Destiny of the Flora [REVISI❤...

By Risennea

283K 16.7K 436

(MASA REVISI SEKALI LAGI) [Fantasi Romance] [Season 1] Calista Angelia Bellvanist kembali ke tempat yang di... More

Mohon Dibaca
Must Read
[TRAILER]
Prolog (REVISI❤️)
1. Calista Angelia Bellvanist (REVISI❤️)
2. Selamat Datang Kembali di 'Neraka' (REVISI❤️)
3. Ingatan (REVISI❤️)
4. Bertemu (REVISI❤️)
5. Hari Baru (REVISI❤️)
6. Si Putri Tidur (REVISI❤️)
7. Kemarahan Calista (REVISI❤️)
8. Kejadian (REVISI❤️)
9. Kembali (REVISI❤️)
10. Pelukan Hangat (REVISI❤️)
Cast [PART1]
11. Tunangan Pertama? (REVISI❤️)
12. Aku Takut (REVISI❤️)
13. Kesempatan Kedua? (REVISI❤️)
14. Labirin (REVISI❤️)
15. Tolong (REVISI ❤️)
16. Lagi?
17. Hari Pertama
18. Kacau
20. Hukuman
21. Gosip
Cast [PART2]
22. Menjadi Gadis Liar
23. Si Mata Emas
24. Tidak Nyata!
25. Bertemu Lagi
26. Monster
27. Kebenaran
28. Keinginan
29. Terlalu Sayang
30. Bolehkah?
31. Sweet Moment
32. Kabar Buruk
33. Pengkhianat
34. Menyakitkan
35. Pelarian
36. Tidak Butuh Siapa Pun
37. Butuh Kamu
38. Maafkan Aku
39. Beauvais
40. Ibu?
41. Kenapa Aku?
42. Membuang Waktu
43. Serigala Abu-abu
Cast [PART3]
44. Just One Kiss
45. Awal Perang
46. Perang
47. Kehilangan Jiwaku
48. Membuka Hati
49. Pengkhianat (2)
50. Membuka Hati (2)
51. Kehilangan Lagi
52. Pilihan yang Sulit
Epilog
Author Note And Question
[Another Story] My Witch Gangster
About Destiny Season

19. Suara Alam

3.5K 272 0
By Risennea

Di bagian dunia yang berbeda, Chylleland.

Bagian timur, Evruen.

Ruangan yang sepi baru saja dibuka pintu oleh penjaga. Seorang wanita menghampiri wanita muda yang menyilangkan kakinya di balik meja kebesaran. Ruangan itu semegah penampilan wanita muda, permata dan berlian berwarna merah dan hijau memenuhi semua pernak pernik yang ada di sana. Wanita muda itu cantik, dengan rambut ikal peraknya, bibirnya seperti busur yang melengkung, matanya sekelam langit tak berbintang.

Wanita itu menatap bawahannya, lebih tepatnya pelayan pribadinya, Aubree Veronica, yang menunduk memberi hormat padanya.

"Saya membawa berita, Yang Mulia."

"Bagaimana bisa kita mendapatkan surat spesial seperti ini dari Negri Auxerra?" wanita muda itu berdiri, dan berjalan ke arah jendela, menatap ke bawah sana. Ia bisa melihat pembatasan wilayah Evruen dengan Auxerra.

Iya, ruang kerjanya yang sepi berada di menara paling tinggi di mana pun. Wanita itu adalah Ratu Lindsey Estermont. Ratu yang dikenal dengan Ratu kesepian yang suka menyendiri. Kepribadiannya yang tidak suka mencari masalah, bahkan untuk muncul di hadapan rakyatnya saja sangat jarang. Kadang ia lelah menjadi ratu, karena semua rakyat itu adalah monster serakah yang hanya menginginkan semuanya menjadi milik mereka.

Lindsey menghela napas, tangannya menyentuh kaca jendela.

"Apa dia yang mengirimkan itu pada kita?"

"Sepertinya, benar, Yang mulia."

"Mereka mengibarkan perang tanpa sebab, aku tidak ingin membuat rakyatku sengsara."

Gaun yang memperlihat lekuk badan Ratu Lindsey, malah terlihat sangat cantik dalam wajah kesedihannya. Matanya seduh, membuat semua tumbuhan di luar sana melayu, menunduk hingga mereka mati tak tersisa.

"Aku sebenarnya tidak menginginkan ini. Tapi baiklah, katakan kita menerima perang ini,"

Dan satu keputusan dari Ratu Lindsey menjadi awal peperangan.

*****

Bagian selatan, Auxerra.

Di dalam ruangan itu hanya ada Al sendirian di sana. Ia memikirkan jika kekacauan ini akan terjadi begitu cepat. Ia benci harus mengakui ia sama sekali tidak menginginkan kibaran perang dari negara, semua ini demi Celia, tunangannya. Berbicara tentang Celia, ia juga sangat merindukan gadis itu.

Karena ia pikir jika berjauhan dengan tunangannya merasa seperti kesepian. Walaupun kata kesepian itu sudah mendasari darah dagingnya. Dan sepertinya, tak lama lagi ia aman mengunjungi gadis itu di dunia manusia.

Al tiba-tiba berteleportasi dari ruangannya menuju Ruang rapat perang. Ia akan mendiskusikan juga perang memang harus terjadi dan saat kerajaannya menang akan lebih mudah membawa Celia berada di sampingnya.

****

Di dunia manusia.

Mereka terus saja melarikan diri dari kejaran musuh yang bahkan bertambah setelah Niko mengalahkan tujuh orang sekaligus. Calista marah sekali mendapati kenyataan bahwa ia sama sekali tidak bisa melakukan apa-apa, ia benci sekali harus bergantung pada Niko yang mulai kelelahan berlari.

"Kita istirahat sebentar Niko,"

Hari sudah semakin gelap. Satu hal yang Calista khawatir adalah takutnya nanti mereka bisa tersesat dan tak tahu arah keluar dari hutan.

Wajah Niko lebih baik dari pada Calista yang sudah pucat pasi, tenaga gadis itu terkuras habis seperti terserap oleh sesuatu. Badannya terasa remuk seperti habis dibanting oleh seseorang. Niko yang masih mengendong Calista, mendudukkan gadis itu di salah satu batang pohon, yang tertutupi oleh semak-semak.

Niko juga ikut duduk di samping Calista dengan ragu. Walaupun Calista menganggapnya sebagai teman, ia masih punya sopan santun untuk majikannya.

Helaan napas Calista terdengar sangat keras, tangannya mengusap wajahnya pelan.

"Kurasa mereka sudah tidak mengejar kita lagi," suaranya selemah orang sakit.

Niko terdiam tidak tahu harus menjawab apa.

Suara dengingan itu entah kenapa membuat telinga Calista bisa mendengar hal sekecil apa pun. Ia mendengar suara burung elang dari atas langit tapi terdengar di telinganya terasa sangat keras. Saat ia menajamkan telinganya lagi, ia bisa mendengar suara gemericik sungai atau mungkin air terjun yang berada di dekat sini. Berarti mereka tak jauh dari sumber air itu.

"Apa kau lelah Niko? Apa kau haus? Kita berada tak jauh dari sungai atau mungkin air terjun," Calista menyentuh goresan luka di tangan Niko yang baru disadarinya.

"Kau bisa mengobatinya dan mencucinya di sana,"

Niko menunduk saat tangan Calista mengelus kepala. Memang, tidak ada hubungan spesial antara mereka, hanya kasih sayang antara teman saja. Niko juga tidak pernah berpikir untuk jatuh cinta pada majikannya. Ia hanya boneka yang akan bergerak jika diperintahkan oleh Calista, seumur hidup Niko bersumpah akan menjadi pengawal setia Calista.

Calista juga membersihkan debu yang menempel di pipi Niko dengan sapu tangan yang diambil dibalik saku.

"Kau hanya perlu bersihkan diri, sebentar. Aku akan menunggu di sini."

"Tidak, Yang Mulia. Anda harus ikut dengan saya."

"Dan melihatmu membersihkan diri, begitu?" Calista terkekeh dengan lemah. Kondisi fisiknya kian melemah.

Niko semakin gugup saat Calista meninju bahunya dengan sangat pelan seolah tubuh gadis itu sudah tak sanggup menopang diri sendiri.

"Anda harus ikut, Yang Mulia. Tidak ada bantahan,"

Calista terkekeh. "Melihatmu memaksaku begini, kau terlihat seperti kekasihku saja."

Calista melirik Niko, wajah lelaki itu merona. Satu kelebihan yang dipunyai Calista, ia bisa membuat siapa saja jatuh cinta, wajah memerah dan poin yang mengingat dirinya tercetak dipikiran orang lain adalah dengan cara tersenyum dan merayu. Sayangnya hanya ada sebagian orang yang terhitung mendapatkannya yaitu hanya Niko. Teman terkasih, tersayang, terperhatian, yang selalu ada untuknya. Hanya Niko. Iya, setelah Martha yang akan pergi.

Tak lama kemudian, mereka tiba di sebuah air terjun, ternyata suara gemercik air itu adalah air terjun yang turun dari tebing, air di bawahnya sangat jernih dan bersih. Dan entah bagaimana ada jalan di atas airnya, yang sudah lama ada di sana. Juga dikelilingi oleh hutan yang sangat indah.

Niko menuntunkan Calista di tepi jalan ke sungai kecil di bawah air terjun. Niko berpamitan ke tempat lain, untuk membersihkan diri. Selama Calista menunggu, gadis itu menatap air yang begitu mengoda untuk disentuh. Akhirnya Calista memasukkan tangannya ke dalam air, mengabaikan air itu terasa sangat menggigit. Wajahnya tiba-tiba berangsur membaik, bahkan tanpa sadar ia mencelupkan sebagian kaki yang membuat celananya basah. Seketika itu mata Calista mendadak kosong. Dan tanpa berpikir panjang ia telah masuk ke dalam sungai kecil yang cukup dalam itu, membasahi seluruh tubuhnya dan tenggelam. Calista tidak keluar dari sana.

Beberapa menit kemudian, Niko baru saja tiba di tempat ia meninggalkan Calista, ia terkejut sekali karena tidak melihat gadis itu di sana.

Ia berusaha memanggil nama Calista sambil berjalan ke sana kemari, tapi hasilnya nihil. Majikannya telah menghilang. Ini semua salahnya. Seharusnya Niko tidak meninggalkan Calista. Seharusnya ia juga tidak akan menuruti keinginan sang majikan.

"Calista, kau di mana sekarang?" batin Niko.

Akhirnya Niko kembali masuk ke hutan, ia yakin Calista pasti ada di hutan sana, yang entah di mana keberadaannya. Ia yang akan mencarinya sendiri, kemudian jika tidak ia temukan, maka terpaksa ia pulang tanpa Calista dan siap-siap menerima kemarahan dari tunangan gadis itu.

*****

Orang yang dicari Niko, masih berada dalam air. Sore bahkan sudah tergantikan oleh malam. Calista tidak keluar dari air karena tubuhnya melayang-layang dalam air. Matanya terpejam, rambut pirangnya bersinar dalam kegelapan. Di sekelilingnya, ada sulur-sulur tumbuhan yang mulai mengelilingi, menjulur dirinya, membalut seluruh tubuh gadis itu, sampai wajahnya tak terlihat lagi.

Beberapa menit kemudian tidak ada yang terjadi, seolah gadis itu telah mati tenggelam selama berjam-jam. Namun, begitu suara burung, suara hewan dalam hutan. Menyandung sebuah lagu, lagu yang awalnya terdengar dari suara pekikan burung, disusul suara jangkrik, geraman singa dan harimau, suara lengking milik burung gagak. Semua nada itu membentuk sebuah lagu.

Suara alam yang begitu indah, alunan nada itu selaras, murni dan memikat siapa saja yang mendengarnya. Lagu Alam itu membuat sulur-sulur yang awalnya mengikat tubuh Calista, mengendur, melepaskan diri. Semuanya terjadi begitu cepat.

Sinar bulan menyelimuti air kegelapan dalam segala sesuatu dengan nuasa perak dan bayangan.

Seketika mata Calista terbuka, tapi dengan iris mata berbeda, warna emas. Perubahan itu disertai sinar biru berasal dari kalung Calista yang tersembunyi dibalik pakaiannya, lalu menyebar ke seluruh danau.

Mata yang awalnya dalam pandangan kosong, menyerjap beberapa kali. Saat gadis itu sadar ia berada dalam air, secepatnya Calista mencari permukaan. Ia berenang ke atas, dan terengah-engah begitu tiba di permukaan.

Calista sama sekali tidak menyadari, begitu ia naik ke permukaan. Suara alam secara perlahan menghilang, sinar biru dalam danau juga ikut lenyap. Yang Calista tahu, mengapa ia tidak ingat sama sekali ia bisa berada dalam air, dan mengapa Niko meninggalkannya sendirian.

Angin bermain-main dengan pakaiannya yang basah, membuat Calista harus memeluk diri sendiri. Mulutnya bergetar, menegaskan betapa dingin terasa seperti musim dingin yang keji.

Dengan susah payah gadis itu mulai berjalan. Kepulan uap keluar dari mulutnya saat ia bernapas. Ia hanya perlu keluar dari hutan, kembali ke kerajaan dengan cepat. Mencari kehangatan agar tetap hidup.

Semakin Calista memasuki hutan, hutan terasa mengerikan apalagi tanpa cahaya sedikit pun. Sepanjang perjalanan yang dilakukan Calista adalah mengenggam kalung pemberian terakhir yang selalu dikenakannya tanpa dilepas. Kalung yang menjadi kado terakhir.

Calista terjatuh karena tersandung akar pohon yang mengembul di tanah. Awalnya ia hanya pasrah, ia yakin sekali jika ia tidak sanggup berjalan lagi. Tapi begitu ia mendengar suara lolongan dan geraman dari belakangnya. Begitu ia melihat, matanya langsung terbelalak.

Di sana, ada serigala berwarna abu-abu cantik dengan mata coklat menatap Calista seakan ingin memangsa gadis itu. Serigala itu termasuk serigala terbesar yang pernah ditemuinya, hampir tingginya setara dengan dadanya. Serigala itu menggeram, berjalan mendekati Calista.

Alarm bahaya berbunyi keras di kepalanya. Tapi bergerak saja ia tidak mampu. Bibirnya terus mengemelutuk, tangannya terjulur ke depan menghalangi wajahnya saat serigala itu sudah sangat dekat. Dan mencoba mengendus baunya, seperti memastikan makanan yang akan dimakannya.

Hal yang tak bernah ia duga, terjadi di depan matanya. Geraman serigala itu tergantikan saat serigala itu mulai mengosokkan dirinya ke kepala Calista. Calista sangat syok menyadari hai itu. Ia pikir ia akan mati di mangsa. Dan ternyata tidak.

Gadis itu menurunkan tangannya, serigala itu mengendus, mendorong Calista dengan moncongnya hingga jatuh ke tanah.  Awalnya Calista masih takut, tapi saat tubuh serigala itu jatuh ke tubuhnya. Mengendus lehernya membuat gadis itu terkikik geli. Mengabaikan bisa saja jika di depannya adalah kematian.

Tangan Calista terangkat dengan ragu, menyentuh kepala sang serigala. Mengusapnya pelan-pelan. Serigala itu bahkan menikmatinya tanpa perlawanan apa-apa. Binatang itu malah semakin mengosokkan wajahnya ke rambut Calista yang basah.

Calista kembali terkikik geli saat moncong serigala itu kembali mengendus lehernya. Ia berusaha untuk bangun. Ia menghapus air mata di sudut mata karena banyak sekali tertawa. Saat matanya menatap mata coklat si serigala. Satu hal yang tak diketahui gadis itu. Bau dan mata emas yang bahkan belum disadarinya menjadi hal yang sangat menarik bagi binatang mana pun yang menatapnya.

Malam itu, ditemani api unggun kecil yang dibuatnya. Calista tidur dengan serigala itu, memeluknya mengabaikan bulu-bulu yang beterbangan. Satu hal yang Calista tahu. Binatang ini jinak dan ia butuh kehangatan sang serigala yang bahkan terasa akrab dengannya.

Tbc....

Continue Reading

You'll Also Like

683K 41K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...
If You Love Me (End) By

Historical Fiction

71.5K 3.9K 36
DI TULIS SEBELUM SAYA MEMAHAMI KAIDAH PENULISAN YANG BENAR Aku tak tahu keinginan ku menjadi tabib kerajaan membawaku ke kisah cinta yang rumit seper...
4.1K 536 45
Kepergiannya pada malam Halloween bersama Rodney Halard ke dalam rengkuhan hutan Cannock Chase mengantarkan Blyhte Alison pada sebuah fakta menakjubk...
1.6M 82.3K 41
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...