Beautiful Curve

By OnlyHye

147K 11.7K 320

Apa deskripsi wanita cantik? Tinggi, seksi, bentuk badan bak gitar spanyol, kulit yang cerah dan mulus tanpa... More

Prolog
-1-
-2-
-3-
-4-
-5-
-6-
-8-
-9-
-10-
-11-
-12-
-13-
-14-
-15-
-16-
-17-
-18-
-19-
-20-
-21-
-22-
-23-
-24-
-25-
-26-
-27-
-28-
-29-
-30-
-31-
-32-
-33-
-34-
-35-
-36-
-37-
-38-
-39-
-40-
-41-
-42-
-43-
Bonus Chapter

-7-

3.3K 241 1
By OnlyHye

Jumat datang, ini hari terakhirku datang ke sekolah sebelum minggu depan kami diliburkan selama satu minggu penuh untuk "minggu tenang". Kemudian, ujian nasional selama satu minggu berikutnya. Benar kata pepatah, ketenangan ada sebelum badai datang. Minggu tenang ada sebelum badai ujian datang.

Aku tidak terlalu khawatir denga  ujian nasional. Aku merasa sangat siap dengan ujian yang akan datang. Aku memang bukan tergolong murid yang pandai di sekolah, tapi aku todak buruk juga. Selama beberapa kali tryout, aku selalu masuk peringkat 20 besar di jurusan IPA. Dengan total murid jurusan IPA sekitar 150 orang. Tidak buruk kan? Sedangkan Dena tentu saja selalu ada diperingkat 5 besar di seluruh jurusan IPA. Bahkan selalu 5 besar secara keseluruhan di sekolah, saat aku harus puas dengan peringkat 50 besar.

Jumlah murid disekolah kami tidak banyak. Di jurusan IPA ada 6 kelas, jurusan IPS ada 4 kelas, dan jurusan Bahasa ada 3 kelas. Di setiap kelasnya berisi 20-25 orang murid saja. Kepala sekolah kami bilang, ini tentang efektifitas belajar. Dalam pidato sambutannya saat kami masih seorang murid baru kelas satu dia berkata bahwa, kelas dengan murid yang terlalu banyak tidak akan bisa kondusif dan mengurangi efektifitas dalam belajar.

Ada didalam sekolah favorit, yang setiap tahunnya angka kelulusannya adalah 100%, sedikit banyak akan membuatmu tenang dan percaya diri. Tidak terlalu khawatir akan kesulitan saat ujian. Bukan berarti aku sombong dan memudahkan, tapi kami semua sudah diajarkan dengan begitu mendalam tentang semua mata pelajaran yang akan diujikan. Saat siswa sekolah lain pulang jam 3 sore, kami harus pulang jam 6 sore untuk mengikuti segala macam pelajaran tambahan. Bahkan nilai minimal ujian sekolah kami jauh diatas sekolah lain. Jadi bukan sombong, kami hanya sudah terbiasa diharuskan mendapat nilai yang tinggi.

Mungkin karna itu di minggu terakhir masuk sekolah ini, dibandingkan melihat murid-murid yang tegang karna ujian nasional yang semakin mendekat, kalian hanya akan bisa melihat murid-murid yang bergerombol dan antusias membicarakan acara promnite yang dilaksanakan satu minggu setelah minggu ujian. Banyak cowok yang berusaha mengejar cewek impiannya untuk diajak sebagai pasangan diacara promnite. Banyak cewek-cewek yang membicarakan gaun, ataupun dengan siapa mereka nanti mereka akan berpasangan. Akupun tidak berbeda, aku dan Dena sedang membicarakan rencana kami berbelanja dan fitting gaunku pada hari minggu.

"Kamu besok bantu pak Vino ngisi suara lagi ya?" Tanya Dena setelah mengunyah dan menelan baso santapan kami siang ini.

"Yup" jawabku singkat kemudian melahap baso di mangkuk yang ada didepanku. Kuah basoku berwarna orange gelap, campuran 3 sendok sambal dan beberapa tetes kecap. Rasa pedasnya sungguh luar biasa, tapi aku suka.

"Terus?"

"Terus apa?" Tanyaku balik dengan mulut yang masih penuh makanan. Membuat Dena hanya memutar bola matanya. Dia tau aku hanya pura-pura tidak tau maksudnya.

"Setelah itu kalian mau kencan kemana?" Lanjut Dena akhirnya mendesak, karna aku tidak kunjung menjawab.

Aku sedikit berpikir, sebelum akhirnya menjawab, "Entahlah.." aku benar benar tidak tahu kak Vino akan mengajakku kemana. Dan sebenarnya aku tidak terlalu berharap dia ingat janjinya akan mengajakku kencan setelah selesai dengan pengisian suara. Its too good to be true, you know?

"Sebenarnya bahkan aku nggak yakin dia inget Den. Gak terlalu berharap lah aku." Lanjutku mengungkapkan pikiranku, kemudian menyeruput es teh digelasku sampai habis.

Diujung kiri kantin, aku sekilas melihat Leo dan gerombolannya sedang menikmati makanannya juga. Kak Vino memberikan hukuman yang, menurutku, cukup berat untuknya. Kak Vino meminta Leo untuk membersihkan halaman sekolah selama 1 minggu penuh setiap pagi sebelum jam pelajaran dimulai. Kak Vino bahkan meminjamkan rompi milik bapak petugas kebersihan sekolah untuk dipakai Leo, dengan alasan agak seragamnya tidak kotor. Tapi aku tahu, kak Vino melakukan itu hanya agar lebih bisa mempermalukan Leo didepan anak satu sekolah. Ancamannya, jika Leo tidak datang membersihkan halaman sekolah satu hari saja, kak Vino akan memanggil orang tua Leo dan memperpanjang kejadian waktu itu. Tentu saja Leo tidak ingin itu terjadi. Jadi selama beberapa hari belakangan ini, setiap aku datang pagi ke sekolah aku selalu melihat Leo dengan rompinya dan sapunya membersihkan daun-daun di halaman sekolah yang luar biasa banyaknya. Aku suka pemandangan itu, aku sengaja datang pagi-pagi hanya untuk bisa melihat Leo yang menyapu halaman.

Walaupun moodku saat ini sedang bagus, jika Leo datang menggangguku lagi sekarang, mungkin aku tidak akan bisa menahan amarahku. Untungnya dia tidak mendekat sama sekali, dan memilih menikmati makanannya dengan tenang. Sesekali aku bertemu mata dengan Devin, yang kemudian kuberikan seringaian kecil yang membuatnya duduk dengan tidak tenang.

Kriiiiiiiing kriiiing
Bel tanda masuk berbunyi. Seluruh murid segera meninggalkan mejanya, dan berjalan menuju kelasnya masing-masing. Mereka nampak bersemangat, dengan obrolan dan senyuman ceria mereka masuk kekelasnya. Kurasa alasannya sama denganku, hari jumat tidak ada jam pelajaran tambahan. Kami akan pulang lebih awal, jam 3. Dan besok kami sudah liburan. Satu mata pelajaran lagi, dan bye my lovely school, hello long holiday.

-----------

Hari sabtu yang cerah. Matahari bersinar terik, tapi aku bersyukur panasnya tidak terlalu menyengat di kulit. Mungkin karna waktu masih menunjukkan pukul 9 pagi. Aku baru saja selesai mandi, dan saat ini sedang ada di depan lemari pakaianku, memilih dan memilah baju yang layak untuk digunakan hari ini. Ya, dalam satu jam kak Vino akan datang dan menjemputku.

Setelah sekitar 15 menit mengobrak abrik isi lemariku, aku memutuskan untuk memakai summer dressku yang berwarna biru muda, penuh dengan motif bunga-bunga dan panjangnya jatuh tepat diatas lututku. Kupadukan dengan flat shoes berwarna hitam dengan hiasan pita emas diatasnya.

Aku tidak terlalu suka menggunakan make up. Tapi ada satu hal yang wajib kugunakan, bb krim untuk menyembunyikan jerawatku. Aku bahkan tidak pernah menggunakan beauty blender untuk mengaplikasikan bb krim kewajahku, jari saja cukup. Setelah memakai bb krim, kubaluti dengan bedak tipis agar menghasilkan kesan matte dan natural. Kuoleskan lipstik berwarna nudeku ke bibir. Dan selesai, sesimpel itu make up yang kugunakan. Tidak membutuhkan waktu berjam-jam untuk menggunakannya.

Selesai dengan make up, aku memikirkan akan kuapakan rambut panjangku. Aku memutuskan untuk menggerai lepas saja rambutku, hanya mengambil sedikit bagian depan samping kiri dan kanannya untuk diikatkan kebelakang agar terlihat lebih rapi. Warna asli rambutku coklat gelap, tapi karna peraturan sekolah aku harus mencat rambutku berwarna hitam agar seragam dengan teman lainnya. Dan aku bersumpah aku akan mengembalikan warna rambutku ke warna naturalnya segera setelah aku selesai ujian nasional.

Aku berdiri didepan kaca satu badan dikamarku dan melihat pantulan bayanganku. Sedikit berputar dan kemudian tersenyum. Aku puas dengan penampilanku yang terlihat cantik, setidaknya menurutku, tapi tidak terlihat terlalu berusaha keras untuk tampil cantik. Aku mengambil jam tangan silverku dari laci, dan mengenakannya. Jam 9.45. 15 menit lagi kak Vino seharusnya sudah datang, jadi aku memutuskan untuk turun ke lantai satu dan menunggu kak Vino diruang tamu.

Rumahku, seperti biasa tampak sepi. Mama sedang ada dikantornya. Dia bekerja setengah hari dihari Sabtu. Kak Bella ada dirumah, tapi entah ada dimana. Aku langsung menuju ruang tamu dan berencana duduk menunggu disofa, tapi saat sampai aku terkejut melihat kak Vino yang sudah datang dan duduk di sofa. Dia sedang mengobrol santai dengan kak Bella yang ada didepannya. Sesekali mereka terlihat tertawa, entah apa yang mereka bicarakan. Mereka tampak akrab, padahal mereka baru kedua kali ini bertemu. Tapi kak Bella memang orang yang mudah bergaul, tidak sulit untuk akrab dengannya.

Aku meghampiri mereka, dan berkata "loh kak Vino kok udah dateng? Dari jam berapa?" Tanyaku masih sedikit terkejut karna kak Vino datang lebih awal. Keduanya sekarang menoleh kearahku, tampak baru sadar akan keberadaanku.

"Barusan kok, mungkin 15 menit yang lalu" jawabnya dengan senyuman.

"Kok nggak telepon? Kok kak Bella nggak ngasih tau? Kan nggak enak kak Vino nungguin jadinya"

"Nggak papa Ra, santai aja. Nggak kerasa kok nunggunya ditemenin ngobrol sama Bella." Sahut kak Vino menenangkanku, aku hanya mengangguk mengerti.

Kak Vino mengenakan kaos putih bertuliskan "Im not a boy, Im a man" yang sangat cocok mendeskripsikan dirinya. Dipadukan dengan jaket hitam polos yang resletingnya dibiarkan terbuka. Dengan celana jins berwarna biru terang dan sepatu sport, dia terlihat sangat santai dan tampan. Kak Vino dalam kemeja formal memang tampan, tapi kak Vino dengan pakaian biasa jauh lebih tampan, dan dia terlihat lebih segar.

"Berangkat sekarang?" Tanyaku setelah puas memandangi penampilan kak Vino dari atas sampai bawah.

"Oke" jawab kak Vino singkat sambil berdiri dari duduknya. Dia mengucapkan salam pada kak Bella, dan berjanji akan datang lagi lain kali, kemudian keluar dari rumah. Aku mengikutinya dari belakang.

Aku melihat mobil BMW berwarna hitam klasik terparkir didepan rumah. Kurasa itu mobil kak Vino. 'Jadi kak Vino berasal dari keluarga berada' itu yang ada dalam pikoranku ketika melihat mobilnya yang berkilauan meneriakan kata mahal.

"Hati-hati ya dijalan. Titip adik gue ya Vin" ucap kak Bella sesaat setelah kami sampai didepan mobil kak Vino. Dibalas dengan anggukan den senyuman manis oleh kak Vino.

Kak Vino membukakan pintu penumpang untukku, aku menggumamkan kata terima kasih sebelum akhirnya masuk kedalam mobil. Tidak hanya wajahnya, sikapnya juga sangat manis. Dia kemudian berputar dan masuk dari sisi pengemudi. Tak lama kemudian, mobil mewahnya meninggalkan pekarangan rumahku, melaju halus dijalan raya jakarta yang sangat padat di akhir pekan ini.

"Kita jadi ngerjain dimana kak sisanya?" Tanyaku memecah keheningan didalam mobil.

"Dirumahku. Sudah siap semuanya dirumah. Kamu gak keberatan kan?" Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Oh iya, by the way kamu cantik banget hari ini." Tambahnya sambil menatapku dengan senyuman sebentar sebelum kembali fokus ke jalan raya.

"Thank you, kak Vino juga gak buruk" balasku kemudian segera membuang muka, memandang keluar jendela. Mukaku terasa panas, oh God aku sangat mau saat ini. Aku yakin pipiku sudah semerah tomat. Pujian dari kak Vino tidak pernah gagal membuat jantungku berdegup kencang.

Kami sampai dirumah kak Vino 45 menit kemudian. Rumahnya tidak terlalu jauh sebenarnya dari rumahku, hanya saja kemacetan yang membuat perjalanan kami agak lama. Jika jalanan lancar kurasa kami bisa sampai dalam waktu 20-30 menit.

Rumah kak Vino sangat besar, dua kali lipat dari besarnya rumahku. Gerbang depannya tinggi, halaman rumahnya luas, bahkan garasinya juga sangat luas dengan beberapa mobil mewah yang terparkir didalamnya. Dia benar-benar dari keluarga yang lebih dari berkecukupan.

Kak Vino mempersilahkanku masuk setelah membuka pintu rumahnya. Didalam interior rumahnya sangat indah. Banyak perabotan yang didesain dengan gaya minimalis, tapi tetap memberi kesan elegan. Banyak patung, vas, dan lukisan yang terpajang disekitar ruangan yang didominasi warna putih dan krem lembut. Berbanding terbalik dengan penampakan cat bagian luar rumahnya tadi yang didominasi oleh warna coklat muda dan kuning terang.

"Kakak tinggal sama siapa disini?" Tanyaku sambil berkeliling ruang tamu, melihat dan mengagumi lukisan yang ada didinding.

"Ada mama papa, dan 2 adikku." Aku baru tahu kak Vino punya dua adik. Apa dia anak pertama? "Duduklah, santai aja. Mau minum apa?" Tanya kak Vino sambil terus berjalan menjauhi ruang tamu.

Alih-alih duduk, aku mengikutinya entah kemana dia pergi. Yang ternyata dia ke dapur dan membuka kulkas empat pintunya. Menunjukkan deretan makanan dan minuman yang dimilikinya. Kemudian dia melihat kearahku lagi dengan pandangan bertanya, seakan menawariku mau minuman yang mana.

"Cola aja kak, makasih" putusku setelah melihat banyak macam minuman didalam kulkasnya. Kak Vino mengambil 2 botol cola dan membukanya. Menyodorkan satu padaku.

"Kakak anak pertama?"

"Ya. Adik pertamaku perempuan, baru umur 16, dan kelas 1 SMA sekarang. Adik kedua laki-laki, masih 14 tahun, kelas 2 SMP." Jelasnya setelah menyesap sedikit colanya. Akupun melakukan hal yang sama, meminum colaku.

"Sekarang mereka kemana? Orang tua kakak ada dirumah?" Tanyaku lagi.

Kak Vino menggeleng sebelum berkata, "mama papa kerja, adik keduaku sekolah meskipun hari sabtu. Tapi kurasa adik perempuanku ada diatas dikamarnya." Katanya sambil melemparkan pandangannya kearah lantai 2. Tanpa kusadari aku mengikuti arah pandangannya ke lantai 2, walaupun tidak akan terlihat apa apa dari posisiku saat ini.

"Yasudah ayo mulai kak, lebih cepat lebih baik." Ucapku dengan penuh semangat.

"Kenapa? Kamu tidak betah dirumahku?" Tanyanya dengan raut wajah kecewa. Berhasil membuatku salah tingkah.

"No. No ofcourse not. Bukan begitu maksudku" ucapku cepat sambil melambaikan kedua tanganku didepannya, berusaha meyakinkannya bukan itu maksudku.

"Oh.. apa kamu udah gak sabar nungguin acara dating kita?" Senyum kak Vino usil. Cih dia menggodaku, aku tidak ingin godaannya berhasil, tapi kenyataan berkata lain. Karna aku merasa pipiku panas lagi dan aku segera menunduk.

Disambut dengan gelak tawa kak Vino yang kemudian menghampiriku dan mengacak pelan rambutku, membuatku sejenak terkejut dan berhenti bernafas.

"Its okay, kakak juga pingin cepet ngedate aja sama kamu dan ninggalin tugas tugas kakak. Tapi tugas tetep harus selesai hari ini. Karna udah hampir deadline nya." Lanjutnya dengan senyuman yang melelehkanku. Aku hanya bisa membalas senyumnya.

Jadi dia tidak lupa dengan janjo datenya? Aku jadi semakin bersemangat segera menyelesaikan rekaman ini. Ini akan jadi date pertama, atau kedua jika minggu lalu dihitung, dengan kak Vino yang sangat berkesan.

Continue Reading

You'll Also Like

47.8K 4.7K 22
Raikula Prawijaya (27 tahun) seorang yang workaholic, background masa lalunya membuat dia harus bersikap awas dan skeptis dengan orang di sekitar. Sa...
1.2K 114 36
Dian yang pemarah, Rita yang lebih kalem, dan Umi yang banyak akal, tinggal bersama di sebuah apartemen tiga kamar yang mereka sewa. Ketiga sahabat...
599K 50.8K 34
Menjadi janda di umur 20 tahun, membuat Riyuna harus pandai-pandai menata hidup dan hatinya. Ia akui ini bukanlah perkara yang mudah. Bukan ditinggal...
42.7K 4.6K 25
[Komedi Absurd dan Gaje] Aurel Latuconsina punya dua kriteria calon suami, yaitu tajir dan hot. Namun, Andika Saputra, cowok tajir incarannya malah m...