Destiny of the Flora [REVISI❤...

By Risennea

283K 16.7K 436

(MASA REVISI SEKALI LAGI) [Fantasi Romance] [Season 1] Calista Angelia Bellvanist kembali ke tempat yang di... More

Mohon Dibaca
Must Read
[TRAILER]
Prolog (REVISI❤️)
1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)
2. Selamat Datang Kembali di 'Neraka' (REVISI❤️)
3. Ingatan (REVISI❤️)
4. Bertemu (REVISI❤️)
5. Hari Baru (REVISI❤️)
6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)
7. Kemarahan Calista (REVISI❤️)
8. Kejadian (REVISI❤️)
9. Kembali (REVISI❤️)
10. Pelukan Hangat (REVISI❤️)
Cast [PART1]
11. Tunangan Pertama? (REVISI❤️)
12. Aku Takut (REVISI❤️)
13. Kesempatan Kedua? (REVISI❤️)
14. Labirin (REVISI❤️)
15. Tolong (REVISI ❤️)
16. Lagi?
17. Hari Pertama
18. Kacau
19. Suara Alam
20. Hukuman
21. Gosip
Cast [PART2]
22. Menjadi Gadis Liar
23. Si Mata Emas
24. Tidak Nyata!
25. Bertemu Lagi
26. Monster
27. Kebenaran
29. Terlalu Sayang
30. Bolehkah?
31. Sweet Moment
32. Kabar Buruk
33. Pengkhianat
34. Menyakitkan
35. Pelarian
36. Tidak Butuh Siapa Pun
37. Butuh Kamu
38. Maafkan Aku
39. Beauvais
40. Ibu?
41. Kenapa Aku?
42. Membuang Waktu
43. Serigala Abu-abu
Cast [PART3]
44. Just One Kiss
45. Awal Perang
46. Perang
47. Kehilangan Jiwaku
48. Membuka Hati
49. Pengkhianat (2)
50. Membuka Hati (2)
51. Kehilangan Lagi
52. Pilihan yang Sulit
Epilog
Author Note And Question
[Another Story] My Witch Gangster
About Destiny Season

28. Keinginan

3.7K 225 0
By Risennea

Al menepati ucapan Calista.

Calista tidak ingat bagaimana tepatnya kejadian itu, yang jelas saat terbangun Calista berada dalam sebuah kamar yang cukup familiar baginya. Bukan kamar di istana, melainkan kamarnya di rumahnya sendiri, di bukit Fixiland.

Senang?

Tidak, Calista terlihat bersyukur karena ia bisa lepas dari Raja Monster Iblis itu. Jadi, ia tidak akan merasa terbebani.

"Satu, dua, tiga," jeda sejenak. "Tarik napas lalu hembuskan."

Gadis itu sedang mempraktekkan pelajaran menjadi putri sejati yang memuakkan. Tidak ada yang menyuruhnya. Calista hanya mencoba-coba bagaimana rasanya memainkan sebuah drama di kehidupannya. Mungkin seharusnya dia bisa menjadi seperti orang yang memainkan peran di sebuah teater. Orang-orang yang bisa menangis di saat senang. Bisa senang di saat mereka menangis. Seperti mereka yang memainkan ekspresi dan menipu semua orang yang melihat. Calista ingin seperti itu. Menyembunyikan sifatnya dengan sandiwara. Walaupun terlambat tidak salahnya mencoba, kan?

Seraya menghela napas, Calista menyalin rambut pirangnya hingga terkepang sempurna lalu menyampirkannya di samping bahunya.

Ia tersenyum puas, memang Calista tidak bercermin karena sedari tadi dirinya hanya duduk di bawah naungan pohon yang berada di taman belakang bukit Fixiland. Dan untuk hari ini Calista tidak keberatan jika ia memakai gaun musim dingin. Karena sesekali Calista ingin mencoba menjadi orang baik berhati jahat.

Kenapa?

Sederhana sekali, Calista sedang bosan ingin melakukan apa.

Gadis itu menutup mata, menghirup angin yang berhembus sangat segar dan terlalu dingin. Musim dingin ini Calista melewatkan bermain salju. Ia ingat dulu ia sering bermain salju dengan Martha. Membuat manusia salju, melemparkan bola salju bersamaan merasakan bagaimana sensasi dingin bola sajlu terkena di wajahnya. Melihat tangannya yang kadang tidak tertutup sarung tangan menjadi keriput dan pucat. Kadang, mengenang masa dulu lebih indah dari melihat masa depan yang kini tak ada harapan untuk memutarkan waktu.

Membenci setiap detik yang berjalan, yang mengikis dan memudarkan ingatannya tentang kenangan manis itu seperti laut yang mengikis batuan di dasarnya. Seandainya ada sihir yang membekukan suatu memori, Calista ingin punya satu. Sihir yang tak akan membuat orang lupa.

Tiba-tiba terdengar suara patahan ranting dari belakangnya membuat Calista sontak membalikkan badan. Ia langsung mendapati seorang pria yang sepertinya pengawal istana melihatnya. Seketika itu Calista langsung membalikkan tubuhnya mengabaikan kehadiran pengawal itu.

'Tidak penting!'

Sekarang mood Calista sedang baik dan Calista tidak ingin merusaknya. Jika moodnya sampai rusak. Ia tidak akan tinggal diam. Ia akan mengamuk dan menghukum orang itu tanpa menahan dirinya lagi.

Tanpa Calista sadari, pengawal itu langsung menjauh. Dalam hati pria itu berkata.

'Aku akan memberitahu pada yang lain agar Yang Mulia Raja datang kemari.'

*****


Musim dingin sebentar lagi akan tergantikan, dan pencarian 'Putri yang hilang' masih tidak menghasilkan apa-apa. Raja Aaron sudah ingin menyerah untuk melakukan pencarian itu. Tetapi ia yakin sekali jika Calista-putrinya kabur dari istana.

Kadang ia heran, keamanan dijaga dengan sangat ketat. Tapi Calista masih saja bisa kabur dari istana. Aaron bisa memaklumi jika putrinya itu benci pada keluarga kecilnya, tapi bukan berarti Calista bisa menghilang seenaknya.

Aaron tidak akan main-main lagi dengan ucapannya. Ia raja di Negri ini. Bahkan sebagai hukumannya Niko ia jadikan tahanan karena tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Kalau saja Calista tidak meliburkan pengawal itu, tentunya Niko tahu di mana Calista sekarang.

Sering kali ia tidak habis pikir dengan putrinya, kelakuan, sifat dan wataknya sama sekali tidak mencerminkan dirinya, atau pun mendiang istrinya. Walaupun wajahnya sama. Tetapi nyatanya berbeda sangat jauh.

Raja Aaron menghembuskan napas, ia pernah memerintah agar prajurit-prajurit mengawasi rumah Calista yang berada di bukit Fixiland. Takutnya ternyata gadis itu malah bersembunyi.

Richard-penasehat kerajaan, baru saja tiba di ruangan Raja Aaron, saat sang raja sedang sibuk menanda tangani dokumen-dukumen penting kerajaan.

"Hormat hamba, Yang Mulia. Hamba baru saja mendapatkan kabar. Setelah dua bulan penantian kita mencari Putri Calista akhirnya Putri Calista kami temukan," ucap Richard membungkukkan tubuhnya.

Membeku, Raja Aaron terkejut sekali, sampai ia tidak sadar membiarkan pena di tintanya mengotori dokumen yang sedang tanganinya. Raja Aaron langsung bangkit dari duduknya. "Di mana ia sekarang?"

Wajahnya terlihat tegang, dan ia mulai gelisah.

"Putri Calista berada di rumahnya, di bukit Fixiland, Yang Mulia."

"Apa? Bukankah kemarin-kemarin itu dia tidak ada di sana. Kenapa sekarang dia berada di sana?"

"Hamba tidak tahu, Yang Mulia."

Tanpa mengatakan apa pun Raja Aaron keluar dari ruangannya berjalan dengan tergesa-gesa. Richard hanya mengikuti rajanya saja.

Yang pasti mereka harus tiba secepatnya di rumah Calista di bukit Fixiland.


*****


Di lain tempat, Keane termenung tak semangat, ia sama sekali tidak berniat melakukan apa pun. Jika ada yang bertanya mengapa dia tidak kembali ke istananya sendiri Keane hanya akan mengacuhkannya saja. Sebenarnya semenjak Calista kabur dari istana lagi, ada tugas dari kerajaannya yang harus ia lakukan. Tetapi Keane tidak semangat melakukan apa-apa. Ia langsung mengatakan jika tugas itu akan lebih cepat selesai jika Peter-kakak ketiganya-yang menyelesaikannya.

Buku Keane terjatuh dari tangannya, saat ia dikejutkan oleh seseorang yang menepuk bahunya.

Keane langsung mengambil buku tanpa minat dan menoleh pada orang yang kini berdiri di samping.

Ash-lelaki yang menepuk pundak Keane sekarang duduk di hadapan Keane. Mereka berada di perpustakaan istana. Tempat di mana Keane pernah duduk berdua dengan Calista, walau hanya dua kali saja.

"Kau terlihat murung?" tanya Ash.

Keane hanya diam.

"Karena Calista?"

Keane masih terdiam.

Ash menghembuskan napasnya keras. "Aku juga mengkhawatirkannya. Kau tahu, dia memang sering bersikap nakal, dan membuat semua orang memikirkannya. Dia punya magnet ajaib yang mampu membuat siapa saja tertarik untuk memperhatikannya. Mungkin dia sendiri tidak sadar telah melakukannya,"

Keane menutup bukunya.

"Seharusnya kau juga begitu," lanjut Ash.

Keane mengangkat alisnya, untuk pertama kalinya merespon. "Begitu apanya?"

Ash tersenyum tipis. "Kau pasti sudah tertarik padanya, 'kan? Yah, melihat kau murung akhir-akhir ini. Itu terlihat jelas sekali,"

Baru saja Keane ingin menjawab, mencoba mengatakan bukan seperti yang Ash pikirkan, Keane yang terkenal dingin itu tidak mungkin mengakui kalau ia cukup peduli pada Calista. Tiba-tiba seorang pelayan pria yang menghampiri mereka.

"Hormat hamba, Yang Mulia. " Pelayan itu membungkuk. Napasnya memburu. Sebagian rambut hujan lengket terkena keringat. Terlihat sekali pelayan itu baru berlarian dengan tergesa-gesa.

"Ada apa?" Ash mengangkat suara.

"Saya membawa kabar Yang Mulia, putri Calista sudah ditemukan."

Begitu mendengar ucapan sang pelayan kedua orang itu terkejut. Mereka saling menatap satu sama lain. Wajah mereka cemas bukan main. Jika ada tingkatan atau level yang dapat mengukur tingkat kecemasannya, mungkin sudah sampai ke puncak klimask. Kemudian mereka beranjak tanpa mengatakan apa-apa.


*****


Mungkin untuk melepaskan seseorang butuh waktu. Dan mereka yang melepaskan akan tahu bagaimana rasanya yang dilepaskan tidak pernah kembali. Seolah kita punya satu burung digenggaman. Lalu melepaskannya karena ia melawan. Untuk mendapatkan burung yang sama yang kini terbang jauh di sana, hanya bisa dilakukan dengan menangkap burung sama yang lain. Atau menunggu burung yang 'awal' kembali.

Untuk masalah ini Al sudah merelakan Calista pergi dari sampingnya. Tetapi HANYA sementara. Takutnya gadis itu akan melawan jika dibawa paksa ke dunianya lagi. Melihat bagaimana penolakan Calista dan usaha Al yang sama sekali tidak berbuah apa-apa. Al memang tidak ingin terlihat memaksa karena bisa saja nanti ia melukai Calista dan bahkan membunuh gadis itu. Al tidak ingin hal itu terjadi.

Katakan saja, ia terlalu lemah untuk membawa Calista lagi. Calista memang belum mengenalnya. Lelaki itu lebih kejam dari monster mana pun. Dan lebih sadis dari makhluk-makhluk keji lainnya.

Namun, untuk merusak atau melukai Calista. Al tidak ingin mengambil resiko.

Al memijit pelipisnya yang kian berdenyut.

"Memangnya iblis bisa jatuh cinta? Kurasa itu mustahil."

Ucapan gadis itu terus saja tergiang di kepalanya.

Memang salah ia peduli, dan ingin Calista hanya boleh bersanding dengannya, menemani dirinya selamanya. Ada satu hal yang mungkin Calista tidak tahu, Al suka harum gadis itu. Kadangnya harumnya seperti sihir biru yang dahsyat itu. Wangi lavender.

Al ingat sesuatu, tentang cinta itu apa.

Ia punya teori sederhana yang ia pedomankan seumur hidupnya.

Cinta itu sihir.

Definisinya mungkin begini. Saat kau pertama kali melihatnya, saat suatu magnet yang membuatmu tertarik dengan ketidakdugaannya. Yang kadang meledak dan kadang mengalir semulus air sungai. Lalu rasa tertarik itu menuntunmu ke tingkat yang lebih tinggi. Menginginkan. Rasa ingin yang bersifat mendambakan hingga naik ke tingkat yang lebih tinggi. Mencoba mengendalikannya. Di saat semuanya berjalan dengan sempurna, berkehendak di bawah kendalimu, ia naik ke tingkat yang lebih-lebih tinggi lagi. Yaitu membawamu ke rasa yang tak bisa dijelaskan. Rasa puas, senang, tertawa, sedih. Terlalu banyak perasaan.

Lalu saat semuanya sudah sangat tinggi. Ia yang menghempaskan lalu merusak dan mengikis secara perlahan. Kadang kondisi ini tidak bertahan lama karena sihir itu yang akan membawamu ke rasa tertarik lagi.

Tidak ada sihir yang tidak memikat. Semuanya menarik. Dan Al yakin. Definisi cinta seperti itu. Tertarik. Menginginkan. Mengendalikan. Dan pada perasaan yang tak dijelaskan, lalu merusaknya hingga tak tersisa. Kemudian kembali ke poin pertama. Terjadi seperti putaran roda.

Dan berbicara tentang cinta Al rasa itu sudah cukup.

Ia hanya tertarik pada Calista dan sihirnya. Hanya ingin Calista bersamanya. Hanya ingin Calista menurutinya. Lalu ia yang tidak akan membuat Calista terluka atau Calista melukainya.

Al rasa itu sudah cukup.

Di dunia Chylleland sendiri. Tidak ada yang perlu dibanggakan sama sekali. Manusia menganggap jika mereka melakukan sihir adalah hal yang paling luar biasa dan akan beranggapan semuanya adalah keajaiban.

Tapi Calista terasa berbeda, ia sulit diraih.

Bunyi lonceng terdengar memecahkan keheningan yang menjadi nyanyian kesepian. Al tidak sendirian. Ia bersama seseorang yang menjadi tangan kanannya. Yang baru saja pulang dari misinya. Dan juga banyak mata yang menunduk hormat kepadanya.

Singgasana yang diduduki sosok itu terlihat sangat agung. Wajahnya terlihat dingin, kejam dan tak ada senyum yang terlukis di sana. Semua aura mengerikan itu memenuhi aula, tempat berkumpulnya banyak orang. Mahkota emasnya berada di atas kepalanya, terlihat sangat megah. Baju kebesaran yang terbuat dari sutra termahal, dilapisi baju zirah yang menandakan ia yang berkuasa di sini.

Iya, ia adalah raja dari Trois. Tapi ia lebih dikenal dengan dewa kematian-Maveth.

Al -hanya nama yang diberikan Calista.

Ada sedikit masalah di kerajaannya saat Al mulai menyibukkan diri dengan Calista. Dan membuatnya sejenak melupakan tanggung jawabnya sebagai raja. Karena masalah kali ini sangat menganggu ketenangannya. Al tidak akan membiarkannya saja. Apalagi seorang pengkhianat.

"Bawa dia," suara itu mengema dalam aula besar itu.

Puluhan saksi mata yang awalnya menatap sang raja, sontak melihat seorang pria, diseret lalu dihempaskan begitu saja tak jauh dari singgasana oleh kedua pengawal.

Mengenai masalah ini. Ada hubungannya dengan penyerangan di pesta Al akan mengakui Calista, ternyata ada yang berani mengacaukan benteng pertahanan dan membuat semuanya tak terkendalikan. Memang kejadian itu sudah lama lagipula Al tak berniat menyerang lagi negri Evruen.

Tetapi pengkhianat yang mengacaukan benteng pertahanannya harus mendapat hukuman. Di saat itu Calista hampir terluka gara-gara penyerangan itu.

Pengkhianat yang menjadi tontonan publik merasa berada di bawah mata yang begitu ingin melahapnya. Pengkhianat itu gemetar. Keringat bercucuran di pelipisnya membuatnya semakin ketakutan.

Pengkhianat itu membuka suara, mencoba memohon ampun. "Maafkan hamba yang-"

"LANCANG!" bentak Al. Ia bahkan berdiri dari singgasana, membuat para bangsawan terlonjak kaget.

Tubuh pengkhianat itu semakin ketakutan.

"Aku tidak menyuruhmu bicara!"

Setetes air mata keluar dari sudut mata sang pengkhianat, ia sangat menyesal telah melakukan apa diperbuatnya. Seorang pengkhianat itu dibutakan oleh harta. Ia buta dengan keserakahan. Hingga ia menjadi pengkhianat untuk rajanya.

Satu-satunya hukuman yang pantas adalah mati.

Suara langkah kaki yang kian mendekat, membuat si pengkhianat semakin menunduk menyembunyikan wajahnya yang pucat pasi. Borgol di tangannya berbunyi, besi beradu dengan besi. Ia semakin menunduk.

"Kau tak pantas hidup."

Begitu si pengkhianat melihat sepasang sepatu berada di depannya. Sekejap itu juga, rambutnya ditarik oleh kedua pengawal yang berdiri tak jauh darinya yang membawanya kemari, hingga pengkhianat itu berdiri.

Al mengenggam tangannya erat, pedang tajam yang berkilau itu ia ayunkan menyayat leher dalam satu sabetan. Begitu cepatnya sampai-sampai saat si pengkhianat berlutut ia sudah meninggal dengan kepala yang terpisah dari badannya.

Al memberikan pedangnya pada pelayan orang kepercayannya-Vincent Dominic. Lalu ia keluar dari aula itu. Semua orang menunduk hormat saat sang raja mereka melewatinya. Lalu melihat bagaimana darah dan mayat masih berceceran dalam aula itu.

Langkah kakinya terhenti, membuat semua orang menahan napas.

"Berikan mayat itu untuk jadi santapan peliharanan kita."

Setelah itu, Al kembali melanjutkan langkahnya.

Ia hanya ingin terlihat berkuasa pada rakyatnya.

Dan hanya memperlihatkan sisi lainnya pada Calista. Al ingin Calista. Apa pun caranya.

Calista hanya boleh bersanding dengannya.




Tbc.....

______________________________

.
.
.

Continue Reading

You'll Also Like

4.1K 538 45
Kepergiannya pada malam Halloween bersama Rodney Halard ke dalam rengkuhan hutan Cannock Chase mengantarkan Blyhte Alison pada sebuah fakta menakjubk...
74.1K 12.6K 39
Follow sebelum membaca ya! ^^ Fantasy-Minor Romance Dia adalah orang diramalkan, tapi takdirnya begitu membingungkan. Apakah ia akan terjebak dalam i...
1.6M 82.3K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...
563K 54.3K 47
Ini kisah mengenai sebuah kerajaan yang hilang. Semua sejarah mengenai kerajaan itu lenyap, tak seorang pun mengetahuinya. Mereka menganggap cerita m...