BERILIUM

By halusinojin

47.3K 6K 1.7K

Antara kemelut hati yang nyata dan kebahagiaan yang semu, Seokjin berdiri di sana. Kuat, tak goyah, namun rap... More

Home Sweet Home.
Hal yang Lumrah.
Menaruh Curiga.
Ibu, Kau Berubah.
Kesalahan Pertama.
'Dia' yang Mengetahui Segalanya.
Pembual.
Sebuah Permohonan.
Sebuah Impresi.
Pikiran Rumit Seokjin.
Datang.
Sudut Pandang.
Sepercik Binar.
Praduga.
Ada Sesuatu yang Hilang.
Hidup.
Hilang.
Krusial.
Semua Salahnya.
Aksa.
'Dia' yang Akan Tergantikan.
Di Ujung Tebing.
Sebuah Kebenaran Telak.
Rekah.
Akhir [1].

Stalker.

2K 316 145
By halusinojin

🎈

"H-Hyung ...."

Seokjin menoleh, mengalihkan atensi pada sang adik yang tengah tertunduk dengan bibir sedikit dilipat ke dalam.

"Ada apa? Yoon?" Ia menghentikan aktivitas—mencuci piring—nya sejenak.

Yoongi tak mampu melihat wajah Seokjin, ia hanya berdiam setelah mereka menghabiskan semangkuk sup lobak dengan nasi dan ikan.

"Kau ini ... Bilang saja, aku takkan membunuhmu." Diakhiri kekehan kecil terlontar dari bibir Seokjin, serta tangan yang terulur 'tuk meraih benda bulat dihadapannya lagi.

"Mereka ... Temanku, Akan datang ke rumah."

"A-apa?!"

Seokjin mengatakan hal itu bukan dengan raut wajah penuh masalah, namun dengan kegembiraan yang meletup-letup.

Sepertinya, beberapa plester kompres yang Yoongi beli sewaktu pulang sekolah sangatlah ampuh mengusir demam. Alhasil Seokjin bisa bergerak lagi seperti biasa, dengan senyum yang selalu ia tunjukkan pastinya (meski dengan sekuat tenaga Yoongi menempelkan benda tersebut di dahi Seokjin diiringi insiden baku hantam namun masih dalam skala aman).

Oke. Jangan bayangkan cara Yoongi menempelkan itu.

Mereka seperti anak kecil.

"Wah ... Aku tak menyangka, kita harus menyiapkan beberapa makanan dan minuman bukan? Ada berapa temanmu yang akan datang? Hm? Lima? Enam? Sepuluh? Satu kelas?" Ia bertanya masih dengan berfokus pada beberapa piring digenggaman, sementara Yoongi tengah terduduk di kursi makan dengan kedua kaki terangkat ke atas.

"Dua."

"Apa?"

"Hanya dua orang, hyung."

"Oh, baiklah ... Temanmu suka apa? Minuman soda? Kue kering? Basah? Sirup? Pie?"

'Sungguh, ia terlihat seperti nenek-nenek tua cerewet sekarang. Mungkin lebih dari itu.'


"Tak usah repot-repot, hyung ... Bukan itu masalahnya ...." Yoongi nampak gemas dengan tingkah Seokjin yang sangat merepotkan. Terdengar dari nada bicara Yoongi; sudah tak menanggapi hal tersebut dengan 'sabar' lagi.

"Bagaimana dengan ibu? Hm? Kau tak pernah memikirkan bagaimana wanita tua itu akan menanggapi hal ini 'kan?"

"Aku pasti mati."

"Yoongi." Nada bicara Seokjin kini terdengar tegas.

Si pemuda pun mengangkat pandangan mendengarnya, melihat Seokjin yang kini telah mematikan kran air dan tengah menatap lekat.

"Jangan panggil ibu dengan sebutan seperti itu."

"M-maaf."

Seokjin tersenyum simpul, "Dia ibu kita, Yoon. Bagaimanapun, kita harus menghormatinya."

"Nah, untuk hal itu ... Kau tenang saja ... Kerja kelompoknya besok 'kan?"

Ia mengangguk pelan. Cukup menggemaskan bila mengingat karakter Yoongi yang tak berubah sedari dulu—penurut dan tak pernah terlihat marah.

"Kulihat, ibu ada jadwal rapat. Dan pastinya ia pulang larut malam ...." Pernyataan Seokjin sedikit memberi hati Yoongi ketenangan.

"S-syukurlah ...." Helaan napas terdengar.

Ah, beruntungnya Yoongi tak salah mengambil hari untuk kerja kelompok di rumah ini.

Teringat kala itu, Seokjin kedatangan tamu—Taehyung—yang sengaja datang, mengetuk pintu 'tuk sekadar memberi amanat tugas dari guru. Nahas, bukanlah Seokjin yang menyambangi, melainkan Min Hyeji dengan serta merta mengusir Taehyung. Berkata jikalau tak ada seorang anak pun bernama Kim Seokjin di rumahnya.

Esok hari, kala Seokjin sekolah, ia mendapat omelan dari sang guru karena tak mengerjakan tugas. Alhasil, Seokjin meminta maaf pada beliau sekaligus Taehyung atas perlakuan sang ibu terhadap teman sebangkunya, dengan beralasan bahwa Min Hyeji tengah terserang 'penyakit bulanan' yang membuat emosi wanita sangat naik-turun.

"Pantas saja ia terlihat merah, Jin. Ibumu sangat merah."

Oke, lupakan saja pemaparan Taehyung kala itu. Yang terpenting, muka Min Hyeji selamat di matanya. Dan dari sana, mereka sepakat 'tuk memberi informasi melalui media sosial saja.

Taehyung yang malang.






"Ah ... Sudah jam sembilan. Aku ke kamar dulu, hyung."

Ia beranjak dari tempat.

"Ah ... Yoon!" Seokjin menahannya sesaat.

"Ya?"

"Mengenai temanmu itu ... Siapa namanya?"

"Namanya apa?"

Seokjin menghela napas, "Yang akan datang ... Kau ini."

"Oh ... Jungkook dan Hoseok."

"Baiklah." Seokjin mengiyakan.

Merasa obrolannya telah usai, Yoongi pun melanjutkan langkah.

'T-tunggu ....'

'Jungkook dan Hoseok?'





'Hoseok?!'





🎈


Ting!

Yoongi melihat ponselnya bercahaya.

Ia meraih benda yang tergeletak di ujung meja belajar lengkap dengan kemalasan yang nyata, mengalihkan fokus 'tuk sesaat dari rumitnya kehidupan seorang pelajar.

Dahi Yoongi mengernyit, perlu beberapa waktu bagi pupilnya 'tuk mengatur banyak-sedikit cahaya yang masuk pada mata.

1 new message group.

21.35

Hoseok.
Yoon? Kook? Kalian belum tidur 'kan?

Jungkook.
Ya ... Sepertinya aku insomnia. Tapi mataku lelah.

Yoongi.
Ya, ada apa?

Dan @Jungkook, jam 9 malam tidak termasuk insomnia.

Jungkook.
Oh ... Seperti itu.
Berarti aku menjawab salah kuis tadi.

Memang insomnia dimulai jam berapa?

Hoseok.
Kuis apa?

Yoongi.
Biologi. Hoseok.

Ya ampun.

21.36

Yoongi.
Kau dikatakan insomnia jika tak bisa tidur, dan matamu tidak lelah.


Jungkook.
Ah ... Begitu.

Baiklah, terima kasih Yoon pencerahannya. 🙏

Yoongi.
Hm. Ya. Sama-sama. Lain kali lebih teliti, Kook.

@Hoseok, ada apa?

Jungkook.
Baik Yoon ... 😉

Iya ... Membuatku penasaran saja ....

Hoseok.
Tidak ... Hehe, hanya ingin mengobrol.

Yoongi.
Sungguh? Ah, kau hanya menggangguku.

Jungkook.
Aish ... Kau membuatku menghentikan game yang sedang kumainkan! Hoseok-ah!

Hoseok.
Whoa, maafkan aku 😂✌.
Aku hanya ingin memberikan info penting pada kalian ... Terutama kau, Yoon.

Hoseok.
Kau tahu?

Yoongi.
Apa?

Jungkook.
Tidak, karena kau belum memberi tahu.

Hoseok.
Aish! Ini serius Jungkook-ah!

Jungkook.
Yasudah cepat beri tahu! Aku mulai mengantuk!

Hoseok.
Sebelum itu, Yoon.

Yoongi.
Apa?

Hoseok.
Kau tak menyadari ya?

Yoongi.
Menyadari apa?

Hoseok.
Sungguh?

Yoongi.
Hoseok.
Mau kupenggal lehermu besok? :)


Jungkook.
Penggal saja Yoon! Hoseok itu menyebalkan! 👿

Hoseok.
Aish ... Aku hanya ingin memberi tahu!

Hoseok.
Kulihat ... Kau sering pulang bersama kakakmu kan?

Yoongi.
Ya. Itu hanya Jin-hyung.
Ada apa?

Hoseok.
Kau harus berhati-hati ....

Yoongi.
Huh? Memang ada apa?

Hoseok.
Mungkin bisa saja aku salah lihat ....

Hoseok.
Tapi ....

Hoseok.
Aku penasaran dengannya.
Karena kulihat beberapa kali ....

Hoseok.
Dia selalu dipenuhi luka lebam.

Kau tak menanyakan hal itu?

Yoongi.
Ah, mengenai itu ....
Maaf, soal itu aku tak tahu.

Jungkook.
Sungguh? Wah, kau teliti ya, Hoseok ....

Jungkook.
Dan, umm ... Tak apa aku ikut mengetahui hal ini?

Yoongi.
Tak masalah, Jungkook-ah.
Asalkan kau tak bermulut ember saja.

Jungkook.
Ahahahaha ... Kalau soal itu, tak usah khawatir!

Yoongi.
Dan apa yang kau maksud dengan 'hati-hati'? Hoseok?

Hoseok.
Sepertinya ....

Keluargamu akan hancur, Yoon.







'A-apa?'

21.45

Jungkook.
Hei! Kau tak boleh berbicara seperti itu!

Hoseok.
Kau sering melihat bayangan saat makan malam 'kan? Di pekarangan rumahmu?

Jungkook.
Hei ... Kau sedang tak bercanda 'kan?

Yoongi.
Iya ... Itu benar, memang kenapa?

Hoseok.
Ketahuilah, itu bukan ilusimu. Yoon.

Hoseok.
Itu mungkin stalker.

Berhati-hatilah ....

Jungkook.
Mmm ... Bisakah kita hentikan obrolan ini dan tidur? 😅
Aku mulai mengantuk. 😪😪

Jungkook.
Dan berhenti menakut-nakuti Yoongi, Hoseok-ah ... Ini tidak lucu! :(

Yoongi.
Darimana kau tahu?
Apa yang membuatmu yakin Hoseok-ah?
Bahkan kau belum pernah datang ke rumahku.
Kita baru berkenalan satu semester 'kan?

Yoongi.
Mengapa kau bicara seperti itu?

Hoseok.
Entahlah.

Ah, mungkin ... Itu hanya firasatku :)

Hoseok.
Lupakan saja.
Yoongi.



'A-apa sih?'

Hoseok.
Ah, sudah ya? Aku mengantuk.

Sampai ketemu besok! 😂👋

Klik!

"Dia ... Gila." Yoongi melempar benda tersebut ke sembarang arah.

"Tapi, sungguh? Mengapa dia tahu tentang bayangan itu?" Netra Yoongi kembali tertuju pada kalung yang ia simpan di sana.

Setelah sekian lama, Yoongi pun membuat keputusan.

"Oh!"

Manik Yoongi terlihat membulat. Bergerak dari posisi asal, mengangkat bokong dari kursi yang telah ia duduki selama hampir setengah jam itu.

"A-aku harus menemui hyung. Dan menanyakan ini ...." []

Continue Reading

You'll Also Like

42.6K 9.5K 111
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
191K 29.8K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
726K 34.7K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
101K 7.4K 50
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote