dengan hormat.

Calista merapatkan bibirnya. Ia tidak akan menjawab. Jika Calista menjawab, itu tanda ia sudah mengakui Al dan Calista tidak ingin hal itu terjadi.

"Sudahlah paman. Putri Calista tidak akan menjawab. Aku juga tidak bisa melihat seperti apa hubungan mereka," Samcha mencoba melerai perdebatan itu.

"Bibi lebih baik lepaskan saja mantranya." lanjutnya.

Secara perlahan tangan Lilith menurun. Calista merasakan bisa bergerak lagi. Tanpa bicara sedikit pun, Calista beranjak dari sana menuju kamar yang ditempatinya, membanting pintu dengan keras, tak peduli ini rumahnya atau bukan.

Keempat orang itu berpandangan.

"Apa pun caranya. Kita harus membuat Putri Calista pergi dari sini menemui Yang Mulia Ratu," ujar Tzevi.

"Tentu. Apa pun caranya," ucap ketiga yang lainnya serentak.

Lalu semuanya menghening.



Tbc....


Continue Reading

You'll Also Like

7.4K 843 72
Maximilian Sebastian Ronan, ia seorang calon raja yang sebentar lagi akan naik takhta setelah dirinya menikah. Namun, kejadian tak diinginkan terjadi...
366K 27.7K 55
Awesome cover by imelda priskila Sudah tamat Piece Of Magic 1 The Return of the Witch (Dulu berjudul Magic World) 4 oktober 2017 - 19 Juli 2018 High...
7.2M 373K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
800K 86.9K 37
15+ (BOOK 1) *** Mereka hidup bersembunyi disebuah pulau. Pulau terpencil diantara lautan misterius segitiga bermuda. Hanya mereka yang memiliki tik...