BERILIUM

Od halusinojin

47.3K 6K 1.7K

Antara kemelut hati yang nyata dan kebahagiaan yang semu, Seokjin berdiri di sana. Kuat, tak goyah, namun rap... Více

Home Sweet Home.
Hal yang Lumrah.
Menaruh Curiga.
Ibu, Kau Berubah.
Kesalahan Pertama.
Stalker.
'Dia' yang Mengetahui Segalanya.
Sebuah Permohonan.
Sebuah Impresi.
Pikiran Rumit Seokjin.
Datang.
Sudut Pandang.
Sepercik Binar.
Praduga.
Ada Sesuatu yang Hilang.
Hidup.
Hilang.
Krusial.
Semua Salahnya.
Aksa.
'Dia' yang Akan Tergantikan.
Di Ujung Tebing.
Sebuah Kebenaran Telak.
Rekah.
Akhir [1].

Pembual.

1.9K 296 116
Od halusinojin

🎈

Hoseok terdiam.

Yoongi terdiam.

Jungkook terdiam.

Dan ya ....

Seokjin pun ikut terdiam.

Bahkan detik waktu serasa menelan mereka bulat-bulat.

Seokjin bergeming dengan tiga gelas air es jeruk segar di atas nampan. Mematung, tatkala melihat presensi sejauh setengah meter dari pandangan.

"Hoseok? Ka-kau Hoseok?" Ucapnya.

"Kau mengenalinya? Sungguh itu dia? Orang yang sama?"

Mereka bertiga melihat Yoongi 'tuk sesaat sebelum terlihat anggukan mantap dari Seokjin. "Ya Tuhan ... Hoseok! Kau sudah besar!" Ia berjalan lebih cepat, menghampiri Hoseok setelah nampan diberikan pada Yoongi dengan sedikit paksaan.

"Jin ... Hyung?" Hoseok terperangah seraya melanjutkan, "I-itu kau? Kim Seokjin yang pernah jatuh ke parit saat bermain perang-perangan dan menangis karena aku hendak menolongmu?"

Barangkali, ingatan Hoseok yang luar biasa itu sedikit berlebihan, namun itulah adanya.

Hal memalukan yang mereka alami akan mengingatkanmu pada seseorang dengan cepat bukan?

Seokjin tersenyum miring,"Dasar ... Hei Hoseok, kau hanya bisa mengingat itu dariku?!" Dengan kekehan kecil serta pukulan pelan di lengan.

"Semua anak panti mengingat hal itu, Seokjin-hyung. Semua." Ia mengulang kata, dengan lekuk senyum memenuhi seluruh wajah.

Seokjin hanya tersenyum sebal, "Sudah. Aku tak mau mengingat hal itu." Ia beralih barang sedetik, memerhatikan pemuda senyum manis yang diam-diam ikut tertawa disela celaan Hoseok.

"Kau ... Jungkook 'kan? Jeon Jungkook?"

Si empunya nama pun menaikkan alis seraya membungkuk cepat, "Ah, I-iya ... Seokjin-hyung ... Saya Jungkook." Dengan sebuah senyum manis ia berkenalan dengan Seokjin.

"Tak perlu berbicara formal padaku ...." Seokjin terkekeh.

Jungkook mengusap satu lengan dengan kaku lengkap pipi memerah di kedua sisi.

"Ayo! Kita duduk, ada banyak hal yang aku ingin tanyakan padamu ...." Sebuah tepukan pelan ia lakukan tepat di bahu Hoseok, mengisyaratkan 'tuk duduk santai dan membuka beberapa obrolan ringan.

"Sudah lama ya ... Kita tak bertemu? Tahu-tahu hidungmu semakin boros saja!" Seokjin bergurau dengan Hoseok, sukses mencairkan suasana yang beberapa detik lalu cukup—bahkan—canggung.

"Aish ... Jin-hyung! Hidungku memang seperti ini sedari dulu ...." Hoseok mampu menanggapi hal itu dengan santai, terlihat dari beberapa kekehan yang ia perlihatkan.

"Hyung ... Bisakah kita kerja kelompok dulu? Bukannya mengganggu reunimu, tapi ... Tugas ini sangat banyak."

Yoongi keluar dengan sejumlah kata yang cukup mengiris hati namun itu hal yang tak seberapa bagi Seokjin. "Ah ... Baiklah, Yoon. Maafkan aku ...." Seokjin bangkit, "Dihabiskan makanannya ya!" Ia terseyum setelah beranjak dari duduk, membawa kembali nampan dan bersiap pergi.

"Baik hyung! Akan ku habiskan!" Dengan enteng Jungkook berkata demikian. Obrolan selama setengah jam-minus Yoongi, merekatkan keakraban antara dirinya dan Seokjin. Ia terkekeh gemas, kemudian mengangguk samar, "Baiklah, selamat belajar!" Ia memberi semangat sementara Yoongi tetap dengan dengusan yang beberapa kali ia keluarkan.

"Hoseok."

Beberapa menit kemudian, Yoongi bertanya pada Hoseok meskipun sorot matanya tak teralihkan; melihat cermat sebuah kertas dihadapannya.

"Ya? Ada apa?" Balas si pemuda.

"Mengenai chatmu semalam, apa maksudmu?"

Hoseok berhenti memainkan pena, begitu pula Jungkook dengan kedua netra yang semakin membulat. "Mengenai apa?"

Oke. Mungkin Hoseok amnesia, entah sebuah kebenaran ataupun pembualan, yang terpenting Yoongi mulai naik pitam sekarang.

"Keluargaku akan hancur." Ia menekankan intonasi, sukses membuat Jungkook menelan saliva gugup. Ia takut, jika pembicaraan ini akan berujung pada gelar 'almarhum' di nama Hoseok.

Jungkook mungkin berlebihan, namun ia tahu jelas bila Yoongi telah naik pitam, ia tak mau melihat itu 'tuk kedua kalinya.

Sumpah. Demi apapun.

Hoseok hanya tertawa kikuk, "A-ahh ... Mengenai itu, hanya candaan Yoon. Aku hanya bercanda ... Iya 'kan Jungkook? Bahkan kami berdua telah merencanakannya!" Kemudian menyenggol lengan pemuda di sebelah dengan sebuah gerakan skeptis.

'Sialan. Mengapa kau menyeret-nyeretku dalam masalahmu?! Hei! Makhluk pluto!'

Jungkook membulatkan mata, sedikit umpatan pelan ia lontarkan pada Hoseok. Kemudian berdehem, mengiyakan bualan Hoseok. Jungkook membumbui hal itu dengan senyum manis dan beberapa anggukan cepat.

Lebih baik seperti ini dibandingkan Yoongi yang murka.

Secepat kilat, Yoongi menatap sinis mereka berdua. Sontak membuat bulu kuduk meremang. Rasanya sama seperti saat Yoongi dijahili dengan sebuah pesawat kertas yang mendarat mulus di jidatnya sampai-sampai berwarna merah, diiringi lomba kejar-mengejar di kelas.

Tidak. Ini lebih mengerikan.

"Jungkook ... Bisa bantu aku menyelesaikan ini? Tulisanmu sangat rapi." Seraya menyodorkan kertas dan sebuah pena. "Dan jangan lupa nomornya." Imbuh Yoongi. Sepersekon kemudian, ia berdalih. "Dan Hoseok," menjeda seraya menghela napas perlahan, "Jangan sekali-kali lagi bercanda seperti itu ... Aku tak suka, kau boleh menjahiliku asalkan jangan tentang keluargaku, " Tanpa melihat atensi Yoongi, Hoseok pun tahu jikalau teman batunya ini sama sekali tak main-main. "Aku tak senang akan hal itu, Hoseok-ah."

Yoongi tertunduk, memang ia berbicara dengan intonasi tenang dan pelan namun Jungkook melihat rasa khawatir Yoongi yang terselubung di antaranya.

"Ma-maafkan aku, Yoongi." Hoseok menyesal, "Sungguh aku tak bermaksud seperti itu ...."

Jungkook ingin mengakhiri konversasi ini, dan segera mengembalikan keadaan seperti beberapa menit yang lalu; Hoseok dengan senyumnya dan Yoongi tetap seperti tadi (karena Jungkook tak tahu apa perbedaannya).

"A-ah ... Yoongi, aku tak mengerti dengan tulisanmu yang ini ...." Ia menunjukkan kertas dengan tangan gemetar.

Yoongi yang melihat itu sontak terkekeh pelan, tersenyum miring dan melirik pada Jungkook meskipun dengan cuek. "Kau ini kenapa? Aku bukan Pak Choi yang akan menyuruhmu menulis ulang sebanyak satu buku jika kau salah menulis ...." Canda Yoongi.

"Ha-habis, mukamu terlihat menyeramkan Yoon." Timpal Jungkook, disusul Yoongi yang mendelik. "Hei, mukaku memang seperti ini."

"Ah ... I-iya, maafkan aku." Jungkook membungkuk cepat sebagai tanda bersalah. Tak disangka, ia mendapati Yoongi tengah termesem dengan tingkahnya sendiri.

"Yoongi, maafkan aku ...." Hoseok kembali bersuara lima detik setelahnya.

Yoongi menaikkan satu alis, "Tak apa. Kau tahu 'kan ... Aku ini baik hati dan tak pernah berbicara kasar, jadi untuk apa lama-lama marah padamu? Dan jangan membawa Jungkook jika kau ingin menjahiliku ...." Ucap Yoongi membuat Hoseok lantas tersenyum.

"Yoon, jika kau kesal padanya ... Lakukanlah semaumu, Hoseok ini memang selalu menyebalkan. Kalau perlu, sekarang kau bisa menyeretnya ke kamar mandi dan tenggelamkan dia!" Jungkook mengejek dengan bibir agak dimajukan.

Hoseok dengan mata terbelalak, ia terlihat tengah mengancam Jungkook. Kemudian tawa terdengar antara mereka bertiga, menghiasi kediaman keluarga Min di siang hari yang semula dingin kini menghangat.



"Yoon, kami pamit pulang. Terima kasih atas makanannya ...." Jungkook pamit, tengah berada di ambang pintu dengan sekantung keripik pedas pemberian Seokjin.

Hoseok nampak agak malu dengan kelakuan temannya yang satu ini, sesekali ia tersenyum hambar kala Jungkook mengucapkan terima kasih pada Seokjin (karena ia tahu Jungkook sangat menginginkan keripik itu dari binar matanya). "Yasudah, ayo Kook ... Kita pulang." Dengan segera, Hoseok menarik lengan Jungkook.

Yoongi mengiyakan, ia terangguk perlahan. "Hati-hati."











🎈

"Dah. Hoseok, rumahku lewat sini. Kau belok ke arah sana 'kan?" Disebuah pertigaan, Jungkook mengucapkan salam.

Hoseok mengiyakan, "Hm, ya ... Hati-hati Kook. Hari mulai larut."

Jungkook terlihat mengangguk dari jauh, "Baiklah, aku ingin segera memakan keripik ini ...." ia berbalik, melanjutkan langkah dengan tawa riang; disusul gelengan pelan Hoseok.



"Hei, Hoseok."

"Kau berbicara apa pada Yoongi semalam?"

Tepat kala ia berbalik, Hoseok sontak terdiam setelah melihat presensi yang tengah menjegalnya di depan.

"Dasar, pembual ulung." []

____________

"Jin-hyung?" Hoseok terkekeh sesaat, kemudian menatap pemuda itu tak main-main,

"Tolong, kembalilah."

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

76.3K 3.5K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++
720K 34.3K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
40.7K 4K 12
Haechan kedatangan tetangga baru, tidak terpikir olehnya akan ketempelan bayi seperti ini, insiden konyol yang terjadi malah membuatnya sedikit penas...
41.9K 9.5K 111
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...