Wedding Dress

By tomgingyus

20K 742 18

Vanessa Almaira. Aku seorang wanita yang tak memikirkan pendamping hidup. Waktu ku , ku habiskan hanya untuk... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Bukan Update
29
30
31
32
33
34
35
37
38
Lewati !!!
39
40
41
42
43
44
45

36

215 8 0
By tomgingyus

Aku tersentak kaget dari tidur ku saat ku rasakan beban berat melilit perut ku. Memaksa mata ku untuk membulat sempurna seolah aku tidak tertidur.

Ku lirik sebuah tangan melingkari perut ku. Reflek aku menghempas tangan itu begitu saja, dan memalingkan wajahku melihat pemilik tangan itu.

Nyaris aku berteriak saat mengetahui pemilik tangan itu adalah tangan Ben.

" Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau masuk kesini, huhh !! " ketus ku membangunkannya secara paksa.

Pria ini hanya melenguh sebentar lalu menarik tubuhku tuk kembali merebahkan diri.

Aku berusaha memberontak dan melepas pelukannya. Bahkan saat ini dia semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang ku dan menenggelamkan wajahku pada dada bidangnya.

Dada bidang ??

Astaga !!!

" Bennnn !!! Kau yang benar saja !! " teriak ku semakin kencang dan berhasil keluar dari kungkungannya.

Aku mendudukkan badan ku dan menatap tajam padanya.

" Aku sudah pernah mengatakan jika aku tidak terbiasa tidur dengan pria apalagi pria itu bertelanjang dada !! Astagaa !! Kau benar benar membuat mood ku hancur sepagi ini !!" bentak ku yang bahkan tetap tidak didengarnya.

Bahkan aku mendengar dengkuran halus darinya yang saat ini tidur tengkurap dengan sebelah tangannya meraih pinggang ku.

" Tenanglah sayang.. Beri waktu satu jam , aku lelah. " pintanya dengan nada serak.

Akhirnya aku terdiam dan menghela nafas panjang.
Aku memijit kening ku yang mulai berdenyut saat menahan emosi. Aku pun memilih bersandar pada kepala ranjang, dan membiarkan pria ini tetap pada posisinya. Meski sekarang ini kepalanya sudah berada di paha ku menjadikannya bantal.

Aku berfikir, sejak kapan pria ini masuk ke kamar ku?
Apa mama dan papa yang mengijinkannya masuk kesini? Bahkan semalam aku tidak langsung tertidur usai mencoba menghubungi pria menyebalkan ini hingga jam 1 malam.

Satu jam berlalu dengan cepat, aku yang masih bertahan dengan posisi ku ini perlahan mengarahkan mata ku memandang pria yang tertidur dengan pulas di pahaku sebagai bantal. Bahkan tangannya tidak berubah sedikitpun dari posisinya yang melingkari pinggangku.

Perlahan aku membelai rambut pria ini, lembut untuk seorang pria. Ku pikir dia sering pergi ke salon agar rambutnya tetap lembut dan halus. Tidak seperti pada laki laki yang masa bodoh dengan penampilannya.

Ku lihat, pria ini mulai bergerak perlahan. Mengerjapkan mata sebentar lalu mendongakkan kepala keatas menatap ku dan tersenyum lembut.

" Pagi Shasa sayang.. " sapanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Tapi tak berselang lama, ia kembali memposisikan kepalanya ketempat semula. Bahkan sekarang kepalanya menghadap ke perut ku dengan sebelah tangannya tetap melingkari erat pinggang ku.

" Semoga kelak cepat tumbuh Ben junior didalam sini. " racaunya seraya mengusap pelan dan mengecup singkat perut ku.

Aku melongo dengan ucapannya.
Orang ini kurasa sakit jiwa.
Bagaimana mungkin ada wanita hamil tanpa berhubungan. Aku terkekeh pelan dengan keabsurdannya.

" Hei bangunlah,  ini sudah jam 9. Aku  harus bersiap. " ku lihat Ben tidak terganggu dengan ucapannku. Malah sekarang lebih membenamkan wajahnya pada perut ku.

Aku menggoncangkan badannya lebih kencang lagi dan meneriakinya.

Akhirnya ia merubah posisinya dan itu menjadi kesempatan ku untuk segera berlari ke kamar mandi.

Usai membersih diri dan menggunakan pakaian casual. Aku segera berlari keluar kamar saat melihat Ben kembali tertidur dengan nyaman. Bahkan selimut ku menjadi penghangatnya yang serta merta ikut menutupi punggung lebarnya yang pelukable.

Saat tiba di ruang makan, mata ku menatap tajam kearah kedua orangtua ku yang sedang sarapan sambil sesekali menimpali candaan.

Aku berdeham singkat.

" Bisakah jelaskan kenapa pria itu ada di kamar ku ma, pa?? " tuntut ku yang masih berdiri diantara duduk mereka.

Mereka pun mengalihkan pandangan mereka pada putri satu satunya ini dengan tatapan jenaka. Dan malah kembali menikmati sarapannya yang tertunda singkat.

Akhirnya aku ikut duduk disamping mama. Menopang tangan ku diatas meja makan dan berhadapan dengan papa.

" Apa tidak ada yang ingin menjelaskan ?? "

Aku menghela napas ku perlahan, orangtua ku ini justru terkekeh dengan pertanyaan ku yang menuntut.

" Oke, fine. Mama dan papa yang menginginkan ini. "

Aku pun berlalu begitu saja dari meja makan dan kembali ke kamar ku.

Sekilas aku melihat raut wajah orangtua ku sedikit gusar, namun pada akhirnya tetap dengan santainya mereka melanjutkan sarapannya. Bahkan terdengar kekehan dari mulut mama saat papa menggodanya.

Shit !!!
Mood ku benar benar hancur !!

Aaggrrhhh !

Aku segera menyambar ponsel dan tas kecil yang selalu menemani hari hari ku. Tak lupa aku juga menyambar tumpukan design yang semalam ku bawa pulang, meskipun tidak jadi memgerjakannya karrna lelah.

Ben masih terlihat pulas. Dengan begitu aku bisa meninggalkannya secara diam diam.

Tidak lagi menoleh ke belakang, akhirnya aku berjalan cepat keluar kamar sambil menutup pintu dengan sedikit kencang.

Aku yakin setelah ini pria itu bangun dan sadar dengan apa yang dia lakukan semaunya.

Aku berlari kecil keluar rumah tanpa berpamitan kepada orangtua ku yang sedang berjalan ke ruang keluarga.
Hanya meliriknya sedikit karena rasa kesal menaungi ku.

Mama sempat menatap ku heran, dan memanggil ku.
Tidak menghiraukan panggilannya, dan tetap berjalan menuju tempat dimana mobil ku terparkir.

Saat mengeluarkan mobil ku, aku mengamati sekeliling rumah.

Dimana mobil Ben??

Apa dia tidak membawa mobil kerumah ku?

Ku henyakkan pertanyaan yang singgah di kepala ku. Masa bodoh dengan pria itu.

Dan akhirnya aku mengemudikan mobil ku membelah jalanan bersama para pengendara lain.

########

Aku mengerjapkan mata terkejut dengan suara keras yang berasal dari pintu kamar.  Ku pikir mungkin angin. Dan aku kembali memejamkan mata.

Sedetik kemudian aku seolah tersadar. Bukannya aku dikamar Vanessa? Mata ku menelusuri ruangan ini.

Sepi.

Bahkan pintu kamar mandi juga tidak tertutup rapat. Menandakan jika memang tidak terdapat siapapun didalamnya.

Kemana dia?

Apa jangan jangan??

Astagaaaa !! Pasti marah lagi.
Aaggrrhhhh ! Aku berteriak tertahan.

Aku beranjak dari ranjang, menyambar kemeja ku yang teronggok di lantai. Karena semalam aku langsung membuangnya begitu saja.

Maklum, kebiasaan ku memang tidak berubah. Selalu melempar pakaian ku begitu saja kalau sudah bertemu kasur empuk. Ditambah lagi semalam bertemu dengan gadisku. Ingin ku segera bergabung dengannya dibalik selimut. Tidur. Ya hanya tidur.

Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika melakukan lebih, meski aku ingin. Tapi aku masih waras, tahu batasannya. Aku tidak ingin mengambil resiko lebih besar.

Akhirnya aku keluar kamar dan mencoba mencari gadis ku di bawah.
Tapi saat sampai dibawah, aku hanya mendengar calon mertua ku berteriak nyaring memanggil nama gadis ku.

Aku pun menghampirinya, dan bertanya apa yang terjadi. Lalu mereka menceritakan dan aku menyimaknya. Meski dalam hati ku sudah ketar ketir, inilah salah satu resiko yang harus ku tanggung saat ingin mencoba kembali tidur satu ranjang dengan gadisku. Lagi.

Setelah meyakinkan mereka untuk tenang, akhirnya aku menghubungi Fiko untuk menjemputku.

Karena semalam mobil ku mogok dekat daerah rumah gadisku saat ingin pulang ke penthouse.

Dengan kebetulan , calon mertua ku melewati ku. Mereka berhenti tidak jauh dari mobil ku dan memberi ku tumpangan.

Ahh bukan, tapi tawaran untuk menginap dirumahnya saja karena sudah malam.

Aku pun menyetujuinya meski dengan sungkan ku lakukan. Aku takut merepotkan mereka malam malam. Mengingat sudah pukul dua dini hari.

Dan dalam perjalanan kerumah, ku ketahui jika mereka baru saja selesai mengunjungi salah seorang saudara yang sedang melahirkan. Dan ku ketahui juga jika gadis ku tidak berencana ikut karena pekerjaan. Dan mengatakan jika esoknya akan mengunjungi.

Sambil menunggu Fiko datang,  aku melacak keberadaan gadisku lewat gps.

Awalnya aku sempat ragu, karena titik merah itu berhenti di satu tempat. Dan kemudian bergerak lagi melewati perbatasan kota.

Tidak lama Fiko datang, aku pun langsung berpamitan ke orangtua gadisku dan kembali meyakinkan mereka.

Namun langkah ku terhenti saat pria berumur setengah abad ini berkata..

" Saya percayakan Vanessa pada mu, nak. Saya yakin kamu bisa membimbing putri ku dengan sikapnya yang seperti ini. Jangan kecewakan saya. "

Aku hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban, dan bergegas menghampiri mobil Fiko.

" Antar aku mengambil mobil ku. " perintah ku yang langsung diangguki oleh Fiko. Meski dengan raut wajah bingung melihat ku.

" Ingatkan supir ku untuk mengecek mobil ku di bengkel. " titah ku lagi yang hanya dijawab dengan deheman olehnya. Bahkan aku berbicara tanpa melihatnya. Dan masih terfocus pada titik merah pada layar ponsel ku.

" Bogor ?? Secepat itukah? " gumam ku melirik jam tangan ku.

" Bertengkar lagi ? " tebak Fiko

Aku hanya berdeham pelan. Dan dia justru malah terkekeh.

" Sampai. " ucapnya singkat

Aku langsung turun dari mobilnya dan bergegas masuk ke rumah dengan berlari.

Mengambil kunci mobil yang tergantung di lemari khusus semua bentuk kunci didalam rumah orangtua ku.

" Ben ? " panggil mama bingung.

" Ben buruburu mah, nanti saja ya introgasinya. " ucapku memotong sebelum mama berkoar dan memperlambat langkahku dengan segala bentuk pertanyaan.

Aku mengecup pipi mama lalu kembali berlari ke bagasi mengeluarkan mobil kesayangan ku.

" Ben, jangan gegabah bertindak. Kau harus bisa mengimbangi kemarahannya pada mu. " nasihat Fiko saat kami berpapasan di pintu gerbang.

" Thanks sobat. Dan maav sepertinya jadwal ku hari ini kau handle dulu. " jawab ku cepat.

" Aku pergi " lanjutku dan menancapkan gas membelah jalanan.

########

Karena kekesalan ku , akhirnya aku berhenti disalah satu restoran yang berada di kota Bogor.

Bukan berarti aku sekedar melarikan diri hingga ketempat ini. Tapi memang kebetulan hari ini adalah jadwal kunjungan ku ke cabang butik di Bogor.

Lebih cepat lebih baik kan? Daripada harus berangkat lebih siang dan berakhir pada kemacetan panjang.

Mengingat aku tidak sarapan, dan perutku mulai berdemo. Ku putuskan untuk mampir sebentar ke salah satu restoran terdekat dari butik.

Dan tidak lama, sandwich serta hot choco ku tiba. Menggugah selera memang, tapi pikiran ku tak sejalan dengan aroma yang menguar dari sajian dihadapan ku.

Tanpa pikir panjang aku segera menghabiskan sarapan ku. Dan bergegas ke butik.

Usai menagih bill dan membayarnya, aku segera beranjak meninggalkan meja yang ku tempati.

Bugh.

Bahu ku bertubrukan dengan seseorang disaat aku sedang menunduk mencari kunci mobil didalam tas ku sambil berjalan.

" Maav saya tidak sengaja.. " ucap seorang pria yang menubruk ku sambil mengambil dua kantung karton yang terjatuh akibat bertabrakan tanpa melihat ke arah ku.

" Ahh tidak apa, maav saya tidak memperhatikan jalan. " balas ku cepat  dan seketika aku tercengang melihat dengan siapa aku bertubrukan.

" Vannesa.. "

" Fabian.. "

Ucap kami bersamaan, lalu terkekeh sebentar.

Kebetulan bukan?? Karena aku tidak pernah menghubunginya sejak kemarin dia mengirim pesan pada ku.
Membalasnya saja tidak.

Ku lirik sekilas kantung yang dibawanya, seperti kartu undangan.

" Maav saya buru buru. " ucap ku membuyarkan pandangannya yang intens pada ku.

" Ahh, iya.. Maav sekali lagi. "

Aku mengangguk singkat dan melangkah, namun dengan cepat dia menangkap tangan ku menghentikan langkah ku.

Aku menaikan sebelah alisku melirik arah tangannya.

Dengan cepat dia melepaskan tangannya dari tangan ku.

" Maav, saya tidak bermaksud.. " katanya salah tingkah.

" Ada apa? " tanya ku datar.

" Ahh ini, kebetulan kita bertemu disini. Datanglah jika kamu sempat. " ucapnya sedikit ragu sambil menyodorkan satu kartu undangan pada ku.

Bahkan di kartu itu tertera nama ku. Sekilas kulihat warna kartu undangan yang ku terima sedikit berbeda dengan yang lainnya. Mungkin memang sengaja agar cepat dan tidak perlu mencari lagi. Pikirku.

" Aku akan menikah minggu depan, semoga kau bisa hadir." jelasnya lagi dan tersenyum manis.

Senyuman manis yang dulu pernah ku nikmati.

" Tentu, saya akan usahakan. Selamat atas pernikahan mu. Semoga lancar hingga hari H nanti. " kataku mendoakan dengan senyum yang ku paksakan.

" Saya harus pergi, maav. " tambah ku cepat dan meninggalkannya tanpa menunggu balasan darinya.

########

Tanpa disadari oleh dua insan yang sedang berbicara itu, seorang pria dengan geram mencengkeram kemudi  setirnya dengan kencang hingga bukubuku jarinya memutih.

Melihat gadisnya bercengkrama dengan seorang pria membuatnya sesak.

Bahkan pria itu memberikan senyum manis pada gadisnya.
Dan bahkan menarik tangannya untuk sekedar berhenti.

" Aku mau kau menyelidiki seseorang. Aku akan kirimkan fotonya. Email secepatnya padaku begitu kau mendapatkannya. Waktu mu dua jam dari sekarang. " perintahnya tak terbantah menghubungi seseorang dan memutuskannya sepihak.

Bukan, bukan sahabatnya yang dihubungi. Melainkan tangan kanannya yang selalu dibutuhkan disaat genting seperti ini.

" Aku takkan membiarkan pria manapun menyentuh gadisku. Hanya aku yang boleh menyentuh mu. " geramnya seraya mengemudikan mobilnya keluar dari area restoran.

Continue Reading

You'll Also Like

1M 14.5K 35
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
667K 105K 41
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
1.4M 90.7K 43
• Obsession series • [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...
5.3M 282K 55
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...