ABHATI

Par Lalaa_po

351K 46.5K 2K

[TAMAT]✓ Ratih Fairuza Malik adalah seorang mahasiswi dengan kehidupan yang begitu kacau. Sejak insiden pembu... Plus

Disclaimer
Prolog
1 | Orang Asing
2 | Putra Mahkota
3 | Pelarian
4 | Pawitra
5 | Bhumi Mataram
6 | Pemuda Bercapil
7 | Seruling Merdu
9 | Awal yang Buruk
10 | Srikandi
11 | Purnama di Atas Langit Pawitra
12 | Busur Panah
13 | Sosok Berjubah Hitam
14 | Time Traveller
15 | Time Traveller (2)
16 | Kembali ke Dunia Itu
17 | Pelarian kedua
18 | Pembunuh
19 | Sayatan Luka
20 | Sebuah Kekecewaan
21 | Bhumi Sambhara Budhara
22 | Si Cantik Bermahkota Emas
23 | Kematian Raja Garung
24 | Raja Muda
25 | Jamuan Kerajaan
26 | Mimpi Buruk
27 | Keputusan Akhir
28 | Kelompok Bayangan
29 | Pernikahan Dua Dinasti
30 | Perjalanan ke Medang
31 | Puri Pratama
32 | Hilangnya Kepercayaan
33 | Siasat Baru
34 | Malapetaka
35 | Sarang Harimau
36 | Penghianat
37 | Hukuman Mati
38 | Busur Bajra
39 | Pertemuan Tak Terduga
40 | Dua Saudara
41 | Dimensi yang Berbeda
42 | Bangkitnya Kekuatan Hitam
43 | Raseksa Penunggu Hutan Undir
44 | Pengabdian dan Kesetiaan
45 | Penyerangan
46 | Perebutan Takhta
47 | Akhir Kisah
Epilog

8 | Kepingan Memori

8.5K 1.3K 7
Par Lalaa_po

Malam itu sangat sunyi, gelapnya malam hanya diterangi oleh bantuan lampu teplok di ujung ruangan. Rembulan tampaknya terlalu malu untuk menampakkan diri sehingga sinarnya tertutup oleh awan di langit malam. Ratih membolak-balikkan posisi tubuhnya berulang kali. Ia tidak bisa menemukan posisi yang cukup nyaman untuk tidur.

Tubuhnya sangat letih namun otaknya terus bekerja seakan tidak mau diajak bekerja sama begitu saja. Ia termenung, menatap langit-langit bilik kamarnya. Ruangan kecil namun tidak terlalu sempit. Ambennya juga tidak terlalu besar namun cukup kiranya untuk ditempati dua orang, sayangnya ia tidak sekamar dengan Laras, karena Laras memiliki biliknya sendiri yang mungkin lebih luas, maklum saja karena dia adalah cucu dari Resi Adwaya.

Ia pernah bercerita pada Ratih bahwa kedua orang tuanya telah tiada sejak umurnya masih sangat kecil dan dia hanya diasuh oleh seorang wanita tua bernama Mbok Darmi. Sedangkan Panji adalah sahabat Laras sejak kecil, katanya Panji pernah tinggal di pasraman ini namun tidak untuk jangka waktu yang lama, entah kenapa. Mereka tidak mau mengatakan alasannya pada Ratih, walau begitu ia sendiri pun tidak ingin tahu.

Ratih berpikir keras tentang bagaimana cara ia dapat kembali ke masa depan, tidak lucu jika ia harus tinggal di sini untuk selamanya. Lagi pula, ia juga tidak ingat bagaimana caranya bisa sampai di dunia ini.

"Mereka adalah prajurit Kerajaan Medang. Mungkin mereka curiga karena keadaan rumahku yang gelap saat itu jadi mereka memaksa untuk masuk. Untungnya aku segera masuk melalui pintu belakang, aku tidak ingin mereka menduga kau adalah orang asing dan kemudian menangkapmu,"

Tiba-tiba saja ia teringat akan ucapan Panji di tengah malam pelarian itu, ia ingat betul bahwa Panji sempat mengatakan tentang Kerajaan Medang. Kemudian ia pun mencoba mencerna kata tersebut hingga menemukan jawabannya.

"Kerajaan Medang? Apakah kerajaan hindu buddha yang berdiri sekitar abad ke-8? Bagaimana bisa aku terlempar sejauh 13 abad dari zaman modern?"

Ratih memegangi kepalanya, ia tidak dapat menemukan informasi apapun terkait kerajaan ini. Andai saja ada internet, ia pasti sudah berselancar di dunia maya untuk mencari tahu segalanya. Tapi sekarang ia benar-benar tidak berdaya.

Karena terlalu lelah berpikir ia pun memejamkan matanya, dan secara tidak sengaja terlelap begitu saja.

"Ibu, lihat!" Seorang gadis kecil berputar-putar beberapa kali di depan cermin sambil mengibaskan gaun indahnya yang berwarna putih berulang kali. Wanita di sampingnya pun berjongkok kemudian mensejajarkan wajahnya dengan gadis kecil itu.

"Wah..putri kecil Ibu cantik sekali" Wanita itu tampaknya adalah ibu dari anak kecil ini, ia tersenyum jahil sambil memencet hidung gadis kecil di depannya itu.

Ratih berdiri di sana, ia menatap kedua orang di depannya itu dengan penuh tanda tanya. Tapi sepertinya kehadirannya disana tidak disadari sama sekali. Tangannya terulur ke depan mencoba meraih pundak wanita yang disebut ibu oleh gadis kecil itu. Tapi aneh, tangannya tak dapat meraihnya bahkan menyentuh saja tidak bisa.

Ratih memandang kedua telapak tangannya, kenapa tak dapat menyentuh wanita itu seakan dirinya ini hanyalah bayangan.

"Ratih..." Kedua orang itu pun menoleh ke arah sumber suara dan diikuti Ratih yang menoleh ketika seseorang memanggil namanya, ia terkejut bukan main.

"Ayah.." gadis kecil di depannya itu berlari kencang ke arah lelaki yang baru datang di ambang pintu. Langkah kecil gadis itu cepat sekali sampai-sampai langkahnya tercekat oleh gaunnya yang panjang. Untungnya lelaki di depannya itu menangkap tubuh kecil gadis itu dan mengangkatnya sambil beberapa kali melambung-lambungkan tubuh ringan gadis kecil itu ke udara, membuat gadis kecil itu tertawa cekikikan.

"Putri Ayah," Lelaki itu mengelus kepala si gadis kecil sambil tersenyum.

Ratih masih berdiri di sana. Tatapannya masih tak percaya, lelaki itu...dia adalah lelaki yang muncul di mimpinya pertama kali, lelaki yang sama saat mencegah Ratih pergi, lelaki itu...ayahnya. Dan gadis kecil itu tidak salah lagi adalah Ratih saat masih kecil.

Ratih menoleh ke sampingnya, tepatnya ke arah wanita itu tadi.

"I..Ibu..?" Ratih memanggilnya, bahkan mencoba memeluknya. Tapi mustahil.

Apa dia sudah mati?

"Ibuuu!" Ratih dewasa menangis, ia berteriak. Tapi wanita di depannya itu masih tersenyum memandang Ratih kecil dengan ayahnya.
Satu air mata jatuh dan samar-samar Ratih mendengarkan wanita itu mengatakan sesuatu

"Ibu takut, ibu tidak bisa meihatmu tumbuh besar," wanita itu kemudian menghapus air mata di sudut matanya.

Ratih ikut menangis ia mencoba untuk meraih wanita itu satu kali lagi, namun tiba-tiba semuanya menjadi gelap, tubuh wanita itu tiba-tiba memburam begitu juga dengan lelaki dan gadis kecil yang masih tertawa cekikikan tersebut.

Kemudian susana berubah menjadi malam hari. Namun masih dengan ruangan yang sama.

Plakkk!!!

Suara tamparan terdengar keras sekali. Ratih melotot, memandang seorang lelaki menampar wanita hingga jatuh tersungkur di tangan sofa. Lelaki itu, ayahnya. Wajahnya terlihat merah padam seakan tengah dilalap api kemarahan.

Ratih mencoba melerai, namun sia-sia saja. Kemudian ia menangkap bayangan seorang gadis kecil mengintip dari balik pintu. Ratih kecil ada di sana, menyaksikan semuanya ia menyaksikan apa-apa yang sama sekali tidak dapat dipahami gadis sekecil dirinya. Bahunya naik turun terisak ia menangis tak bersuara seperti tidak ingin kedua orang tuanya menyadari kehadiran dirinya.

Plakkk!!!

Suara tamparan terdengar nyaring lagi, kini Ratih kecil berlari pergi entah kemana. Ratih dewasa tidak mengejarnya, ia lebih memilih untuk menghentikan pertikaian itu.

"Hentikan! Hentikan!" hati Ratih semakin tak kuasa ketika melihat air mata keluar membasahi pipi wanita itu yang tak lain adalah ibunya.

"Hentikan Ayah! Ayah gila?" Ratih mengumpat, ia terus memberontak walau ia tahu teriakannya sia-sia tapi ia terus mencoba menghentikan serangan yang diluncurkan ayahnya pada ibunya itu beberapa kali.

"HENTIKAN!"

Ratih tersentak bangun. Ia menatap keadaan ruangan yang masih sama, lampu teplok yang masih menjadi penerangan satu-satunya dan kegelapan dari balik jendela bambu yang menandakan bahwa ini masih tengah malam. Ia duduk bersandar sambil memeluk lututnya, degup jantungnya terasa berpacu sangat cepat dan keringat dingin membasahi pelipisnya.

Dimana ibu dan ayah saat ini? kenapa mereka meninggalkanku?

Tunggu.

Atau...

Aku kah yang meninggalkan mereka?

Ratih menahan kepalanya yang terasa sakit dengan kedua tangan meremas rambutnya, ia menangis tapi tak bersuara kemudian ia segera menghapus air matanya dan segera turun dari amben, berjalan menuju pawon untuk mengambil air.

Ia meneguk habis air dalam gelas bambu dan meletakkannya kembali beserta kendinya. Ia termenung sebentar, ia berfikir bahwa besok ia harus menemui Resi Adwaya, ia tahu pasti guru itu bisa menolongnya.

Ratih beranjak dari pawon dan hendak kembali ke bilik kamarnya, namun samar-samar ia mendengar suara yang mebuatnya penasaran. Seperti suara sabetan dan gemerisik dedaunan. Ia penasaran, namun juga merasa takut berhubung sekarang ini tengah malam. Tapi sayangnya, rasa penasaran itu mengalahkan rasa takutnya, ia menelan ludah dan berjalan keluar dari pintu belakang pawon, mencoba untuk tidak membuat suara sedikitpun. Ia mengendap-endap dan mengambil sebuah kayu untuk berjaga-jaga sebagai pertahanan diri.

Suasana pasraman sangat sunyi malam ini, beberapa cantrik yang ditugaskan berjaga berjumlah sangat sedikit dan hanya menjaga bagian pintu masuk gapura saja. Jadi, di area yang tak terjangkau ini mereka pasti tidak akan terlalu mendengar suara yang didengar Ratih saat ini.

Ratih bersembunyi di balik sebuah pohon besar, ia mengintip dari sana dan melihat seseorang bertelanjang dada tengah memainkan tombak. Bukan, bukan memainkan lebih tepatnya seperti tengah berlatih dengan tombak tersebut.

Ratih merasa bodoh sekali, hanya dialah orang yang terbangun tengah malam dan berjalan keluar karena mendengar suara aneh yang ternyata suara itu hanya seorang cantrik yang berlatih tengah malam.

Tunggu, tengah malam? Apa dia sudah gila?

Tentu hal itu bisa saja mengusik seseorang dari mimpinya, tapi satu-satunya orang yang terusik di sini adalah dirinya. Akhirnya Ratih memutuskan untuk kembali. Ia memutar tubuhnya dan menyadari kalau jalan yang dilaluinya sangat gelap dan menakutkan.

Sial, kenapa tadi aku begitu beraninya kemari?

Ratih tetap berjalan, namun kakinya tanpa sengaja menginjak ranting pohon kering. Sudah pasti suara itu akan terdengar pemuda tadi karena posisi keduanya juga tidak terlalu jauh. Ratih menoleh ke arah pria tadi. Benar saja, orang itu menghentikan kegiatannya dan menatap dirinya, untungnya di saat seperti ini keadaan malam dapat membantunya, pasti orang itu tidak bisa melihat Ratih dengan jelas.

Ratih menutup mulutnya, menahan agar tak bersuara tapi sepertinya orang itu tengah berjalan ke arahnya. Ratih membuang balok kayu yang sedari tadi di genggamnya. Lantas ia pun berlari, tak peduli kainnya tercekat kakinya sendiri atau ia yang hampir jatuh, ia tetap berlari sambil sesekali mengutuk kainnya. Tidak peduli harus menerobos gelapnya malam yang terpenting adalah jangan sampai orang itu menangkapnya atau ia akan malu nanti.

Ratih menoleh ke belakang, pemuda itu sudah tidak ada di sana. Apa orang itu mengejarnya? Tidak, jika dia mengejarnya pasti saat ini berada di belakangnya, nyatanya di sana tidak ada siapa pun. Dan itu membuat Ratih merasa was-was saat ini, ia berpikir bahwa orang itu sudah pergi dan begitu pula dengan dirinya yang juga harus pergi sekarang, tangannya memegang kedua lututnya sambil ngos-ngosan. Ia berbalik lagi ke depan, namun sekali lagi jantungnya terasa hampir copot.

Orang itu kini berada tepat di hadapannya, jarak antar kedua wajah mereka berudua hanya satu jengkal dan ini membuat Ratih yang terkejut seketika langsung mundur, sayangnya lagi-lagi kain panjangnya tercekat kakinya sendiri sehingga bukannya mundur kebelakang, ia justru hendak jatuh ke belakang. Laki-laki itu langsung menarik kedua tangan Ratih agar tak terjatuh dan justru tubuhnya kini malah menghantam dada bidang lelaki itu, hingga keduanya tetap terjatuh dengan posisi Ratih di atasnya.

"Lepaskan aku!" Ratih menepis pergelangan tangannya yang masih digenggam oleh lelaki itu. Cahaya tidak begitu mendukung di sini, tapi ia tidak peduli walaupun tidak dapat melihat wajah lelaki itu dengan jelas yang terpenting ia harus menyingkir dan pergi secepatnya dari laki-laki mesum ini, tapi dengan sigap lelaki itu membalik keadaan hingga kini Ratih yang berada di bawah.

"Katakan, siapa kau? Beraninya kau memata-mataiku." ujar tegas pria itu.

Ratih melotot seketika.

Suara itu...aku seperti pernah mendengarnya....





Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

1.4K 531 23
Di usianya yang ke-24 tahun, Apsarini Savela yang biasa dipanggil Sasa, tidak menyangka hidupnya akan sangat berantakan karena terjerat utang di 40 a...
28.5K 5.9K 9
Sebagai gadis malas yang lebih suka duduk bahkan jika disuruh berdiri, Serayu merasa aturan wanita bangsawan tidak cocok untuknya. Karena itu, ketika...
4.3K 404 6
jisung x seungmin cause why not. stray kids fanfiction. bxb. short-chaptered. written in bahasa.
1.3K 310 21
Jauh sebelum Kerajaan Majapahit berkuasa di tanah Jawa, telah berdiri tegak kerajaan yang menjadi moyang dari Raja-raja Jawa kuno, Kalingga. Kerajaan...